[BOOK REVIEW] Deep Wounds Karya Dika Agustin

Feb 28, 2019

[BOOK REVIEW] Deep Wounds Karya Dika Agustin – Sebagai seorang introvert, enggak mudah mengajak diri sendiri untuk berani menceritakan pengalaman pribadi ke orang lain. Kalau udah enggak mampu disimpan sendiri, ujung-ujungnya buku diari menjadi tempat terbaik untuk mencurahkan seluruh isi hati dan pikiran.

Namun, karena takut orang lain tahu mengenai perasaan saya, dikreasikanlah sedemikian rupa menjadi puisi demi puisi. Sama seperti Dika Agustin yang menjatuhkan hati pada puisi sebagai medium.

Kali ini, saya mencoba untuk meresapi apa yang dirasakan Dika Agustin lewat karya perdananya Deep Wounds. Dika Agustin sendiri merupakan seorang instapoet dengan jumlah pengikut hampir 80 ribu orang.

Puisi-puisi singkat yang ditulisnya di Instagram memang enggak jauh-jauh dari cinta, sesuatu yang menyenangkan, sekaligus menyakitkan. Berikut ulasan Deep Wounds karya Dika Agustin.

Deep Wounds Karya Dika Agustin

[BOOK REVIEW] Deep Wounds karya Dika Agustin - Foto oleh Sintia Astarina (11)

Sampul hitam yang begitu memikat, cukup mewakili definisi luka yang dalam.

[BOOK REVIEW] Deep Wounds karya Dika Agustin - Foto oleh Sintia Astarina (11)

Apakah kamu juga mengikuti @dikagustin di Instagram?

[BOOK REVIEW] Deep Wounds karya Dika Agustin - Foto oleh Sintia Astarina (11)

Terima kasih YOI Books sudah mengirimkan Deep Wounds. Senang sekali bisa membaca tulisan Dika Agustin.

Judul Buku: Deep Wounds
Penulis: Dika Agustin
Editor: Riza Hardiani
Penerbit: Elex Media Komputindo
Bahasa: Inggris
Terbit: 25 Februari 2019
ISBN: 9786020487601
Tebal: 184 halaman
Harga: Rp59.800

Deep wounds is the emotional journey such love, loss, grief, healing, empowerment, & inspirations that happens in our life. Meanwhile, sometimes it led us astray and somehow hard to find our way back home.


Perjalanan Emosional yang Dirangkai ke Dalam Barisan Puisi

[BOOK REVIEW] Deep Wounds karya Dika Agustin - Foto oleh Sintia Astarina (11)

Ada yang sudah pernah baca Deep Wounds karya Dika Agustin?

[BOOK REVIEW] Deep Wounds karya Dika Agustin - Foto oleh Sintia Astarina (11)

Apa puisi favorit kamu di buku Deep Wounds ini?

Seperti yang tertuang dalam deskripsi buku ini, Deep Wounds karya Dika Agustin menggambarkan sebuah perjalanan emosional tentang cinta, kehilangan, dukacita, penyembuhan, hingga pemberdayaan.

Buku ini sendiri terdiri atas 4 bab berbeda, yakni Bleed, Pain, Stitches, dan Heal. Setelah membaca semua puisinya dari awal hingga akhir, kerasa banget betapa kelamnya buku ini. Bahkan, hal tersebut begitu jelas terasa dari sampulnya yang berwarna hitam.

Kemudian, ketika saya membaca kata demi kata pada buku ini, saya memang menemukan banyak tulisan patah hati. Sepertinya, maknanya akan terasa lebih dalam jika dibaca pelan-pelan sambil mendengarkan musik-musik sendu. Kalau tiba-tiba hujan turun, jangan salahkan buku ini kalau tiba-tiba para pembaca jadi terbawa suasana, ya. 🙂

Di balik emosi sendu dan sedih yang selalu ditorehkan buku ini, saya merasa pemilihan kata yang ditentukqn Dika Agustin untuk menggambarkan Deep Wounds itu sendiri masih kurang beragam.

Sebagai contoh, pada bab Bleed, entah saya sudah menemukan berapa banyak kata pain. Kemudian di bab-bab lainnya, saya menemukan banyak sekali kata mend. Hal ini membuat puisi-puisi yang dirangkainya terkesan kurang kreatif dan begitu-begitu saja.

Akibatnya, saya jadi cepat bosan. Yang tadinya ingin membaca Deep Wounds karya Dika Agustin dengan pelan-pelan, malah jadi terburu-buru karena merasa seperti sudah pernah melihat puisi yang hendak dibaca, padahal sebenarnya itu puisi yang berbeda, lho. Ya itu dia, gara-gara pemilihan kata yang itu-itu saja.

Entah, mungkin Dika Agustin sudah begitu akrab dengan kata-kata yang berhubungan dengan luka, sakit hati, atau kehilangan. Akan tetapi, bukankah lebih baik apabila penulis bisa merangkai kata-kata dengan diksi yang berbeda supaya lebih variatif?

Oke, mungkin ada yang merasa, ngapain sih, pakai kata indah-indah nan rupawan dalam puisi? Biar kesannya wah banget? Biar kelihatan jago bahasa Inggris? Bukankah emosi yang tertuang dalam barisan puisi jauh lebih krusial ketimbang pemilihan kata?

[BOOK REVIEW] Deep Wounds karya Dika Agustin - Foto oleh Sintia Astarina (11)

Cinta dan luka memang menjadi tema yang menarik untuk dijadikan puisi.

[BOOK REVIEW] Deep Wounds - Foto oleh Sintia Astarina (11)

Tulisan dalam buku ini dihiasi berbagai ilustrasi.

[BOOK REVIEW] Deep Wounds - Foto oleh Sintia Astarina (11)

Salah satu puisi karya Dika Agustin yang menarik.

Ya, saya sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Namun, merujuk pada Deep Wounds, saya yakin Dika Agustin pasti bisa memiliki vocabulary yang lebih kaya, yang mampu menggambarkan bagaimana sih, perjalanan emosionalnya tersebut. Utamanya dalam urusan cinta.

Saya rasa, penulis pun bisa menggunakan prinsip show not tell, yang lazim digunakan dalam penulisan cerita. Katakanlah, pada halaman 81 pada bab Pain, ada sebuah puisi soal seseorang yang sulit move on.

Tertulis, “I’m emotionally exhausted“. Nah, sebagai pendukung kalimat ini, mungkin Dika Agustin bisa menjabarkan kondisi tersebut.

Contoh, tiap malam jadi sulit tidur, mata bengkak karena sering menangis, suka melihat foto mantan di ponsel tapi masih enggan untuk menghapusnya, dapat nasihat dari teman untuk cari pacar baru, dan seterusnya. Well, in my personal opinion, I love this kind of further explanation.

Terlepas dari itu, saya senang sekali karena Dika Agustin mampu menempatkan puisi-puisinya dengan baik sehingga lebih mudah dimengerti para pembaca.

[BOOK REVIEW] Deep Wounds - Foto oleh Sintia Astarina (11)

Menurut saya, enggak ada luka yang enggak bisa diobati. Buku ini pun menjelaskannya.

[BOOK REVIEW] Deep Wounds - Foto oleh Sintia Astarina (11)

Apa yang paling kamu suka dari membaca buku puisi?

Nah, bagi pembaca yang masih kesulitan atau belum terbiasa untuk membaca buku berbahasa asing, terutama bahasa Inggris, rasanya enggak perlu berpikir lama soal apa arti tulisan di buku ini. Saya yakin pembaca lain juga mampu memahami apa yang dirasakan Dika Agustin lewat semua puisinya, dalam waktu singkat.

Kelebihan lain buku ini adalah ada ilustrasi hampir di setiap halamannya. Jadi, sembari melahap tulisan Dika Agustin, para pembaca juga bisa menikmati berbagai ilustrasi yang kian memperkuat puisinya.

Nah, untuk kamu yang sedang patah hati dan butuh teman seperasaan, sepenanggungan, mengapa tidak memilih Deep Wounds untuk berbagi luka bersama? Siapa tahu, kamu punya cerita luka yang sama.

Saya yakin, buku puisi ini bisa menjadi teman baca paling pengertian yang mampu membaca hati orang-orang yang tengah patah. Dengan harapan, masing-masing bisa saling melegakan, saling menghibur, saling lepas dari luka yang masih memanggil.


Cari informasi ter-update soal buku dan Bookstagram? ?

Donasi Buku Lewat Lemari Bukubuku, Bisa Dapat Gambar Gratis!

1. 7 Rekomendasi Toko Buku Favorit Buat Beli Buku Online
2. Apa Itu Bookstagram dan Bagaimana Cara Membuatnya?
3. Apa Itu Books Aficionado?
4. Q&A: 15 Fun Facts about Me and My Bookstagram @sintiawithbooks
5. 7 Tips Meningkatkan Follower Bookstagram untuk Pemula
6. 30 Bookstagram Terms You Should Know
7. 20 Inspirasi Rainbow Bookshelf di Bookstagram yang Bikin Betah Baca Buku Seharian
8. Pengalaman Borong Buku dan Panduan Lengkap ke Big Bad Wolf Jakarta
9. 5 Buku Favorit yang Bikin Saya Jatuh Cinta dengan Dunia Anak-anak
10. Rainbow Bookshelf: Menata Buku-buku pada Rak Seperti Warna Pelangi
11. 5 Teknik Meningkatkan Engagement Bookstagram Lewat Pemberian Komentar
12. 30+ Most Popular Bookstagram Hashtags to Increase Your Followers
13. 15 Rupi Kaur Powerful Quotes Every Girl Needs to Read
14. 15 Akun Bookstagram Indonesia Terfavorit, Sudah Follow Belum?
15. 3 Penulis Teenlit yang Novelnya Bikin Kangen Masa SMA
16. 7 Benda yang Bisa Kamu Jadikan Pembatas Buku
17. Pengalaman Mengirim Buku Gratis Lewat Kantor Pos Setiap Tanggal 17
18. 11 Most Creative Bookstagrammer to Follow in 2018
19. Asyiknya Belanja Buku di Periplus, Toko Buku Impor Langganan
20. [BOOK REVIEW] Gadis Daun Jeruk, Si Pengingat Mimpi
21. 17 Rekomendasi Buku di POST Bookshop Pasar Santa
22. [BOOKSTAGRAM TIPS] Memotret Buku dengan Kamera HP atau Kamera DSLR?
23. [EKSKLUSIF] Bab Pertama Novel The Perfect Catch Karya Chocola
24. [BOOK REVIEW] Na Willa: Serial Catatan Kemarin Karya Reda Gaudiamo
25. 7 Properti untuk Bookstagram Biar Foto Makin Keren
26. 7 Cara Memfoto Buku untuk Bookstagram
27. Pengalaman Membeli Buku di POST Bookshop Pasar Santa
28. Pengalaman Beli Buku di Grobmart untuk Pertama Kalinya
29. [BOOK REVIEW] Aku, Meps, dan Beps Karya Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo
30. Bagaimana Cara Menulis Caption untuk Bookstagram?
31. [BOOK REVIEW] The Stories of Choo Choo: You’re Not as Alone as You Think Karya Citra Marina
32. [BOOK REVIEW] Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Karya Marchella FP
33. 10 Kutipan Terbaik dari Buku NKCTHI Karya Marchella FP
34. [BOOK REVIEW] Things & Thoughts I Drew When I was Bored Karya Naela Ali
35. [BOOK REVIEW] Milk and Honey Karya Rupi Kaur Versi Bahasa Indonesia
36. [BOOK REVIEW] Off the Record Karya Ria SW
37. 17 Ide Foto Bookstagram Bertema Natal yang Bisa Kamu Tiru
38. Cara Mudah Menemukan Buku yang Sedang Diskon di Toko Online
39. Berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Tertinggi di Dunia
40. Akhir Pekan Produktif di Haru Bookstore Gading Serpong
41. Mudahnya Beli Buku Online di Belbuk.com
42. Kebiasaan Membaca Buku di Perjalanan yang Ingin Saya Tularkan ke Kamu
43. Ngobrolin Novel Taman Pasir di Twitter Bareng Penerbit Grasindo
44. Bedah Buku dan Peluncuran Novel Nyanyian Hujan
45. @sintiawithbooks’ Best Nine on Instagram in 2018
46. [BOOK REVIEW] Seri Kemiri Yori Karya Book For Mountain
47. Serunya Kumpul dan Makan Siang Bareng Nagra dan Aru
48. 8 Booktuber Indonesia Favorit yang Wajib Kamu Tonton Videonya
49. 4 Blogger Buku Favorit yang Sering Kasih Rekomendasi Buku Bagus

56. Pengorbanan Bookstagrammer Demi Dapat Foto Bagus, Pernah Ngerasain?

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *