Apa Itu Bookstagram dan Bagaimana Cara Membuatnya?

May 3, 2020

Apa Itu Bookstagram dan Bagaimana Cara Membuatnya? – Salah satu cara untuk menunjukkan kecintaan saya terhadap buku bukan dengan terus-terusan membeli lalu dibiarkan begitu saja di rak. Ya, kalau itu sih namanya penimbun buku.

Saya punya cara lain, yakni membuat akun Bookstagram. Di akun Bookstagram ini, saya bukan cuma memamerkan foto-foto bagus yang memanjakan mata atau mengundang engagement semata, melainkan berisi informasi bermanfaat mengenai buku atau literasi?

Baca juga: 5 Cara Menemukan Inspirasi untuk Bookstagram

Apa saja hal-hal terkait literasi? Bisa berkenaan dengan kebiasaan membaca, kegiatan literasi yang sedang atau akan berlangsung, info mengenai komunitas atau klub buku, informasi mengenai toko buku lokal atau toko buku independen, hingga perpustakaan menarik yang ada di sekitar.

Pada 2016 lalu (ini pertama kalinya saya membuat akun Bookstagram), mungkin banyak yang belum fasih dengan istilah Bookstagram itu sendiri. Berbeda dengan tahun 2020 di mana sudah semakin banyak akun bertema buku yang bermunculan.

Apabila kamu belum tahu apa itu Bookstagram, tenang, pada tulisan ini saya akan mengupas tuntas serba-serbi Bookstagram, plus bocoran bagaimana membuat cara membuat akunmu sendiri.


Apa Itu Bookstagram?

[BOOK REVIEW] Flowers Over the Bench Karya Gyanindra Ali - buku puisi

Karya puisi yang manis.

Jika para traveler punya Travelgram, atau akun Instagram yang didedikasikan untuk mengabadikan perjalanan mereka di berbagai belahan dunia, ada pula Bookstagram yang dibuat para bookworms atau avid readers, yang tentu saja isinya enggak jauh-jauh dari buku.

Baca juga: 7 Inspirasi Tempat Baca Favorit Para Bookstagrammer

Sebenarnya, Bookstagram bukan lagi hal yang baru. Pada dasarnya, Bookstagram dapat menjadi tempat yang seru untuk saling berbagi rekomendasi bacaan, terutama untuk kita yang gemar membaca dan mengoleksi buku.

Saya sendiri memulai akun Bookstagram karena beberapa hal, yakni

  1. Saya melihat ada banyak Bookstagrammer luar negeri dengan koleksi buku yang super keren, dan berpotensi membuat iri para penikmat buku lainnya. 😂🙈
  2. Iseng.
  3. Ingin turut “meracuni” orang lain supaya gemar membaca. Karena sepertinya saya termasuk orang yang nggak percaya kalau minat baca masyarakat di Indonesia rendah. Adakah data terbaru mengenai hal ini?
  4. Ada banyak buku di rumah yang sayang sekali kalau cuma dianggurin begitu selesai membaca. Kenapa nggak dibagikan review buku atau pengalaman membaca kepada teman-teman lain?

Tanpa berpikir panjang, saya pun membuat akun Bookstagram khusus, yang mana memang saya pisahkan dengan akun Instagram personal saya. Jadilah @sintiawithbooks.

Dulu, akun Bookstagram yang pemiliknya orang Indonesia mungkin bisa dihitung jari. Namun, pada 2020 ini, udah banyak banget Bookstagrammer Indonesia yang bertebaran. Ini beneran bikin saya senang bukan main. Saya jadi semakin optimis bahwa kita semua bisa semakin melek literasi.

Setelah mengetahui apa itu Bookstagram, mari melihat berbagai manfaat yang bisa didapat dengan membuat akun khusus buku ini.


10 Manfaat Membuat Akun Bookstagram

[BOOK REVIEW] The Stories of Choo Choo You're Not as Alone as You Think Karya Citra Marina - 5 Buku Ilustrasi Favorit untuk Kamu yang Butuh Bacaan Ringan

Ada ilustrasi soal Choo Choo yang ternyata gemar membaca buku!

Sudah paham kan, mengenai apa itu Bookstagram? Sekarang, saya akan memaparkan lebih lanjut mengenai beberapa manfaat membuat akun Bookstagram.

  1. Bookstagram bisa menjadi tempat untuk saling bertukar rekomendasi buku, membagikan pengalaman ketika berkunjung ke perpustakan, atau mungkin toko buku lokal di masing-masing daerah.
  2. Menambah wawasan terkait dunia literasi, bukan cuma lokal, melainkan internasional.
  3. Mengetahui informasi terkini mengenai buku baru, kegiatan literasi, hingga diskon dari berbagai penerbit.
  4. Mampu meningkatkan minat baca, bukan cuma si pemilik akun, melainkan siapa pun itu yang mengonsumsi konten-konten Bookstagram kita.
  5. Dapat berjejaring dengan Bokostagrammer lain, pembaca, blogger buku, penerbit, editor, penulis, agensi kepenulisan, atau brand berkaitan lainnya.
  6. Mengasah kreativitas si pemilik akun untuk membuat beragam konten yang lebih ciamik dan bermanfaat bagi siapa pun, misalnya menggabungkan foto dan video, serta mencoba microblog.
  7. Melatih skill untuk menambah followers atau meningkatkan engagement.
  8. Meningkatkan kemampuan dalam segi book photography, copywriting pada caption, video dan photo editing, dan sebagainya.
  9. Bookstagram pun bisa menjadi salah satu sumber pendapatan. Salah satunya adalah kerja sama membuat ulasan buku.
  10. Alat untuk personal branding. Jika kita ingin dikenal sebagai salah seorang “kutu buku”, nggak ada salahnya membuat akun Bookstagram.

Apabila kamu tertarik juga untuk membuat akun Bookstagram tetapi masih bingung bagaimana cara membuatnya, silakan membaca part selanjutnya di bawah ini.


Bagaimana Cara Membuat Bookstagram?

Sign up and pick a creative username

Setelah mengetahui apa itu Bookstagram, saya memutuskan untuk membuat akun Intagram baru yang memang isinya hanya seputar buku (akun @sintiaastarina saya dedikasikan untuk foto-foto traveling saja).

Saat mendaftar, saya (mempunyai berbagai alternatif nama dan pada akhirnya) memilih username yang isinya juga enggak jauh-jauh dari buku, yakni @sintiawithbooks.

Sepengamatan saya, enggak jarang pengguna yang memang memasukkan unsur buku untuk username mereka.

Sebagai contoh: …reads, reading with…, pages, …is reading, fiction, library, book review, bookish, read by…, books and…, dan sebagainya. So, let’s be creative! Namun, ini bukan aturan wajib. Kita juga bisa pakai nama di luar ini, kok.

Lalu, pasang profile picture dan tulis bio singkat yang menggambarkan diri kita. Bisa dicoba juga, tulis asal negara kita supaya bookstagrammers lain tahu dari mana kita berasal.

Hal ini memudahkan pengguna lain di negara yang sama untuk mengenali kita. It works, though. Saya jadi tahu ternyata banyak juga bookstagrammers asal Indonesia ya, gara-gara bio mereka.


Figure out theme or style, don’t be a copycat

  • Pick the Theme

Langkah selanjutnya adalah menentukan tema. Misalnya, apakah nanti kita akan mengambil foto di indoor, outdoor, menggunakan properti tertentu, bergaya flatlay, didominasi warna-warna favorit, hendak menampilkan kesan ramai dan penuh, mengambil tema Natal, bebas.

Awalnya, saya memutuskan untuk menggunakan gaya flatlay di setiap foto Bookstagram saya. Selimut atau seprai putih selalu menjadi latar.

Tapi lama-kelamaan tema dan gaya yang dipilih berkembang dengan sendirinya, tergantung kreativitas. Alhasil, enggak semua foto di akun saya bergaya flatlay semua.

Baca juga: Rainbow Bookshelf: Menata Buku-buku pada Rak Seperti Warna Pelangi

Memang, konsistensi dalam memilih tema penting. Hal ini berguna banget bagi Bookstagrammer baru supaya akunnya bisa dikenal pengguna lain dengan ciri khasnya.

Tapi, itu enggak mudah. Jadi menurut saya, daripada berlama-lama memutuskan tema apa yang ingin diterapkan ke akun kita, lebih baik hasilkanlah foto dengan gaya yang sesuai dengan yang diinginkan, yang kita suka, dan bikin kita nyaman.

Kalau di ke depannya ingin mengubah tema karena merasa, “Ah, yang ini better, ternyata”, that’s totally fine.

Importantly, don’t be a copycat. Ketika kita melihat ada timeline dengan foto-foto keren yang enak dilihat, kita jadi pengin punya galeri yang sama persis. Big no. Better you make it as one of your inspiration, then modify it.

  • Camera and Lighting

Dalam memotret, pastikan kita punya alat memadai untuk menghasilkan gambar yang sesuai dengan harapan. Untuk @sintiawithbooks, saya menggunakan tiga kamera, yakni

  1. kamera ponsel Galaxy A50
  2. SLR Canon 60D dengan lensa 18-55mm, 50mm, dan 55-250mm.
  3. Kamera Fujifilm X-A5 dengan lensa 15-45mm dan 35mm F/2

Enggak mesti punya kamera SLR atau mirrorless kok, cukup dengan kamera ponsel biasa aja juga bisa menghasilkan foto yang bagus. Namun perlu diingat, alat dengan kualitas baik memang enggak bisa dibohongi hasilnya. Cari tahu perbandingan kamera HP dan DSLR untuk memotret di artikel ini.

Oh ya, sedikit tips, dalam memotret gunakanlah pencahayaan alami (matahari) supaya gambar yang dihasilkan lebih natural. Baca artikel ini untuk tahu bagaimana cara saya memotret buku untuk Bookstagram.

Bisa juga gunakan properti tertentu yang bisa bikin gambar kita enggak terlalu sepi. Misalnya, gelas berisi teh atau kopi, selimut, pembatas buku, bunga, lembaran buku, dan sebagainya. Properti lainnya bisa dicek di sini.


Post regularly and consistently

Banyak Bokstagrammers yang mengeluh karena algoritma baru Instagram sepertinya kurang mendukung “eksistensi” mereka di komunitas ini. Karenanya, pastikan kita rajin mengunggah foto supaya kita enggak “tenggelam” di antara akun-akun lainnya.

Namun, kita enggak disarankan juga untuk posting setiap saat. Lebih baik, posting secara reguler saja, seperti dua kali sehari, sehari sekali, atau dua hari sekali.

Terlalu sering mengunggah foto malah bisa bisa membuat bookstagrammers lain jengkel karena kita dianggap terlalu aktif “menjajah” timeline mereka.

Namun sebaliknya, kalau kita jarang banget posting foto, bisa-bisa dianggap enggak aktif dan malah di-unfollow pengguna lain.

  • Caption

Jadikan keterangan (caption) di setiap foto yang diunggah sebagai sarana komunikasi kita dengan bookstagrammers lainnya.

Isi caption bisa berisi kutipan, sesuatu berhubungan dengan gambar buku yang diunggah, dikaitkan dengan keseharian kita, bisa juga diakhiri dengan pertanyaan yang mengundang teman-teman lain untuk menuliskan komentar.

Contoh:

– What’s your current read?

– When is your birthday? Find your birthday mate here.

– Who is your favorite female author?

– Who is your favorite Bookstagrammer and why?

Masih bingung bagaimana membuat caption yang baik? Bocorannya ada di sini.

  • Hashtag

Hashtag membantu bookstagrammers lain untuk menemukan akun kita, atau menambah jumlah likes pada konten yang diunggah.

Beberapa contoh hashtag yang bisa digunakan di antaranya #booksofinstagram, #becauseofreading, #bibliophile, #bookish, #bookstagramersunite, #bookfeaturepage, #bookishindo.

Supaya tidak nge-spam, lihat beberapa contoh Bookstagram hashtag yang biasa saya pakai di sini.


Editing

  • Photo Editing Apps

Saya sering memakai Photoscape untuk me-resize ukuran foto. Kemudian, saya mengunakan Snapseed atau VSCO untuk mengatur brightness dan mengaplikasikan filter jika memang diperlukan. Oh ya, saya biasanya juga pakai fitur photo editing di aplikasi Instagram sendiri.

Untuk lebih lengkapnya sudah saya tulis pada artikel ini.

  • Watermark

Untuk watermark atau credit foto, ini kembali lagi pada keputusan masing-masing. Boleh pakai, boleh tidak. Kalau saya lebih memilih untuk tidak menggunakan watermark supaya foto yang dihasilkan apa adanya.


Join the challenge

  • Book Challenge

Untuk mengikuti keseruan lain di komunitas ini, ikutilah Book Challenge yang biasanya diadakan setiap bulan. Tantangan yang harus diikuti berjalan setiap hari.

Sebagai contoh, ada 31 hari di bulan Oktober, yang mana ada 31 tantangan yang harus dilakukan. Mudahnya, kita hanya perlu mengunggah gambar sesuai tantangan yang diminta.

Misal, tanggal 1 kita harus mem-posting buku-buku dengan sampul berwarna oranye, tanggal 2 kita harus mem-posting halaman 144 dari buku apa saja, tanggal 3 kita harus mem-posting flying book, dan seterusnya.

  • Book Tag

Untuk Book Tag sebenarnya enggak terlalu berbeda dari Book Challenge. Hanya saja, kita perlu men-tag atau mention akun-akun lain supaya mereka mau ikutan Book Tag juga.


Increase the engagement

  • Follow, Like, Comments

Follow, like, dan comments sudah menjadi tiga hal yang wajib dilakukan, enggak cuma untuk Bookstagram saja. Ini penting banget supaya kita bisa dapat teman baru, followers bertambah, likes meningkat, dan dengan begitu engagement-nya pun jadi sama bagusnya.

Jangan ragu juga untuk follow back akun-akun yang sudah mengikuti kita, begitu juga dengan memberikan like back.

Untuk comment, usahakan nggak melulu nge-spam dengan kata-kata, seperti “Nice feed!”, “Such a lovely gallery”, atau “OMG this photo really made my day” aja. Kenapa? Sebab, kemungkinan kita cuma akan dapat balasan “Thanks!” tanpa ada conversation lebih lanjut.

Coba deh untuk memberikan komentar lebih dari satu kalimat, misalnya “Wow, do you love Harry Potter series as well? I love Hermione. She’s so smart and lovely. Which character do you like the most?”. Dengan begitu, engagement akan lebih mudah terjalin.

Masih bingung? Baca 8 tips meningkatkan engagement Bookstagram berikut ini.

  • Shoutout for Shoutout

Ini salah satu cara supaya akun kita bisa lebih dikenal banyak orang. Biasanya, ada bookstagrammers yang membuat Shoutout for Shoutout (SFS) sebagai sarana apresiasi untuk akun-akun lain.

Caranya mudah, hanya tinggal meng-capture feed suatu akun, say something about it (shoutout), kemudian jangan lupa di-mention. Bila beruntung, kita bakal dapat shoutout yang sama dari mereka.

Dulu, SFS ini sering banget di-post di feed masing-masing, tapi semenjak ada Insta Stories, bookstagrammers lebih memilih untuk post SFS di sana karena terbukti lebih praktis dan Stories bisa hilang dengan sendirinya dalam 24 jam.

Itulah dia penjelasan lengkap mengenai apa itu Bookstagram, manfaat, serta bagaimana cara membuatnya. Setelah mengetahui hal-hal di atas, apakah kamu berkepikiran untuk membuat akun Bookstagram?

Apabila kamu sudah tahu apa itu Bookstagram, bahkan sudah memiliki akun sendiri, silakan tinggalkan username kamu di kolom komentar supaya kita bisa berjejaring!

Jika penjelasan mengenai apa itu Bookstagram serta hal-hal lainnya belum dipaparkan pada tulisan ini, jangan sungkan untuk berdiskusi lebih lanjut, ya.

Have a very bookish day!


Jangan lupa baca artikel selanjutnya di bawah ini, ya! 😍

7 Tips Meningkatkan Followers Bookstagram untuk Pemula

1. 12 Rekomendasi Toko Buku Favorit Buat Beli Buku Online
2. Apa Itu Bookstagram dan Bagaimana Cara Membuatnya?
3. Apa Itu Books Aficionado?
4. Q&A: 15 Fun Facts about Me and My Bookstagram @sintiawithbooks
5. 7 Tips Meningkatkan Follower Bookstagram untuk Pemula
6. 30 Bookstagram Terms You Should Know
7. 20 Inspirasi Rainbow Bookshelf di Bookstagram yang Bikin Betah Baca Buku Seharian
8. Pengalaman Borong Buku dan Panduan Lengkap ke Big Bad Wolf Jakarta
9. 5 Buku Favorit yang Bikin Saya Jatuh Cinta dengan Dunia Anak-anak
10. Rainbow Bookshelf: Menata Buku-buku pada Rak Seperti Warna Pelangi
11. 8 Teknik Meningkatkan Engagement Bookstagram
12. 30+ Most Popular Bookstagram Hashtags to Increase Your Followers
13. 15 Rupi Kaur Powerful Quotes Every Girl Needs to Read
14. 15 Akun Bookstagram Indonesia Terfavorit, Sudah Follow Belum?
15. 3 Penulis Teenlit yang Novelnya Bikin Kangen Masa SMA
16. 7 Benda yang Bisa Kamu Jadikan Pembatas Buku
17. Pengalaman Mengirim Buku Gratis Lewat Kantor Pos Setiap Tanggal 17
18. 11 Most Creative Bookstagrammer to Follow in 2018
19. Asyiknya Belanja Buku di Periplus, Toko Buku Impor Langganan
20. [BOOK REVIEW] Gadis Daun Jeruk Karya Rinda Maria Gempita
21. 17 Rekomendasi Buku di POST Bookshop Pasar Santa
22. [BOOKSTAGRAM TIPS] Memotret Buku dengan Kamera HP atau Kamera DSLR?
23. [EKSKLUSIF] Bab Pertama Novel The Perfect Catch Karya Chocola
24. [BOOK REVIEW] Na Willa: Serial Catatan Kemarin Karya Reda Gaudiamo
25. 7 Properti untuk Bookstagram Biar Foto Makin Keren
26. 7 Cara Memfoto Buku untuk Bookstagram
27. Pengalaman Membeli Buku di POST Bookshop Pasar Santa
28. Pengalaman Beli Buku di Grobmart untuk Pertama Kalinya
29. [BOOK REVIEW] Aku, Meps, dan Beps Karya Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo
30. Bagaimana Cara Menulis Caption untuk Bookstagram?
31. [BOOK REVIEW] The Stories of Choo Choo: You’re Not as Alone as You Think Karya Citra Marina
32. [BOOK REVIEW] Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Karya Marchella FP
33. 10 Kutipan Terbaik dari Buku NKCTHI Karya Marchella FP
34. [BOOK REVIEW] Things & Thoughts I Drew When I was Bored Karya Naela Ali
35. [BOOK REVIEW] Milk and Honey Karya Rupi Kaur Versi Bahasa Indonesia
36. [BOOK REVIEW] Off the Record Karya Ria SW
37. 17 Ide Foto Bookstagram Bertema Natal yang Bisa Kamu Tiru
38. Cara Mudah Menemukan Buku yang Sedang Diskon di Toko Online
39. Berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Tertinggi di Dunia
40. Akhir Pekan Produktif di Haru Bookstore Gading Serpong
41. Mudahnya Beli Buku Online di Belbuk.com
42. Kebiasaan Membaca Buku di Perjalanan yang Ingin Saya Tularkan ke Kamu
43. Ngobrolin Novel Taman Pasir di Twitter Bareng Penerbit Grasindo
44. Bedah Buku dan Peluncuran Novel Nyanyian Hujan
45. @sintiawithbooks’ Best Nine on Instagram in 2018
46. [BOOK REVIEW] Seri Kemiri Yori Karya Book For Mountain
47. Serunya Kumpul dan Makan Siang Bareng Nagra dan Aru
48. 8 Booktuber Indonesia Favorit yang Wajib Kamu Tonton Videonya
49. 4 Blogger Buku Favorit yang Sering Kasih Rekomendasi Buku Bagus
50. 7 Rekomendasi Buku yang Asyik Dibaca Saat Traveling
51. Kenapa Sih Suka Banget Bawa Buku Saat Traveling?
52. 5 Tips Memilih Buku untuk Dibawa Saat Traveling
53. Apa Itu Book-Shaming dan Kenapa Harus Dihentikan?
54. Donasi Buku Lewat Lemari Bukubuku, Bisa Dapat Gambar Gratis!
55. [BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang
56. Pengorbanan Bookstagrammer Demi Dapat Foto Bagus, Pernah Ngerasain?
57. [Book Review] Deep Wounds Karya Dika Agustin
58. 5 Buku Ilustrasi Favorit untuk Kamu yang Butuh Bacaan Ringan
59. Baca 5 Buku tentang Perempuan Ini Saat Hari Perempuan Internasional
60. Panduan Membuat Kartu Anggota Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
61. Things to Know About Big Bad Wolf Books Sale 2019 and My Book Haul!
62. 10 Male Bookstagrammers Who Will Inspire You to Read More
63. [BOOK REVIEW] Dear Tomorrow: Notes to My Future Self Karya Maudy Ayunda
64. [BOOK REVIEW] The Naked Traveler 8: The Farewell Karya Trinity
65. [BOOK REVIEW] Bicara Tubuh Karya Ucita Pohan dan Jozz Felix
66. Pengalaman Belanja Buku di Gramedia World BSD, Tangerang
67. Singgah Sejenak di Perpustakaan Erasmus Huis Jakarta Selatan
68. The Reading Room, Kemang: Sensasi Makan di Perpustakaan
69. Toko Buku Independen POST, Surga Kecil Para Pencinta Buku
70. Membawa Buku di Penjuru Dunia ke Transit Bookstore Pasar Santa
71. Indie Bookshop Tour: Tur Toko Buku Independen Perdana di Jakarta
72. 7 Inspirasi Tempat Baca Favorit Para Bookstagrammer
73. Toko Buku Foto Gueari Galeri: Jual Foto, Emosi, dan Cerita
74. [BOOK REVIEW] Kamu Terlalu Banyak Bercanda Karya Marchella FP
75. [BOOK REVIEW] The Loneliest Star in the Sky Karya Waliyadi
76. Ketagihan Baca E-book Gara-gara Gramedia Digital
77. [BOOK REVIEW] Jingga Jenaka Karya Annisa Rizkiana Rahmasari
78. [BOOK REVIEW] Nanti Kita Sambat tentang Hari Ini Karya Mas Aik
79. [BOOK REVIEW] Avontur, Dear 19 Karya Thinkermoon
80. [BOOK REVIEW] Flowers over the Bench Karya Gyanindra Ali
81. Menyusuri Tumpukan Buku-buku Lawas di Galeri Buku Bengkel Deklamasi
82. 5 Cara Menabung untuk Membeli Buku
83. 5 Cara Menemukan Inspirasi untuk Bookstagram
84. [BOOK REVIEW] Addio Karya Alya Damianti
85. 5 Rekomendasi Film Favorit Berlatar Toko Buku, Sudah Nonton?
86. Berburu Buku Murah di Vintage Vibes, Alam Sutera
87. 6 Tips Biar Enggak Kalap Belanja Buku di Big Bad Wolf
88. [BOOK REVIEW] Mind Platter (Bejana Pikiran) Karya Najwa Zebian
89. Perpustakaan Goethe-Institut Jakarta: Tempat Asyik Belajar Budaya Jerman
90. Nyamannya Membaca Buku di Perpustakaan Freedom Institute
91. 7 Strategi Jitu Menambah Penghasilan dari Buku
92. Perpustakaan Habibie dan Ainun, Warisan untuk Masyarakat Indonesia
93. Sore Hari Bersama Buku-buku di Halaman Belakang Kineruku Bandung
94. Mengejar Aan Mansyur Hingga ke Katakerja Makassar
95. Kedai Buku Jenny, Lebih dari Sekadar Perpustakaan dan Toko Buku
96. [BOOK REVIEW] Surat untuk Anakku Karya Mahendra Hariyanto
97. [BOOK REVIEW] Selamat Datang, Bulan Karya Theoresia Rumthe
98. 7 Perpustakaan di Jakarta yang Bikin Makin Cinta Membaca
99. 10 Aplikasi Edit Foto Bookstagram yang Sering Saya Gunakan
100. 10 Kutipan Terbaik dari Buku Kamu Terlalu Banyak Bercanda
101. Pengalaman Beli Buku Online di Kinokuniya Jakarta

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

9 Comments

  1. Hana Bilqisthi

    Wow.. Loe mulai setahun lalu dan udah dpt 6k followers? Keren bgt ✨✨ makasih ya udah sharing tipsnya ?

    Reply
    • Sintia Astarina

      Wah terima kasih juga Hana sudah berkunjung. ❤ yup, let’s keep supporting each other ya. ?

      Reply
  2. Binar Greatani

    kuncinya satu : harus punya banyak buku. kalau cuman sederet buku di rak bakal bingung juga mau ngepost apa .-. btw, thanks kak sarannya, membantu banget. apalagi yang SFS, baru tau haha

    Reply
  3. Ulfa Khairina

    Wah, luar biasa. Sederhana, tapi nohok banget tips-nya. Salam kenal Sintia. You are really nice ?

    Reply
    • Sintia Astarina

      Haiii, terima kasih. Hehe. Salam kenal juga, ya. Semoga tipsnya membantu. ?

      Reply
  4. Kamdan

    Bookstagram ini fungsinya kira2 buat apa? hanya sekedar sharing photo buku? Kalau ingin sharing berbagi pinjam koleksi buku kita, dimana kita bisa meminjamkan buku kita atau sebaliknya meminjam koleksi buku orang lain, adakah forum nya? Terima kasih

    Reply
    • Sintia Astarina

      Halo! Bookstagram memiliki banyak fungsi, bahkan sekarang sudah menjadi komunitas. Biasanya kami para Bookstagrammer membagikan informasi seputar buku dan hal-hal lainnya kepada sesama pegiat literasi, lewat foto, video, perbincangan, talkshow, dst. Bookstagram juga bisa dijadikan sarana untuk mengajak teman-teman lain agar aktif membaca, memberikan informasi terkait buku, dan tentu kamu juga bisa meminjam buku orang lain atau meminjamkan buku kamu ke mereka. Untuk pinjam buku sendiri, ada akun bernama @bookabuku. Mungkin bisa dikulik lebih dalam. Semoga membantu, ya. 😀

      Reply

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *