[BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang

Feb 16, 2019

[BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang – Semakin menjamurnya buku ilustrasi di Indonesia membuat daftar bacaan saya semakin bertambah.

Ketertarikan saya untuk membaca buku ilustrasi utamanya dikarenakan gambarnya yang gemesin dan eye-catchy banget!

Di sisi lain, membaca buku ilustrasi terasa menyenangkan karena mampu menyuguhkan pengalaman membaca yang sangat berbeda, bila dibandingkan dengan membaca novel.

Kali ini, saya enggak bisa menyembunyikan antusiasme saya ketika tahu Lala Bohang akan menerbitkan buku lagi, yang termasuk ke dalam seri The Book of Siblings. Judulnya, The Books of Imaginary Beliefs.

Yang bikin makin seneng, saya terpilih menjadi salah satu dari 15 pembaca utama yang boleh membaca karyanya lebih dulu. Habis baca, oke, fix ini jadi salah satu buku ilustrasi favorit saya. Siapa tahu mungkin kamu juga suka?

The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang

[BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang

Semoga kamu juga suka membaca The Book of Imaginary Beliefs sama seperti saya, ya.

[BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang

Ada yang udah baca karya terbaru Lala Bohang?

Apa karya Lala Bohang yang paling kamu suka?

Judul Buku: The Book of Imaginary Beliefs
Penulis dan Ilustrator: Lala Bohang
Editor: Siska Yuanita
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 18 Februari 2019
ISBN: 9786020623122
Tebal: 152 halaman
Harga: Rp108.000

Earth is blue, fragile, light, and not a star. And we’re part of it,
not just living on it. Earth is a battle ground where all species 
constantly face an invisible war. And we’re the main actor of 
growth, destruction, and peace. Someone’s precious is someone else’s garbage.
Someone’s interest is someone else’s boredom. 
Someone’s principle is someone else’s violation. 
Someone’s contentment is someone else’s pressure. Someone’s recipe for 
immunity is someone else’s cause of death. Either you’re the 
“someone” or the “someone else”, it doesn’t matter because 
confusion will always bounce back to you, no matter how far
you’ve been running away from it. It’s about facing an empty page 
each day, it’s about waking up in the morning deciding to be alive,
it’s about choosing which mistakes to avoid, it’s about considering 
what and who to ignore, it’s about crafting a self that’s truly your 
own, it’s about faking a smile to cure the pain of others, it’s about 
continuously moving forward because going back is never a choice, 
it’s about looking at the blue sky and having small talks with it, 
it’s about everything that feels small and unworthy, it’s about 
becoming buoyant, never being trapped between other people’s 
cacophonic agendas, it’s about counting your breath.

“Si Bungsu” yang Paling Dewasa

The Book of Imaginary Beliefs bisa menjadi bacaan akhir pekan yang menyenangkan.

[BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang

Pemilihan warna hijau saya kira sangat tepat untuk buku ini.

Kalau sudah pernah membaca The Book of Invisible Questions dan The Book of Forbidden Feelings, mungkin kamu akan merasa kalau karya Lala Bohang yang satu ini jauh lebih dewasa dan jauh lebih matang.

Enggak heran, dibandingkan dua buku sebelumnya, pengerjaan buku The Book of Imaginary Beliefs inilah yang paling lama, yakni memakan waktu sampai setahun.

Kali ini, buku Lala Bohang mengusung warna hijau sebagai tema utamanya. Enggak ada arti filosofis yang menjelaskan warna ini. Hanya saja, hijau diidentikkan Lala Bohang sebagai warna alam. Nah, ketika berada di alam, Lala Bohang mengaku dirinya bisa merasa lebih tenang dan nyaman.

Dalam acara Baca Duluan The Book Imaginary Beliefs yang diadakan di Menara Kompas beberapa waktu lalu, Lala Bohang membocorkan bagaimana proses kreatif dalam pembuatan The Book of Imaginary Beliefs ini.

Awalnya, ia akan merumuskan isi kepalanya ke dalam teks lebih dulu, kemudian dilanjutkan dengan menggambar, barulah bukunya didesain.

“Nah, desainnya yang (bikin) stres, tuh,” ujar Lala Bohang. Ia menambahkan, desain buku ini benar-benar dipikirkan secara matang. Makanya, apabila dibandingkan dengan dua saudarinya yang lain, bakalan kerasa banget perbedaan. Buku yang satu ini terasa lebih spesial.

Karya Lala Bohang yang istimewa

Salah satu halaman yang bikin buku ini makin istimewa.

Sebagai contoh, di halaman 12 ada tulisan yang bisa diterawang. Tulisan ini bisa dibaca dengan jelas ketika saya membalikkan halamannya. Iya, ini mengingatkan saya banget sama cara orang-orang untuk membedakan mana uang kertas yang asli, mana uang palsu.

Kalau diperhatikan, penataan letak antara gambar dan teks pada halaman depan dan halaman di belakang, juga dilakukan dengan kreatif!

Banyak gambar yang enggak tumpang tindih dengan gambar atau tulisan lain di halaman sebaliknya. Bagi saya, desainnya pun bukan hanya sekadar membuat mata pembaca jadi lebih nyaman ketika melihat visual.

Lebih dari itu, saya pikir ada makna yang lebih dalam, yang ingin disampaikan si kreator lewat The Book of Imaginary Beliefs ini. Unik!

Kemudian, pada halaman 70, saya menemukan sebuah desain yang benar-benar “berantakkan” alias sesuka hati. Tipografi pendukungnya pun bikin halaman tersebut semakin dalam makanya. Menurut saya, permainan desain seperti ini asyik banget!

Tanpa sadar, pembaca akan berada di satu-dua halaman yang sama selama beberapa detik, bahkan menit. Memandangi gambar yang dipulas warna hijau dan hitam, membaca tulisan, meresapi makna, hingga mencari jawaban. Saya pikir, enggak masalah membaca buku ini pelan-pelan.

Karya Lala Bohang yang menyenangkan

Salah satu tulisan “cenayang” miliknya.

Kemudian, bicara soal tulisan. Menurut saya, topik demi topik benar-benar menjabarkan si judul buku. Mungkin, agaknya si penulis kelewat overthinking. Hal-hal yang sebenarnya sulit diverbalkan, ternyata mampu ditulis dengan baik oleh Lala Bohang. Ajaib. 🙂

Untuk menjelaskan soal “stop being so hard on yourself” saja, Lala Bohang seolah bisa membaca pikiran saya.

Dia bilang, “When you stay at home for a year-end holiday you feel bored. When you’re away from home for a year-end holiday up you can’t stop missing home. When you’re with someone else you can’t wait to be alone again. When you’re alone you can’t wait to be with someone else again”.

Yang saya suka dari tulisan Lala Bohang adalah ia berani menggali cerita-cerita baru dan mengeksplorasinya, meski topiknya sekilah seperti enggak jauh berbeda dari dua buku sebelumnya.

“We don’t share the same beliefs,” ujarnya ketika menjelaskan apa makna sesungguhnya dari The Book of Imaginary Beliefs. Ketika ia mengucapkan kalimat itu, saya baru sadar, iya ya, enggak semua orang punya pemikiran, pendapat, juga kepercayaan yang sama akan sesuatu.

Dalam merangkai kata, Lala Bohang punya semacam wordplay yang menurut saya bisa menjadi identitas khusus di buku-bukunya. Misalnya, ia menyebutkan kata benda dalam jumlah yang banyak ketika berada di situasi tertentu.

Atau, ia merepetisi kata hingga berbaris-baris banyaknya. Contohnya pun bisa kamu temukan dalam blurb buku ini (saya tulis di atas), yang mana Lala Bohang menggunakan banyak kata “someone’s“. Hal ini juga sering saya temukan dalam buku The Book of Forbidden Feelings dan The Books of Invisible Questions.

Namun sayang, di buku The Book of Imaginary Beliefs ini, beberapa halaman memiliki teks yang cukup panjang. Untuk saya yang sudah terbiasa membaca kalimat-kalimat pendek di buku-buku Lala Bohang sebelumnya, terkadang merasa lelah membaca dari kata pertama hingga titik terakhir.

[BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang

Siap-siap tenggelam dalam hal-hal yang imajinatif.

[BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang

Gambar Lala Bohang yang sangat khas.

Selanjutnya, dari segi gambar, The Book of Imaginary Beliefs menyajikan gambar yang lebih abstrak. Namun, ia sama sekali enggak melupakan manusia bertubuh garis-garis, yang menjadi ciri khas gambar buatannya.

Oh ya, Lala Bohang juga menuturkan bahwa gambar yang dibuatnya sama sekali enggak menjelaskan teks yang ditulis. Meski begitu, saya merasa gambar dan tulisan di buku ini tetaplah sebuah satu-kesatuan yang utuh.

Buku The Book of Imaginary Beliefs akan tersedia di toko buku mulai 18 Februari 2019. Buku ini bisa menjadi teman bacaan menyenangkan, terutama ketika kamu benar-benar larut dalam kesendirian.

Semoga kamu menyukai buku ini sama seperti saya menyukainya, ya. 🙂


Cari informasi ter-update soal buku dan Bookstagram? ?

[BOOK REVIEW] The Stories of Choo Choo: You’re Not as Alone as You Think Karya Citra Marina

1. 7 Rekomendasi Toko Buku Favorit Buat Beli Buku Online
2. Apa Itu Bookstagram dan Bagaimana Cara Membuatnya?
3. Apa Itu Books Aficionado?
4. Q&A: 15 Fun Facts about Me and My Bookstagram @sintiawithbooks
5. 7 Tips Meningkatkan Follower Bookstagram untuk Pemula
6. 30 Bookstagram Terms You Should Know
7. 20 Inspirasi Rainbow Bookshelf di Bookstagram yang Bikin Betah Baca Buku Seharian
8. Pengalaman Borong Buku di Big Bad Wolf Jakarta (Bonus: 5 Tips Biar Enggak Kalap)
9. 5 Buku Favorit yang Bikin Saya Jatuh Cinta dengan Dunia Anak-anak
10. Rainbow Bookshelf: Menata Buku-buku pada Rak Seperti Warna Pelangi
11. 5 Teknik Meningkatkan Engagement Bookstagram Lewat Pemberian Komentar
12. 30+ Most Popular Bookstagram Hashtags to Increase Your Followers
13. 15 Rupi Kaur Powerful Quotes Every Girl Needs to Read
14. 15 Akun Bookstagram Indonesia Terfavorit, Sudah Follow Belum?
15. 3 Penulis Teenlit yang Novelnya Bikin Kangen Masa SMA
16. 7 Benda yang Bisa Kamu Jadikan Pembatas Buku
17. Pengalaman Mengirim Buku Gratis Lewat Kantor Pos Setiap Tanggal 17
18. 11 Most Creative Bookstagrammer to Follow in 2018
19. Asyiknya Belanja Buku di Periplus, Toko Buku Impor Langganan
20. [BOOK REVIEW] Gadis Daun Jeruk, Si Pengingat Mimpi
21. 17 Rekomendasi Buku di POST Bookshop Pasar Santa
22. [BOOKSTAGRAM TIPS] Memotret Buku dengan Kamera HP atau Kamera DSLR?
23. [EKSKLUSIF] Bab Pertama Novel The Perfect Catch Karya Chocola
24. [BOOK REVIEW] Na Willa: Serial Catatan Kemarin Karya Reda Gaudiamo
25. 7 Properti untuk Bookstagram Biar Foto Makin Keren
26. 7 Cara Memfoto Buku untuk Bookstagram
27. Pengalaman Membeli Buku di POST Bookshop Pasar Santa
28. Pengalaman Beli Buku di Grobmart untuk Pertama Kalinya
29. [BOOK REVIEW] Aku, Meps, dan Beps Karya Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo
30. Bagaimana Cara Menulis Caption untuk Bookstagram?
31. [BOOK REVIEW] The Stories of Choo Choo: You’re Not as Alone as You Think Karya Citra Marina
32. [BOOK REVIEW] Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Karya Marchella FP
33. 10 Kutipan Terbaik dari Buku NKCTHI Karya Marchella FP
34. [BOOK REVIEW] Things & Thoughts I Drew When I was Bored Karya Naela Ali
35. [BOOK REVIEW] Milk and Honey Karya Rupi Kaur Versi Bahasa Indonesia
36. [BOOK REVIEW] Off the Record Karya Ria SW
37. 17 Ide Foto Bookstagram Bertema Natal yang Bisa Kamu Tiru
38. Cara Mudah Menemukan Buku yang Sedang Diskon di Toko Online
39. Berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Tertinggi di Dunia
40. Akhir Pekan Produktif di Haru Bookstore Gading Serpong
41. Mudahnya Beli Buku Online di Belbuk.com
42. Kebiasaan Membaca Buku di Perjalanan yang Ingin Saya Tularkan ke Kamu
43. Ngobrolin Novel Taman Pasir di Twitter Bareng Penerbit Grasindo
44. Bedah Buku dan Peluncuran Novel Nyanyian Hujan
45. @sintiawithbooks’ Best Nine on Instagram in 2018
46. [BOOK REVIEW] Seri Kemiri Yori Karya Book For Mountain
47. Serunya Kumpul dan Makan Siang Bareng Nagra dan Aru
48. 8 Booktuber Indonesia Favorit yang Wajib Kamu Tonton Videonya
49. 4 Blogger Buku Favorit yang Sering Kasih Rekomendasi Buku Bagus
Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *