Beli Buku Impor Online di Book Depository

Jun 5, 2020

Beli Buku Impor Online di Book Depository – Free Delivery Worldwide. Saya cukup tertegun membaca tiga kata tersebut. Bisa dibilang, ini adalah salah satu unique selling points yang selalu digembar-gemborkan toko buku impor Book Depository. Tau sendiri, begitu melihat kata Free/Gratis, pasti banyak banget pencinta buku yang girang.

Saya sendiri tau Book Depository udah lama, cuman baru sekarang-sekarang ini coba beli dari website-nya langsung. Sejauh ini, saya mendengar berbagai pengalaman baik dari teman-teman yang sudah pernah mencoba beli buku impor online di Book Depository.

Kali ini, saya akan membagikan pengalaman pribadi yang siapa tau bisa menambah informasi dan perspektif kamu sebelum membeli di toko buku online ini.

Apa Itu Book Depository?

Book Depository

Book Depository adalah toko buku online berbasis di Inggris yang menawarkan beragam buku untuk dibeli. Pada 2014 lalu, toko buku ini dibuat oleh Andrew Crawford, mantan karyawan Amazon, yang mana 6 tahun setelahnya, Amazon mengakuisisi Book Depository.

Book Depository menjual sekitar 20 juta buku, yang mana 14 juta di antaranya merupakan English Books. Tagline yang diusung toko buku ini adalah All Books Available to All. Makanya nggak heran kalau katalog mereka super banyak, free ongkir pula.

Ya, seperti yang sudah disampaikan pada paragraf pertama, toko buku online ini nggak membebankan ongkos pengiriman buku ke lebih dari 160 negara di dunia, termasuk Indonesia. Mungkin, hal inilah yang jadi salah satu alasan kenapa Book Depository selalu jadi langganan pencinta buku.


Pengalaman Beli Buku Impor Online di Book Depository

Beli Buku Impor Online di Book Depository

Prosesnya simpel banget, sama seperti ketika pengin beli buku impor online di toko buku lainnya. Setelah membuat akun, kamu cuma perlu login akun Book Depository kamu, lalu mencari buku yang diinginkan.

Pada bagian atas atau sebelah kanan logo di homepage, ada search box di mana pengunjung bisa mencari buku lewat keyword, title, author, dan juga ISBN. Enaknya cari buku di sini adalah bakalan ada suggestion yang memandu pengunjung untuk menemukan buku dengan lebih mudah.

Sepengalaman saya di toko buku impor lain, ketika mencari buku lewat search box, seringnya hasil yang keluar berbeda dengan yang diharapkan.

Di sisi lain, Book Depository juga memungkinkan pengunjungnya untuk memfilter pencarian berdasarkan popularity, harga terendah/tertinggi, rentang harga, publication date, format, bahasa, hingga ketersediaan buku. Menurut saya, semakin lengkap filternya, akan semakin mudah pula untuk menemukan buku yang dicari.

Book Depository juga merekam cookies browser pengunjung. Jadi, setelah kita melihat judul-judul tertentu, buku-buku  tersebut akan muncul lagi di homepage. Misalnya, saya habis menelusuri berbagai judul buku puisi. Saya cuma lihat-lihat aja, nggak beli. Eh, pas ke homepage, buku-buku yang saya lihat muncul lagi, yang mana tentu aja itu memengaruhi keputusan saya untuk membeli atau enggak pada akhirnya.

Hal lain yang saya suka dari Book Depository adalah sepertinya katalognya cukup lengkap, yang mana juga sudah dikategorisasikan berdasarkan genre atau daftar tertentu, di antaranya Best Ever Books List, Learning At Home, Popular Pages, juga Bestsellers by Language.

Jelas ini menarik banget. Soalnya kadang saya sendiri ketika lagi iseng pengin beli buku impor online tapi bingung pengin yang mana, saya tinggal menelusuri kategori dan sub-kategorinya saja. Pilihannya cukup banyak dan beragam.

Selanjutnya, Book Depository juga memasukkan berbagai informasi buku dengan sangat detail. Mulai dari rating Goodreads, bahasa, format buku, blurb, ISBN, waktu pengiriman, buku akan dikirim dari mana, ranking bestseller, dan seterusnya. Pembeli pun jadi merasa sangat terbantu untuk memahami buku dengan lebih fasih sehingga nggak ada alasan tuh salah beli buku impor online.

Oh ya, nggak ketinggalan juga, Book Depository ini kan basisnya di Inggris, tapi pembeli bisa melakukan pembayaran dalam Rupiah. Tinggal ganti jadi IDR aja dan harganya pun akan di-convert ke dalam Rupiah.

Eittsss… meski Book Depository menawarkan gratis ongkir ke mana pun, bukan berarti harga bukunya sama dengan di pasaran, ya. Sejujurnya saya kurang paham bagaimana toko buku impor ini menentukan harga buku, soalnya kalau saya bandingin dengan toko buku lainnya, beberapa harga buku di Book Depository itu jauh lebih mahal.

Untuk itu, sebelum beli buku impor online, telitilah harganya terlebih dulu. Nggak ada salahnya lho, membandingkan harga buku dari satu toko dengan yang lainnya. Pasti kamu juga ingin mendapatkan harga terbaik bukan?

Sebelum beli buku impor online di Book Depository, membandingkan harga buku wajib banget dilakuin. Karena gimana pun juga, saya ingin mendapatkan buku dengan harga yang paling murah.


Bagaimana Cara Menulis Alamat Tujuan di Book Depository?

cara menulis alamat

Karena Book Depository merupakan toko buku online yang berasal dari luar negeri dan kadang cukup membingungkan bagaimana cara menulis alamat tujuan dalam bahasa Inggris, berikut panduan yang bisa kamu ikuti, berdasarkan pengalaman saya.

Bagaimana cara menambah atau mengganti alamat pengiriman? Kamu bisa pilih My Account, lalu Address Book. Kamu akan mendapatkan form seperti di bawah ini.

cara mengisi alamat di Book Depository

  • Reference name: bisa kamu isi dengan Home, Work, dll (untuk memudahkan kamu jika memiliki lebih dari 1 alamat pengiriman buku dari Book Depository).
  • Full name: tulis nama lengkap kamu pada bagian ini.
  • Address line 1: tulis nama jalan alamat kamu, P.O. Box, atau nama perusahaan. Contoh: Perumahan Green Garden, Jalan Kebahagiaan blok SA 4 No. 93, RT 001/RW 012.
  • Address line 2: bisa diisi dengan nama apartemen, gedung, unit, lantai, dll. Untuk box ini, saya mengisinya dengan nama kecamatan (sub-district) dan kelurahan (urban village). Contoh: Kembangan Sub-District, South Meruya Urban Village.
  • Town/City: diisi dengan nama kota, misalnya West Jakarta.
  • County/State/Region: diisi dengan nama provinsi, misalnya DKI Jakarta, Tangerang, dst.
  • Postcode/Zip: diisi dengan kode pos. Kalau enggak punya, bisa tulis “No Postcode”
  • Country: pilih negara tempat kamu tinggal, misalnya, Indonesia.

Untuk Pembayaran Wajib Pakai Kartu Kredit?

Nah, hal selanjutnya yang ingin saya bahas mengenai pembayaran. Beberapa pembaca buku yang saya tahu mengaku enggan beli buku impor online di Book Depository karena nggak punya kartu kredit. Well, saya sendiri pakai Jenius. Gampang banget pakainya.

Setelah memilih buku apa yang ingin dibeli, saya diarahkan ke halaman pembayaran. Saya perlu mengisi Payment Details yang berisi informasi mengenai Delivery Address, Billing Address, dan Payment. Untuk Payment sendiri, saya pilih Visa sebagai card type karena Jenius merupakan kartu debit visa dari Bank BTPN yang bisa diakses langsung lewat aplikasi di smartphone.

Info lain yang mesti diisi ialah card number, validation date, name on card, dan CVV Number yang bisa ditemukan di bagian belakang kartu. Kalau infonya sudah lengkap semua, baru deh pesanan di Book Depository akan diproses lebih lanjut.

Omong-omong, untuk pembayaran lainnya, kamu bisa menggunakan VMasterCard, AMEX, VISA Debit, VISA Delta, Maestro, Electron, juga PayPal. Sejauh yang saya tahu, Book Depository juga menerima berbagai mata uang yang selengkapnya bisa dicek di sini.


Bagaimana Melacak Pesanan Buku?

membaca buku

Pada bagian Top Navigation Menu, silakan klik Order Status. Kamu hanya perlu memasukkan Order Number yang dapat di-copy & paste dari Order History. Masukkan juga email  yang digunakan untuk melakukan pemesanan. Setelah itu klik View untuk men-track pesanan sudah sampai proses mana.

Bedanya Order Status dan Order History di mana, sih? Kalau Order Status untuk menelusuri satu pesanan saja, sementara Order History untuk melihat status semua pesanan, bahkan yang dulu-dulu sekali pun.

Section ini cukup penting untuk dipantengin soalnya buku pesanan kan datangnya dari luar negeri. Rajin-rajin cek aja, takutnya bukumu udah dipesan lama tapi nggak sampai-sampai, kan. Kalau nyasar ke rumah siapa gitu, kan sedih. 😭

Namun setelah saya telusuri lebih jauh, plus dapat cerita dari temen-temen lain juga yang pernah menggunakan Book Depository, ternyata pembeli hanya bisa mengecek status pesanan saja, bukan mengetahui secara detail pesanan buku kita sudah berada di mana. Misalnya, apakah buku kita masih di gudang penyimpanan, apakah sudah sampai di Indonesia, apakah sudah dikirim Pos Indonesia ke alamat tujuan, dan seterusnya.

Sayangnya lagi, Book Depository juga tidak memberikan shipping number sehingga pembeli cukup kesulitan (dan agak was-was pastinya) untuk melacak keberadaan pesanan lewat laman Pos Indonesia.

Saran saya, kamu bisa langsung mengirim email kepada Customer Service mereka untuk menanyakan soal pesanan kamu. Ada yang bercerita bahwa Book Depository menyarankan untuk

  1. menghubungi kantor pos lokal (Pos Indonesia) untuk menanyakan soal buku, tapi ya itu dia Pos Indonesia nggak bisa bantu melacak karena nggak ada shipping number.
  2. mengecek kembali apakah alamat yang ditulis sudah betul atau belum. Saran saya, tulislah alamat tujuan selengkap-lengkapnya, mulai dari blok rumah, RT/RW, sampai kode pos. Bila perlu, gunakanlah bahasa Inggris dan tulis catatan tambahan seperti patokan rumah dll.
  3. full refund. Apabila buku yang dipesan tahu-tahu sampai di rumah, itu bonus untuk si pembeli. Book Depository sepertinya nggak akan meminta pembeli untuk membayar kembali.
  4. menunggu sembari mereka mengirimkan buku baru. Akan tetapi, karena situasi COVID-19 membuat segalanya nggak menentu dan daripada pembeli menunggu lebih lama lagi, akan dikembalikan ke opsi nomor 3.

 

Kapan Pesanan Saya Sampai?

Beli Buku Impor Online di Book Depository

Hal lain yang perlu diketahui dari Book Depository adalah soal estimasi pesanan tiba. Berdasarkan informasi yang saya dapat di laman Book Depository, untuk pengiriman dari Inggris ke Indonesia kira-kira 7-10 hari kerja. Kalau pengiriman dari Australia sekitar 10-14 hari kerja. Untuk negara-negara lainnya, maksimal estimasi pesanan sampai kira-kira 25 hari kerja, which means sebulanan lebih.

Tapiii… waktu itu saya pesen buku pada 10 April 2020 dan baru sampai sekitar 2 bulan kemudian. Saya pesan dua buku, yakni

  1. Dear Ijeawele, or a Feminist Manifesto in Fifteen Suggestions karya Chimamanda Ngozi Adichie;
  2. The Master’s Tools Will Never Dismantle the Master’s House karya Audre Lorde.

Anyway, bukunya dikirim lewat Pos Indonesia dengan memanfaatkan layanan International Air Mail. Jujur kurang paham. Tapi Puji Tuhan, pengalaman beli buku impor online pertama kali dari Book Depository aman-aman aja, meski sampenya sampai berbulan-bulan kemudian.

Memang termasuk lama, tapi nggak apa-apa, kok. Bukan cuma saya yang mengalami pengiriman lama. Banyak juga yang pesan buku dari 1-2 bulan yang lalu dan sampai sekarang belum sampai juga.

Waktu itu saya pernah ngobrol dengan tim Book Depository terkait pengiriman. Mereka bilang, beberapa kota atau area di sana masih under lockdown, meski beberapa bisnis udah mulai buka lagi. Tentu aja, hal ini memengaruhi pengiriman dari luar negeri ke Indonesia.

Book Depository sendiri sudah memberitahukan hal terkait COVID-19 lewat website-nya. Jadi, seharusnya para pembeli sudah paham dan bisa lebih bersabar, ya.


Apakah Dikenakan Pajak Lagi?

Terkait hal ini, saya coba jawab sesuai pengalaman, ya. Jadi, pertama kali beli buku di Book Depository, saya enggak dikenakan pajak tambahan seperti yang dialami beberapa orang yang saya kenal.

Akan tetapi, pada November 2020, saya membeli sebuah buku dan ternyata, POS Indonesia memberikan saya sebuah invoice yang menagih biaya administrasi sebesar Rp5.000. Sejujurnya, saya juga kurang paham biaya administrasi apa yang dimaksud. Apakah ini pajak yang sering ditanyakan teman-teman lain?

Namun, pada rincian tagihannya, tertulis Rp0 pada rincian pungutan negara (biaya masuk, PPN Impor, PPh 2020 Impor) serta Rp0 pada biaya penyimpanan. Hanya Rp5.000 pada biaya administrasi saja untuk nilai barang yang saya beli sebesar 3USD.


Kelebihan dan Kekurangan

Beli Buku Impor Online di Book Depository

Kelebihan

  • Katalog buku Book Depository cukup lengkap dan pengalaman pencarian buku cukup mudah.
  • Pengkategorisasian buku cukup rapi dan sangat dipermudah dengan adanya filter pencarian.
  • Pada ready pac envelope tertulis, apabila pesanan nggak sampai ke tujuan, silakan dikirim kembali ke Singapore Post Center. Info penting, nih!
  • Beli buku impor online gratis bookmark lucu!

Kekurangan

  • Pengiriman lama. Wajib bersabar.
  • Beberapa harga buku di website Book Depository lebih mahal.
  • Packaging cukup kuat, tapi menggunakan bahan daur ulang. Agak takut kena basah dan malah merusak buku.
  • Nggak ada shipping number sehingga sulit untuk melacak keberadaan pesanan buku.

Nah, itulah dia pengalaman saya beli buku impor online di Book Depository. So far, meski ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan, saya suka dengan layanannya dan sama sekali nggak mengecewakan. Di tengah COVID-19 pun, toko buku ini tetap memberikan pelayanan semaksimal mungkin bagi para pelanggannya.

Tentu aja, saya bakal pesen buku lagi di Book Depository di lain kesempatan. Gimana dengan kamu? 🙂


Sudah baca artikel lainnya di bawah ini belum? 😍

13 Favorite Bookish TikTok Accounts to Follow in 2020

1. 14 Rekomendasi Toko Buku Favorit Buat Beli Buku Online
2. Apa Itu Bookstagram dan Bagaimana Cara Membuatnya?
3. Apa Itu Books Aficionado?
4. Q&A: 15 Fun Facts about Me and My Bookstagram @sintiawithbooks
5. 7 Tips Meningkatkan Follower Bookstagram untuk Pemula
6. 30 Bookstagram Terms You Should Know
7. 20 Inspirasi Rainbow Bookshelf di Bookstagram yang Bikin Betah Baca Buku Seharian
8. Pengalaman Borong Buku dan Panduan Lengkap ke Big Bad Wolf Jakarta
9. 5 Buku Favorit yang Bikin Saya Jatuh Cinta dengan Dunia Anak-anak
10. Rainbow Bookshelf: Menata Buku-buku pada Rak Seperti Warna Pelangi
11. 8 Teknik Meningkatkan Engagement Bookstagram
12. 30+ Most Popular Bookstagram Hashtags to Increase Your Followers
13. 15 Rupi Kaur Powerful Quotes Every Girl Needs to Read
14. 15 Akun Bookstagram Indonesia Terfavorit, Sudah Follow Belum?
15. 3 Penulis Teenlit yang Novelnya Bikin Kangen Masa SMA
16. 7 Benda yang Bisa Kamu Jadikan Pembatas Buku
17. Pengalaman Mengirim Buku Gratis Lewat Kantor Pos Setiap Tanggal 17
18. 11 Most Creative Bookstagrammer to Follow
19. Asyiknya Belanja Buku di Periplus, Toko Buku Impor Langganan
20. [BOOK REVIEW] Gadis Daun Jeruk Karya Rinda Maria Gempita
21. 17 Rekomendasi Buku di POST Bookshop Pasar Santa
22. [BOOKSTAGRAM TIPS] Memotret Buku dengan Kamera HP atau Kamera DSLR?
23. [EKSKLUSIF] Bab Pertama Novel The Perfect Catch Karya Chocola
24. [BOOK REVIEW] Na Willa: Serial Catatan Kemarin Karya Reda Gaudiamo
25. 7 Properti untuk Bookstagram Biar Foto Makin Keren
26. 7 Cara Memfoto Buku untuk Bookstagram
27. Pengalaman Membeli Buku di POST Bookshop Pasar Santa
28. Pengalaman Beli Buku di Grobmart untuk Pertama Kalinya
29. [BOOK REVIEW] Aku, Meps, dan Beps Karya Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo
30. Bagaimana Cara Menulis Caption untuk Bookstagram?
31. [BOOK REVIEW] The Stories of Choo Choo: You’re Not as Alone as You Think Karya Citra Marina
32. [BOOK REVIEW] Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Karya Marchella FP
33. 10 Kutipan Terbaik dari Buku NKCTHI Karya Marchella FP
34. [BOOK REVIEW] Things & Thoughts I Drew When I was Bored Karya Naela Ali
35. [BOOK REVIEW] Milk and Honey Karya Rupi Kaur Versi Bahasa Indonesia
36. [BOOK REVIEW] Off the Record Karya Ria SW
37. 17 Ide Foto Bookstagram Bertema Natal yang Bisa Kamu Tiru
38. Cara Mudah Menemukan Buku yang Sedang Diskon di Toko Online
39. Berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Tertinggi di Dunia
40. Akhir Pekan Produktif di Haru Bookstore Gading Serpong
41. Mudahnya Beli Buku Online di Belbuk.com
42. Kebiasaan Membaca Buku di Perjalanan yang Ingin Saya Tularkan ke Kamu
43. Ngobrolin Novel Taman Pasir di Twitter Bareng Penerbit Grasindo
44. Bedah Buku dan Peluncuran Novel Nyanyian Hujan
45. @sintiawithbooks’ Best Nine on Instagram in 2018
46. [BOOK REVIEW] Seri Kemiri Yori Karya Book For Mountain
47. Serunya Kumpul dan Makan Siang Bareng Nagra dan Aru
48. 8 Booktuber Indonesia Favorit yang Wajib Kamu Tonton Videonya
49. 4 Blogger Buku Favorit yang Sering Kasih Rekomendasi Buku Bagus
50. 7 Rekomendasi Buku yang Asyik Dibaca Saat Traveling
51. Kenapa Sih Suka Banget Bawa Buku Saat Traveling?
52. 5 Tips Memilih Buku untuk Dibawa Saat Traveling
53. Apa Itu Book-Shaming dan Kenapa Harus Dihentikan?
54. Donasi Buku Lewat Lemari Bukubuku, Bisa Dapat Gambar Gratis!
55. [BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang
56. Pengorbanan Bookstagrammer Demi Dapat Foto Bagus, Pernah Ngerasain?
57. [Book Review] Deep Wounds Karya Dika Agustin
58. 5 Buku Ilustrasi Favorit untuk Kamu yang Butuh Bacaan Ringan
59. Baca 5 Buku tentang Perempuan Ini Saat Hari Perempuan Internasional
60. Panduan Membuat Kartu Anggota Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
61. Things to Know About Big Bad Wolf Books Sale 2019 and My Book Haul!
62. 10 Male Bookstagrammers Who Will Inspire You to Read More
63. [BOOK REVIEW] Dear Tomorrow: Notes to My Future Self Karya Maudy Ayunda
64. [BOOK REVIEW] The Naked Traveler 8: The Farewell Karya Trinity
65. [BOOK REVIEW] Bicara Tubuh Karya Ucita Pohan dan Jozz Felix
66. Pengalaman Belanja Buku di Gramedia World BSD, Tangerang
67. Singgah Sejenak di Perpustakaan Erasmus Huis Jakarta Selatan
68. The Reading Room, Kemang: Sensasi Makan di Perpustakaan
69. Toko Buku Independen POST, Surga Kecil Para Pencinta Buku
70. Membawa Buku di Penjuru Dunia ke Transit Bookstore Pasar Santa
71. Indie Bookshop Tour: Tur Toko Buku Independen Perdana di Jakarta
72. 7 Inspirasi Tempat Baca Favorit Para Bookstagrammer
73. Toko Buku Foto Gueari Galeri: Jual Foto, Emosi, dan Cerita
74. [BOOK REVIEW] Kamu Terlalu Banyak Bercanda Karya Marchella FP
75. [BOOK REVIEW] The Loneliest Star in the Sky Karya Waliyadi
76. Ketagihan Baca E-book Gara-gara Gramedia Digital
77. [BOOK REVIEW] Jingga Jenaka Karya Annisa Rizkiana Rahmasari
78. [BOOK REVIEW] Nanti Kita Sambat tentang Hari Ini Karya Mas Aik
79. [BOOK REVIEW] Avontur, Dear 19 Karya Thinkermoon
80. [BOOK REVIEW] Flowers over the Bench Karya Gyanindra Ali
81. Menyusuri Tumpukan Buku-buku Lawas di Galeri Buku Bengkel Deklamasi
82. 5 Cara Menabung untuk Membeli Buku
83. 5 Cara Menemukan Inspirasi untuk Bookstagram
84. [BOOK REVIEW] Addio Karya Alya Damianti
85. 5 Rekomendasi Film Favorit Berlatar Toko Buku, Sudah Nonton?
86. Berburu Buku Murah di Vintage Vibes, Alam Sutera
87. 6 Tips Biar Enggak Kalap Belanja Buku di Big Bad Wolf
88. [BOOK REVIEW] Mind Platter (Bejana Pikiran) Karya Najwa Zebian
89. Perpustakaan Goethe-Institut Jakarta: Tempat Asyik Belajar Budaya Jerman
90. Nyamannya Membaca Buku di Perpustakaan Freedom Institute
91. 7 Strategi Jitu Menambah Penghasilan dari Buku
92. Perpustakaan Habibie dan Ainun, Warisan untuk Masyarakat Indonesia
93. Sore Hari Bersama Buku-buku di Halaman Belakang Kineruku Bandung
94. Mengejar Aan Mansyur Hingga ke Katakerja Makassar
95. Kedai Buku Jenny, Lebih dari Sekadar Perpustakaan dan Toko Buku
96. [BOOK REVIEW] Surat untuk Anakku Karya Mahendra Hariyanto
97. [BOOK REVIEW] Selamat Datang, Bulan Karya Theoresia Rumthe
98. 7 Perpustakaan di Jakarta yang Bikin Makin Cinta Membaca
99. 10 Aplikasi Edit Foto Bookstagram yang Sering Saya Gunakan
100. 10 Kutipan Terbaik dari Buku Kamu Terlalu Banyak Bercanda
101. Pengalaman Beli Buku Online di Kinokuniya Jakarta
102. 13 Favorite Bookish TikTok Accounts to Follow in 2020

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *