[BOOKSTAGRAM TIPS] Memotret Buku dengan Kamera HP atau Kamera DSLR? – Kalau melihat ada foto kece di Instagram, foto apapun itu, sering enggak sih bertanya-tanya dalam hati, eh dia pakai kamera apa, ya? Kok bisa sih, hasilnya bagus banget? Sudah diberi tahu pakai kamera apa, eh masih aja banyak yang nanya. Hehehe. ?
Tahu enggak sih, perkara menghasilkan foto bagus itu bukan cuma soal kamera apa yang kita gunakan. Di balik sebuah foto keren, ada lensa kamera yang canggih, alat-alat memotret lainnya, teknik fotografi, skill, dan yang paling penting adalah latihan terus-menerus.
Waktu SMA, saya mulai tertarik dengan dunia fotografi. Saya minta dibelikan DSLR Canon 1000D dengan lensa kit 18-55mm, kemudian mulai belajar fotografi sendiri. Caranya gimana? Saya banyak berlatih memotret. Dari trial and error, saya jadi mengerti, oh ternyata begini toh kalau mau memotret bulan di malam hari. Oh, ternyata kalau mau memfoto buku untuk Bookstagram, bagusnya pakai angle ini, lensa ini, di kondisi pencahayaan yang seperti ini.
Ngomongin soal Bookstagram, saya juga pernah mendapat pertanyaan soal kamera apa yang saya gunakan. Buat kamu yang juga penasaran, saya menggunakan Canon 60D, dengan lensa 18-55mm, 50mm, serta 55-250mm yang sebenarnya agak jarang saya gunakan.
“Kok enggak foto pakai HP aja, sih? Kan lebih gampang.” Oke, selain karena kamera HP saya kualitasnya enggak sebagus kamera profesional, ini plus-minus yang perlu kamu tahu. Siapa tahu kamu lagi bingung mau pilih gear apa untuk memotret.
[BOOKSTAGRAM TIPS] Memotret Buku dengan Kamera HP atau Kamera DSLR?
Kamera HP: meski lebih praktis dan fleksibel, enggak semua HP memiliki kamera mumpuni
Kelemahan
- Ketika memfoto buku untuk Bookstagram, saya termasuk orang yang sangat mementingkan kualitas. Nah, karena kualitas kamera HP saya enggak sebagus kamera profesional, makanya saya enggak menggunakan kamera HP.
- Untuk pencahayaan minim, misalnya memfoto di dalam ruangan, hasilnya kurang bisa diandalkan. Memang sih, bisa diedit. Namun kalau hasil fotonya terlalu gelap, kemudian brightness-nya dinaikkan sampai pooll, biasanya suka ada “semut” dan itu untuk hasil foto yang seperti itu kurang saya suka.
- HP yang kameranya bagus, bahkan bisa disetarakan dengan kamera profesional, harganya mahal. Biasanya, kamera HP jenis ini didukung oleh image stabilizer, kemampuan untuk menciptakan foto bokeh, hasil foto terang dan tajam meski kondisi pencahayaannya minin.
Kelebihan
- Kalau memotret dengan HP itu enak! Bakalan lebih praktis dan efisien. Kemudian, bisa langsung di-upload ke Instagram, deh.
- Hasil gambar yang sudah dijepret juga bisa langsung diedit dari berbagai aplikasi photo-editing di HP. Semisal VSCO, Snapseed, Unfold, Pomelo, Lightroom, dan sebagainya. Sekarang, ada banyak banget aplikasi yang memudahkan kita untuk bikin foto-foto terlihat lebih eye-catchy.
- HP juga gampang banget dibawa ke mana-mana soalnya ukurannya kecil dan bobotnya pun ringan. Ini memudahkan para Bookstagrammer yang pengin melakukan book photography di outdoor. Jadi, enggak perlu bawa kamera yang berat.
Kamera DSLR: berat memang, tapi bisa eksplorasi lebih banyak teknik fotografi!
Kelemahan
- Beneran deh, kamera DSLR ini berat banget! Kalau kamu melakukan sesi book photography selama berjam-jam, sangat mungkin sih bikin tangan pegal. Hehehe. ?
- Kalau kamera kamu enggak punya fitur Wi-Fi, kamu harus mentransfer foto-foto kamu ke laptop lebih dulu, baru ditransfer ke HP untuk di-upload ke Instagram, which means enggak efisien dan makan waktu lebih banyak, sih.
- Memang, ada kamera DSLR yang harganya beda-beda tipis dengan harga HP. Namun, semakin mahal kamera DSLR kamu sudah pasti bakalan lebih bagus. Kamera DSLR dengan harga lumayan yang kemampuannya bisa diandalkan kira-kira dibanderol dengan harga Rp6 juta ke atas.
- Harus keluar kocek lebih untuk berbagai macam aksesoris kamera. Mulai dari UV filter, tripod, hingga lensa. Apalagi kamera DSLR memiliki berbagai jenis lensa dengan kemampuan mengambil foto yang berbeda-beda. Sering penasaran enggak sih, kenapa orang-orang bisa memotret buku dengan background yang blur-nya smooth banget? Atau foto bokehnya benar-benar memanjakan mata? Salah satu rahasianya adalah lensa itu sendiri.
Kelebihan
- Enaknya pakai kamera DSLR adalah kamu bisa mengatur sendiri shutter speed, aperture, mode foto, dan lainnya. Jadi bakalan lebih profesional dan hasilnya bisa diutak-atik sesuai dengan keinginan penggunanya.
- Hasil foto lebih terang dan tajam. Di kondisi gelap sekalipun, kalau lensa kamu mampu menangkap banyak cahaya, hasilnya bakalan oke-oke aja.
- Di sisi lain, kamu juga bisa lebih mengeksplorasi berbagai teknik atau angle dalam fotografi. Salah satu contohnya adalah Bulb. Siapa tahu, teknik fotografi yang bermacam-macam ini bisa kamu maksimalkan untuk feed Bookstagram kamu. Bila Bookstagrammer lain merasa bahwa feed kamu menarik, tentu aja mereka bakalan langsung follow akunmu!
- Bila kamera kamu dibekali fitur Wi-Fi, kamu bisa langsung mentransfer foto-fotonya ke HP sehingga enggak perlu lagi deh memindahkan semua file-nya ke laptop. Kalau sudah ketemu foto yang bagus, barulah di-upload ke Bookstagram.
Jadi, kamera HP atau kamera DSLR, nih?
Nah, kamu sudah melihat kan perbandingan penggunaan kamera HP atau kamera DSLR di atas? Jadi, untuk memotret buku dengan kamera, mana gear yang kamu pilih? Bila ditelusuri lebih jauh, masing-masing memang memiliki kelemahan dan kelebihannya sendiri. Semua bisa disesuaikan dengan kebutuhan kamu saat hendak memfoto buku untuk Bookstagram, ya.
Apabila kamu merasa fine-fine saja memotret dengan HP, toh kualitasnya enggak kalah keren, well it’s good for you. Namun, kalau kamu merasa memotret dengan DSLR bakalan lebih nyaman dan hasilnya sesuai yang diinginkan, just go for it.
Apapun gear yang digunakan, yang penting kamu harus selalu aktif di Bookstagram, ya. Kembangkan akunmu, tingkatkan followers-mu, rajin-rajinlah berbincang dengan Bookstagrammer lainnya untuk meningkatkan engagement akunmu.
Jangan seperti saya ya, teman-teman. Akhir-akhir ini lagi sibuk-sibuknya sehingga enggak ada waktu untuk mengurus @sintiawithbooks. Tapi tenang aja, saya sedang mempersiapkan beberapa hal untuk bikin Bookstagram saya aktif lagi! Yeay!
Omong-omong, tulis nama akun Bookstagram kamu di kolom komentar, dong! Siapa tahu kita bisa saling follow! Hehehe. 😀
BACA ARTIKEL LAINNYA, YUK!
1. 5 Rekomendasi Toko Buku Favorit Buat Beli Buku Online
2. Apa Itu Bookstagram dan Bagaimana Cara Membuatnya?
3. Apa Itu Books Aficionado?
4. Q&A: 15 Fun Facts about Me and My Bookstagram @sintiawithbooks
5. 7 Tips Meningkatkan Follower Bookstagram untuk Pemula
6. 30 Bookstagram Terms You Should Know
7. 20 Inspirasi Rainbow Bookshelf di Bookstagram yang Bikin Betah Baca Buku Seharian
8. Pengalaman Borong Buku di Big Bad Wolf Jakarta (Bonus: 5 Tips Biar Enggak Kalap)
9. 5 Buku Favorit yang Bikin Saya Jatuh Cinta dengan Dunia Anak-anak
10. Rainbow Bookshelf: Menata Buku-buku pada Rak Seperti Warna Pelangi
11. 5 Teknik Meningkatkan Engagement Bookstagram Lewat Pemberian Komentar
12. 30+ Most Popular Bookstagram Hashtags to Increase Your Followers
13. 15 Rupi Kaur Powerful Quotes Every Girl Needs to Read
14. 15 Akun Bookstagram Indonesia Terfavorit, Sudah Follow Belum?
15. 3 Penulis Teenlit yang Novelnya Bikin Kangen Masa SMA
16. 7 Benda yang Bisa Kamu Jadikan Pembatas Buku
17. Pengalaman Mengirim Buku Gratis Lewat Kantor Pos Setiap Tanggal 17
18. 11 Most Creative Bookstagrammer to Follow in 2018
19. [BOOK REVIEW] Aku, Meps, dan Beps Karya Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo
20. [BOOK REVIEW] Gadis Daun Jeruk, Si Pengingat Mimpi
21. 17 Rekomendasi Buku di POST Bookshop Pasar Santa
22. Pengalaman Membeli Buku di POST Bookshop Pasar Santa
23. [BOOK REVIEW] Milk and Honey Karya Rupi Kaur Versi Bahasa Indonesia
24. [BOOK REVIEW] Na Willa: Serial Catatan Kemarin Karya Reda Gaudiamo
25. 7 Properti untuk Bookstagram Biar Foto Makin Keren
Pengen beli kamera tapi selain soal harga yg aku takutin adalah tanganku suka jatuhin barang2. Ga kebayang itu kamera mahal masa ya sekali pake. Hihi
Ayo nabung, nabung. Kalau sudah beli kamera nanti, berarti harus lebih hati-hati pakainya. Hehe 😀