[BOOK REVIEW] Flowers over the Bench Karya Gyanindra Ali

Jul 16, 2019

[BOOK REVIEW] Flowers over the Bench Karya Gyanindra Ali – Ada banyak cara untuk menyampaikan isi kepala dan hati. Salah satunya melalui buku puisi. Lewat kata-kata manis, sajak beraturan, juga pesan penuh makna. Apa yang tadinya sulit diucap, kini bisa lebih mudah terungkap.

Mungkin, puisi juga menjadi medium bagi Gyanindra Ali dalam menyampaikan yang terasa personal untuknya. Lebih tepatnya, soal jatuh-bangun dalam cinta. Buah-buah pemikirannya pun bertransformasi menjadi sebuah buku puisi apik berjudul Flowers over the Bench.

Baca juga: [BOOK REVIEW] Bicara Tubuh Karya Ucita Pohan dan Jozz Felix

Bila boleh jujur, hal pertama yang membuat saya jatuh cinta dengan Flowers over the Bench adalah karena sampulnya yang begitu menawan. Salut sekali dengan Gramedia Pustaka Utama yang senantiasa menelurkan inovasi pada karya-karya terbitannya.

Nah, lebih lanjut soal Flowers over the Bench akan dipaparkan dengan lebih detail di bawah ini, ya.

[BOOK REVIEW] Flowers over the Bench Karya Gyanindra Ali

[BOOK REVIEW] Flowers over the Bench Karya Gyanindra Ali

Judul Buku: Flowers over the Bench
Penulis: Gyanindra Ali
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 17 Juni 2019
ISBN: 9786020629330
Tebal: 120 halaman
Harga: Rp92.000

A gaze so dreamy

that it captures my own.

A whisper so soft
that it calms my soul.

A heart so tender
that it breaks my fall.

I’ve tasted these pieces of you
and now I desire you whole.

[BOOK REVIEW] Flowers over the Bench Karya Gyanindra Ali

Menyambung soal kepincut dengan sampul cantik Flowers over the Bench, sebagai informasi, buku ini menggunakan bahan tebal berupa board papers.

Gambar pada sampulnya pun terlihat begitu sederhana, tapi menawan. Pohon rindang, bangku taman, duduk-duduk santai sambil membaca buku. Persis mengingatkan saya pada beberapa scene film dengan latar di luar negeri.

Kemudian, masuk ke puisi-puisi yang ditulis Gyanindra Ali di Flowers over the Bench, ada dua bagian yang bisa dibaca, yakni Spring dan Fall.

Spring bercerita soal kisah-kisah menyenangkan soal cinta. Ya, layaknya bunga-bunga yang sedang bermekaran di musim semi. Di sisi sebaliknya, ada Fall, puisi-puisi soal kesedihan yang dialami, sama halnya seperti bunga-bunga yang sedang berguguran.

[BOOK REVIEW] Flowers over the Bench Karya Gyanindra Ali

Kala membaca karya ini, ada satu hal yang tanpa sadar mengusik pikiran dan perasaan saya. Biasanya, saya selalu membaca buku puisi atau prosa yang ditulis oleh perempuan. Katakanlah, Naela Ali, Lala Bohang, Lang Leav, hingga Rupi Kaur.

Kebanyakan dari mereka menulis puisi berdasarkan sudut pandang mereka sendiri sebagai perempuan.

Nah, ketika membaca Flowers over the Bench yang notabene penulisnya adalah laki-laki, saya malah jadi senyam-senyum sendiri.

buku puisi

Banyak puisi dalam Flowers over the Bench yang menggambarkan bagaimana perempuan dimanja, diangung-agungkan, dan begitu disayangi. Karena saya sendiri perempuan, enggak heran sih kalau tulisan di buku ini bikin klepek-klepek. 😍😂

Rasanya penulis mengajak saya untuk jatuh cinta berulang kali, lalu jatuh sekali, dan kembali mencinta berkali-kali.

Baca juga: Review Buku The Subtle Art of Not Giving a Fuck – Mark Manson

Bagi saya, perasaan yang ditimbulkan di hati pembaca bisa menjadi nilai plus buku puisi ini. Apalagi, kalau boleh menerka-nerka, tampaknya lebih banyak pembaca berjenis kelamin perempuan, ya? Harusnya sih, Gyanindra Ali bisa membuat para perempuan merasa berbunga-bunga dan jatuh hati dengan karya-karyanya, nih.

Eittsss… bukan maksud saya membeda-bedakan gender, ya. Ini murni yang saya rasakan sebagai perempuan setelah membaca Flowers over the Bench. Karena puisinya lebih banyak soal perempuan, mungkin pembaca laki-laki punya sudut pandang lain terkait ini?

buku puisi

Selanjutnya, ada hal lain yang menarik perhatian saya di buku Flowers over the Bench ini, yakni penggunaan kiasan yang bermaksud untuk menggambarkan objek, entah itu lewat pengandaian atau perbandingan.

Bagi saya, Gyanindra Ali cukup kreatif dalam pemilihan dan pengkreasian kata. Terbukti dengan ritme masing-masing bait yang begitu dijaga, yang mana hal tersebut menunjukkan kalau perbendaharaan kosakata yang dimilikinya lebih daripada yang lain.

Baca juga: [BOOK REVIEW] Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Karya Marchella FP

Namun sayang, saya menemukan ada beberapa puisi dalam Flowers over the Bench yang repetitif, misalnya berturut-turut menggunakan kata adorn. Lalu, ada juga puisi-puisi yang emosinya datar sekali, sampai-sampai saya enggak dapat makna dan rasanya. Beberapa kali saya melewatinya begitu saja.

Untung saja, kekurangan tersebut cepat diperbaiki lewat tulisan-tulisan lain yang enggak kalah menarik. Makanya, saya menikmati banget tulisan penulis muda ini.

buku puisi

Saya berharap, Flowers over the Bench bisa menjadi langkah awal bagi karya-karya keren selanjutnya. Gyanindra Ali harus bisa lebih explore ketika menulis puisi. Meski mengangkat tema percintaan yang banyak digandrungi anak muda, penulis harus bisa lebih kreatif dalam menggodok tema itu sendiri.

Ingat, pada dasarnya semua tema itu basi. Namun, cara penyampaian yang khas dan berbeda akan memberi nilai tambah tersendiri, yang pastinya mampu merengkuh lebih banyak lagi pembaca.

Baca juga: [BOOK REVIEW] The Stories of Choo Choo: You’re Not as Alone as You Think Karya Citra Marina

Saya pribadi merasa beruntung bisa membaca Flowers over the Bench. Bukan cuma merasa terhibur, saya juga bisa belajar diksi atau kosakata baru. Buku ini membikin saya penign menulis puisi lagi (ternyata keinginan untuk menulis dan menerbitkan buku puisi sendiri masih hidup! 😊).

Saya jadi enggak sabar menantikan karya-karya manis lainnya dari Gyanindra Ali. Nah, kalau tertarik untuk dibikin kepincut juga sama penulis satu ini, kamu sudah bisa membeli Flowers over the Bench di toko buku terdekat, ya.

Selamat menyelami manis dan pahitnya cinta.


Yakin nggak mau baca tulisan lainya di bawah ini? 🤔

[BOOK REVIEW] Kamu Terlalu Banyak Bercanda Karya Marchella FP

1. 7 Rekomendasi Toko Buku Favorit Buat Beli Buku Online
2. Apa Itu Bookstagram dan Bagaimana Cara Membuatnya?
3. Apa Itu Books Aficionado?
4. Q&A: 15 Fun Facts about Me and My Bookstagram @sintiawithbooks
5. 7 Tips Meningkatkan Follower Bookstagram untuk Pemula
6. 30 Bookstagram Terms You Should Know
7. 20 Inspirasi Rainbow Bookshelf di Bookstagram yang Bikin Betah Baca Buku Seharian
8. Pengalaman Borong Buku dan Panduan Lengkap ke Big Bad Wolf Jakarta
9. 5 Buku Favorit yang Bikin Saya Jatuh Cinta dengan Dunia Anak-anak
10. Rainbow Bookshelf: Menata Buku-buku pada Rak Seperti Warna Pelangi
11. 5 Teknik Meningkatkan Engagement Bookstagram Lewat Pemberian Komentar
12. 30+ Most Popular Bookstagram Hashtags to Increase Your Followers
13. 15 Rupi Kaur Powerful Quotes Every Girl Needs to Read
14. 15 Akun Bookstagram Indonesia Terfavorit, Sudah Follow Belum?
15. 3 Penulis Teenlit yang Novelnya Bikin Kangen Masa SMA
16. 7 Benda yang Bisa Kamu Jadikan Pembatas Buku
17. Pengalaman Mengirim Buku Gratis Lewat Kantor Pos Setiap Tanggal 17
18. 11 Most Creative Bookstagrammer to Follow in 2018
19. Asyiknya Belanja Buku di Periplus, Toko Buku Impor Langganan
20. [BOOK REVIEW] Gadis Daun Jeruk Karya Rinda Maria Gempita
21. 17 Rekomendasi Buku di POST Bookshop Pasar Santa
22. [BOOKSTAGRAM TIPS] Memotret Buku dengan Kamera HP atau Kamera DSLR?
23. [EKSKLUSIF] Bab Pertama Novel The Perfect Catch Karya Chocola
24. [BOOK REVIEW] Na Willa: Serial Catatan Kemarin Karya Reda Gaudiamo
25. 7 Properti untuk Bookstagram Biar Foto Makin Keren
26. 7 Cara Memfoto Buku untuk Bookstagram
27. Pengalaman Membeli Buku di POST Bookshop Pasar Santa
28. Pengalaman Beli Buku di Grobmart untuk Pertama Kalinya
29. [BOOK REVIEW] Aku, Meps, dan Beps Karya Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo
30. Bagaimana Cara Menulis Caption untuk Bookstagram?
31. [BOOK REVIEW] The Stories of Choo Choo: You’re Not as Alone as You Think Karya Citra Marina
32. [BOOK REVIEW] Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Karya Marchella FP
33. 10 Kutipan Terbaik dari Buku NKCTHI Karya Marchella FP
34. [BOOK REVIEW] Things & Thoughts I Drew When I was Bored Karya Naela Ali
35. [BOOK REVIEW] Milk and Honey Karya Rupi Kaur Versi Bahasa Indonesia
36. [BOOK REVIEW] Off the Record Karya Ria SW
37. 17 Ide Foto Bookstagram Bertema Natal yang Bisa Kamu Tiru
38. Cara Mudah Menemukan Buku yang Sedang Diskon di Toko Online
39. Berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Tertinggi di Dunia
40. Akhir Pekan Produktif di Haru Bookstore Gading Serpong
41. Mudahnya Beli Buku Online di Belbuk.com
42. Kebiasaan Membaca Buku di Perjalanan yang Ingin Saya Tularkan ke Kamu
43. Ngobrolin Novel Taman Pasir di Twitter Bareng Penerbit Grasindo
44. Bedah Buku dan Peluncuran Novel Nyanyian Hujan
45. @sintiawithbooks’ Best Nine on Instagram in 2018
46. [BOOK REVIEW] Seri Kemiri Yori Karya Book For Mountain
47. Serunya Kumpul dan Makan Siang Bareng Nagra dan Aru
48. 8 Booktuber Indonesia Favorit yang Wajib Kamu Tonton Videonya
49. 4 Blogger Buku Favorit yang Sering Kasih Rekomendasi Buku Bagus
50. 7 Rekomendasi Buku yang Asyik Dibaca Saat Traveling
51. Kenapa Sih Suka Banget Bawa Buku Saat Traveling?
52. 5 Tips Memilih Buku untuk Dibawa Saat Traveling
53. Apa Itu Book-Shaming dan Kenapa Harus Dihentikan?
54. Donasi Buku Lewat Lemari Bukubuku, Bisa Dapat Gambar Gratis!
55. [BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang
56. Pengorbanan Bookstagrammer Demi Dapat Foto Bagus, Pernah Ngerasain?
57. [Book Review] Deep Wounds Karya Dika Agustin
58. 5 Buku Ilustrasi Favorit untuk Kamu yang Butuh Bacaan Ringan
59. Baca 5 Buku tentang Perempuan Ini Saat Hari Perempuan Internasional
60. Panduan Membuat Kartu Anggota Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
61. Things to Know About Big Bad Wolf Books Sale 2019 and My Book Haul!
62. 10 Male Bookstagrammers Who Will Inspire You to Read More
63. [BOOK REVIEW] Dear Tomorrow: Notes to My Future Self Karya Maudy Ayunda
64. [BOOK REVIEW] The Naked Traveler 8: The Farewell Karya Trinity
65. [BOOK REVIEW] Bicara Tubuh Karya Ucita Pohan dan Jozz Felix
66. Pengalaman Belanja Buku di Gramedia World BSD, Tangerang
67. Singgah Sejenak di Perpustakaan Erasmus Huis Jakarta Selatan
68. The Reading Room, Kemang: Sensasi Makan di Perpustakaan
69. Toko Buku Independen POST, Surga Kecil Para Pencinta Buku
70. Membawa Buku di Penjuru Dunia ke Transit Bookstore Pasar Santa
71. Indie Bookshop Tour: Tur Toko Buku Independen Perdana di Jakarta
72. 7 Inspirasi Tempat Baca Favorit Para Bookstagrammer
73. Toko Buku Foto Gueari Galeri: Jual Foto, Emosi, dan Cerita
74. [BOOK REVIEW] Kamu Terlalu Banyak Bercanda Karya Marchella FP
75. [BOOK REVIEW] The Loneliest Star in the Sky Karya Waliyadi
76. Ketagihan Baca E-book Gara-gara Gramedia Digital
77. [BOOK REVIEW] Jingga Jenaka Karya Annisa Rizkiana Rahmasari
78. [BOOK REVIEW] Nanti Kita Sambat tentang Hari Ini Karya Mas Aik
79. [BOOK REVIEW] Avontur, Dear 19 Karya Thinkermoon

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *