Perpustakaan Habibie dan Ainun, Warisan untuk Masyarakat Indonesia

Oct 12, 2019

Perpustakaan Habibie dan Ainun, Warisan untuk Masyarakat Indonesia – Saya enggak henti-hentinya bersyukur karena diberi kesempatan untuk mengunjungi kediaman Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie atau Eyang Habibie, Minggu lalu (6/10/2019).

Siang itu, undangan saya dapat dari teman-teman @read.n.greet dan @40harieyang untuk melakukan tur ke Perpustakaan Habibie dan Ainun, yang terletak di belakang kediamannya.

Acara ini dimulai sekitar pukul 3 sore dan tur pun dipandu langsung oleh para cucu dari keluarga Eyang Habibie.

Ada Putri Habibie, Farrah Azizah Habibie, dan Pasha Nur Fauzan Habibie. Kesederhanaan dan keramahan mereka menyambut kami dengan hangat di sana.

Tur ini sendiri memiliki 3 bagian, yakni Lobi Budaya, Taman Intelektual, serta Perpustakaan Habibie dan Ainun, yang mana akan dijelaskan pada paragraf-paragraf berikut ini.

Perpustakaan Habibie dan Ainun, Warisan untuk Masyarakat Indonesia

Lobi Budaya

Perpustakaan Habibie dan Ainun, Warisan untuk Masyarakat Indonesia

Selamat datang di Perpustakaan Habibie dan Ainun yang terletak di Kuningan, Jakarta Selatan.

Sebelum memasuki Perpustakaan Habibie dan Ainun, kami masuk lewat pintu utama yang mengantar kami ke Lobi Budaya. Ini merupakan lobi yang menggambarkan kekayaan dan keragaman Indonesia.

Hal tersebut bisa dilihat dari pintu masuk berbahan kayu dengan ukiran yang sangat detail. Pintu tersebut dibuat dengan tangan alias handcrafted, lho!

Baca juga: Membawa Buku di Penjuru Dunia ke Transit Bookstore Pasar Santa

Lalu, pada ubin terdapat lingkaran berwarna biru yang menggambarkan archipelago Indonesia, dengan peta kehidupan laut yang begitu kaya. Pada langit-langit, terdapat ornamen berbagai satwa yang hidupnya di atas air, yakni di darat dan udara.

Di sisi lain, pada dinding-dinding Lobi Budaya pun terdapat ornamen dengan kekhasannya masing-masing. Misalnya, ada gambar Gunungan yang menggambarkan kebudayaan Jawa. Ada kapal pinisi yang menyimbolkan kebudayaan dari Sulawesi Selatan.

“Semua (filosofinya) dipikirkan matang-matang oleh Eyang. Kalau Eyang masih di sini, mungkin dia bisa ngejelasin berjam-jam,” ujar salah satu cucu Eyang Habibie, sembari tersenyum.


Taman Intelektual

Perpustakaan Habibie dan Ainun, Warisan untuk Masyarakat Indonesia

Tempat selanjutnya yang kami sambangi ialah Taman Intelektual. Taman yang asri ini letaknya ada di halaman belakang. Nah, apa yang spesial dari taman ini?

Di bagian tengah, ada pohon besar dengan tanaman-tanaman kecil di bawahnya, yang membentuk serupa bintang.

Kemudian, di taman ini terdapat 4 patung besar berwarna hitam yang ternyata memiliki makna luar biasa. Ada Patung Cyladic, Avalokiteshvara, Ganesha, serta Auguste Rodin.

Bila ditanya apa benang merah dari patung-patung ini, ternyata 4 patung ini merupakan Pemikir atau “The Thinker”, yang mana semuanya merepresentasikan Eyang Habibie.

Saya cuma bisa geleng-geleng kepala, sambil terkagum-kagum. Patung-patung ini bukan cuma sekadar hiasan saja di Taman Intelektual, melainkan pembawa makna yang begitu dalam.


Perpustakaan Habibie dan Ainun

Pintu masuk Perpustakaan Habibie dan Ainun. Enggak sabar menjelajah ke dalam!

Yang ditunggu-tunggu, ini dia primadona dari kunjungan hari itu. Sebelum memasukki Perpustakaan Habibie dan Ainun, kami melewati sebuah jalan yang diapit dua akuarium besar berisi kawanan ikan.

Awalnya saya pikir, ah mungkin memang ingin eksteriornya ingin didesain seperti itu. Namun rupanya, ada makna lain yang enggak kalah kerennya.

Baca juga: 7 Aplikasi Edit Foto Bookstagram yang Sering Saya Gunakan

“Jadi, ini filosofinya adalah Nabi Musa yang sedang membelah laut,” ucap salah satu cucu.

Lagi, saya dibuat kagum dengan pemikiran Eyang Habibie yang bisa sampai sedetail itu. Nah, tanpa mengulur waktu lebih lama lagi, kami pun berjalan mendekat ke pintu masuk dan masuk ke dalam Perpustakaan Habibie dan Ainun.

Perpustakaan Habibie dan Ainun, Warisan untuk Masyarakat Indonesia

Suka sekali dengan interior klasik di Perpustakaan Habibie dan Ainun ini. Inspiratif!

Terharu bangeetttt 😭❤ Enggak nyangka akhirnya bisa mampir langsung ke perpustakaan ini. Rasanya amazed banget bisa menyaksikan langsung betapa megahnya ruangan tersebut.

Sebagai informasi, Perpustakaan Habibie dan Ainun yang dibangun pada 2005-2007 ini memiliki luas 8×17 meter. Perpustakaan ini memiliki dua lantai dan jika ingin ke lantai 2, bisa menggunakan tangga putar yang ada di salah satu sudut perpustakaan.

Baca juga: Nyamannya Membaca Buku di Perpustakaan Freedom Institute

Ternyata, perpustakaan ini dirancang sendiri oleh Ainun, lho! Mungkin, ini bisa jadi alasan tambahan mengapa perpustakaan ini pun menjadi tempat favorit Eyang Habibie.

Perpustakaan ini memiliki nuansa Eropa yang begitu kental terasa. Hal tersebut jelas tampak pada kayu-kayu yang menjadi bahan pembuat meja, kursi, rak buku, tangga, serta pilar.

Di sini, ada satu meja besar dengan 14 kursi yang sering digunakan sebagai tempat pertemuan.

Kemudian, di sisi kanan perpustakaan dengan dinding kaca yang membatasi, terdapat banyak piagam penghargaan, patung harimau, juga miniatur pesawat (termasuk pesawat R80).

Pada dinding dan pilar kayu Perpustakaan Habibie dan Ainun ini pun terdapat banyak penghargaan, puisi, juga foto-foto Eyang Habibie dan Ainun.

Bahkan, saya menemukan foto Maudy Ayunda terpampang di salah satu sisi dinding, yang mana merupakan salah satu scene dalam film Habibie & Ainun 3.

Seperti yang diketahui, Maudy Ayunda berperan sebagai Ainun muda di film itu. Okay, I’m lost at words. 😥

Kalau ke Perpustakaan Habibie dan Ainun, pengunjung bisa melihat ruang kerja Eyang Habibie.

Oh ya, perpustakaan ini juga dijadikan ruang kerja bagi Eyang Habibie dan Ainun, lho. Tadinya, hanya ada ruang kerja Ainun saja di sini, tapi kemudian dibuatlah ruang kerja untuk Eyang Habibie dengan pintu yang terkoneksi.

Baca juga: Singgah Sejenak di Perpustakaan Erasmus Huis Jakarta Selatan

Jadi ya, bisa dibilang ketika Eyang Habibie sedang bekerja, ia bisa melihat Ainun di ruang kerja sebelah kanan, sementara jika menengok ke kiri, akan tampak dengan jelas Taman Intelektual dari balik dinding kaca.

Entah mengapa, hati saya langsung mencelos. Betapa cintanya Eyang Habibie pada Ainun. Ini baru yang namanya relationship goals nggak, sih?

Selanjutnya, saya mengulik koleksi-koleksi Eyang Habibie yang tersusun rapi pada rak buku di lantai satu dan dua.

Dikutip dari Kumparan, perpustakaan ini memiliki sekitar 6.000 koleksi buku dengan tema yang beragam. Ada soal politik, ekonomi, seni, sains, kumpulan biografi, hingga soal agama.

Bukunya disusun rapi sesuai dengan kategorinya. Bahkan, di setiap tulang buku juga ditempeli keterangan atau kode dari kategori buku tersebut agar lebih mudah dicari.

Perpustakaan Habibie dan Ainun

Buku-buku tersebut nyatanya merupakan koleksi Eyang Habibie sejak ia kuliah. Namun, bukan cuma membeli sendiri, melainkan ada juga pemberian dari orang lain.

Baca juga: Pengalaman Borong Buku dan Panduan Lengkap ke Big Bad Wolf Jakarta

Tadinya pengin banget membaca sekilas beberapa buku di sana, tetapi cucu Eyang berpesan supaya kami enggak menyentuh koleksi atau barang-barang lain di sana. Tentu kami mengerti dan harus menghargai permintaan tersebut.


Apakah perpustakaan ini dibuka untuk umum?

Perpustakaan Habibie dan Ainun

Banyak sekali yang melontarkan pertanyaan serupa, “Apakah perpustakaan ini akan dibuka untuk umum?” Saya pun menanyakan langsung kepada cucu Eyang Habibie.

Mereka menjawab bahwa memang banyak masyarakat yang berspekulasi (atau berharap) demikian dan ya, ada rencana untuk membukanya untuk umum. Namun, untuk saat ini belum karena tampaknya masih ada hal-hal yang perlu dibenahi.

Baca juga: [BOOK REVIEW] Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Karya Marchella FP

Namun, berdasarkan informasi yang didapat dari Kompas.com, Rubijanto selaku sekretaris pribadi Habibie mengatakan bahwa Perpustakaan Habibie dan Ainun akan dibuka untuk umum.

Eyang Habibie pernah berpesan bahwa rumah yang ditinggalinya merupakan rumah dari negara sehingga harus dikembalikan kepada masyarakat.

Perpustakaan Habibie dan Ainun

“Kalau perpustakaan itu konsep awalnya memang terbuka untuk umum, tapi terbatas,” ujar Rubijanto seperti ditulis Kompas.com.

Maksudnya terbatas adalah, masyarakat masih bisa mengakses koleksi buku yang dimiliki Habibie dan Ainun secara online, meski belum bisa mampir langsung ke perpustakaannya.

Nantinya, masyarakat hanya perlu mendaftarkan diri sebagai anggota Perpustakaan Habibie dan Ainun, baru bisa mengakses bacaan yang disuguhkan. Untuk info selanjutnya, kita tunggu saja, ya. 😉

Perpustakaan Habibie dan Ainun

Di Perpustakaan Habibie dan Ainun bersama para cucu intelektual, menerbangkan pesawat ke udara.

Hhh… rasanya saya enggak berhenti bersyukur sama Tuhan, bisa diberi kesempatan langka seperti ini.

Enggak lupa, saya juga mesti berterima kasih kepada tim @read.n.greet dan @40harieyang yang sudah membuat tur Perpustakaan Habibie dan Ainun ini. Senang bisa berpartisipasi dan turut ambil bagian.

Baca juga: Berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Tertinggi di Dunia

Tur hari itu banyak membuka mata saya. Betapa saya menyadari bahwa Indonesia benar-benar kehilangan sosok yang hebat.

Namun, enggak perlu khawatir, soalnya Eyang Habibie punya banyak cucu intelektual di seluruh Indonesia. Bisa jadi, saya, kamu, atau dia… jadi penerus kerja keras dan buah-buah pemikiran Eyang di masa depan nanti.

Dear Eyang Habibie, terbanglah yang tinggi. Selamat berjumpa kembali dengan Ainun. ❤


Alamat

Alamat: Jalan Patra Kuningan XIII Blok L15/7 No. 5, RT.6/RW.4, East Kuningan, Setiabudi, Jakarta Selatan –  12950


Bacaan selanjutnya yang enggak kalah asyik! Yakin nggak mau baca? 🤔

Perpustakaan Goethe-Institut Jakarta: Tempat Asyik Belajar Budaya Jerman

1. 7 Rekomendasi Toko Buku Favorit Buat Beli Buku Online
2. Apa Itu Bookstagram dan Bagaimana Cara Membuatnya?
3. Apa Itu Books Aficionado?
4. Q&A: 15 Fun Facts about Me and My Bookstagram @sintiawithbooks
5. 7 Tips Meningkatkan Follower Bookstagram untuk Pemula
6. 30 Bookstagram Terms You Should Know
7. 20 Inspirasi Rainbow Bookshelf di Bookstagram yang Bikin Betah Baca Buku Seharian
8. Pengalaman Borong Buku dan Panduan Lengkap ke Big Bad Wolf Jakarta
9. 5 Buku Favorit yang Bikin Saya Jatuh Cinta dengan Dunia Anak-anak
10. Rainbow Bookshelf: Menata Buku-buku pada Rak Seperti Warna Pelangi
11. 5 Teknik Meningkatkan Engagement Bookstagram Lewat Pemberian Komentar
12. 30+ Most Popular Bookstagram Hashtags to Increase Your Followers
13. 15 Rupi Kaur Powerful Quotes Every Girl Needs to Read
14. 15 Akun Bookstagram Indonesia Terfavorit, Sudah Follow Belum?
15. 3 Penulis Teenlit yang Novelnya Bikin Kangen Masa SMA
16. 7 Benda yang Bisa Kamu Jadikan Pembatas Buku
17. Pengalaman Mengirim Buku Gratis Lewat Kantor Pos Setiap Tanggal 17
18. 11 Most Creative Bookstagrammer to Follow in 2018
19. Asyiknya Belanja Buku di Periplus, Toko Buku Impor Langganan
20. [BOOK REVIEW] Gadis Daun Jeruk Karya Rinda Maria Gempita
21. 17 Rekomendasi Buku di POST Bookshop Pasar Santa
22. [BOOKSTAGRAM TIPS] Memotret Buku dengan Kamera HP atau Kamera DSLR?
23. [EKSKLUSIF] Bab Pertama Novel The Perfect Catch Karya Chocola
24. [BOOK REVIEW] Na Willa: Serial Catatan Kemarin Karya Reda Gaudiamo
25. 7 Properti untuk Bookstagram Biar Foto Makin Keren
26. 7 Cara Memfoto Buku untuk Bookstagram
27. Pengalaman Membeli Buku di POST Bookshop Pasar Santa
28. Pengalaman Beli Buku di Grobmart untuk Pertama Kalinya
29. [BOOK REVIEW] Aku, Meps, dan Beps Karya Soca Sobhita dan Reda Gaudiamo
30. Bagaimana Cara Menulis Caption untuk Bookstagram?
31. [BOOK REVIEW] The Stories of Choo Choo: You’re Not as Alone as You Think Karya Citra Marina
32. [BOOK REVIEW] Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Karya Marchella FP
33. 10 Kutipan Terbaik dari Buku NKCTHI Karya Marchella FP
34. [BOOK REVIEW] Things & Thoughts I Drew When I was Bored Karya Naela Ali
35. [BOOK REVIEW] Milk and Honey Karya Rupi Kaur Versi Bahasa Indonesia
36. [BOOK REVIEW] Off the Record Karya Ria SW
37. 17 Ide Foto Bookstagram Bertema Natal yang Bisa Kamu Tiru
38. Cara Mudah Menemukan Buku yang Sedang Diskon di Toko Online
39. Berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Tertinggi di Dunia
40. Akhir Pekan Produktif di Haru Bookstore Gading Serpong
41. Mudahnya Beli Buku Online di Belbuk.com
42. Kebiasaan Membaca Buku di Perjalanan yang Ingin Saya Tularkan ke Kamu
43. Ngobrolin Novel Taman Pasir di Twitter Bareng Penerbit Grasindo
44. Bedah Buku dan Peluncuran Novel Nyanyian Hujan
45. @sintiawithbooks’ Best Nine on Instagram in 2018
46. [BOOK REVIEW] Seri Kemiri Yori Karya Book For Mountain
47. Serunya Kumpul dan Makan Siang Bareng Nagra dan Aru
48. 8 Booktuber Indonesia Favorit yang Wajib Kamu Tonton Videonya
49. 4 Blogger Buku Favorit yang Sering Kasih Rekomendasi Buku Bagus
50. 7 Rekomendasi Buku yang Asyik Dibaca Saat Traveling
51. Kenapa Sih Suka Banget Bawa Buku Saat Traveling?
52. 5 Tips Memilih Buku untuk Dibawa Saat Traveling
53. Apa Itu Book-Shaming dan Kenapa Harus Dihentikan?
54. Donasi Buku Lewat Lemari Bukubuku, Bisa Dapat Gambar Gratis!
55. [BOOK REVIEW] The Book of Imaginary Beliefs Karya Lala Bohang
56. Pengorbanan Bookstagrammer Demi Dapat Foto Bagus, Pernah Ngerasain?
57. [Book Review] Deep Wounds Karya Dika Agustin
58. 5 Buku Ilustrasi Favorit untuk Kamu yang Butuh Bacaan Ringan
59. Baca 5 Buku tentang Perempuan Ini Saat Hari Perempuan Internasional
60. Panduan Membuat Kartu Anggota Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
61. Things to Know About Big Bad Wolf Books Sale 2019 and My Book Haul!
62. 10 Male Bookstagrammers Who Will Inspire You to Read More
63. [BOOK REVIEW] Dear Tomorrow: Notes to My Future Self Karya Maudy Ayunda
64. [BOOK REVIEW] The Naked Traveler 8: The Farewell Karya Trinity
65. [BOOK REVIEW] Bicara Tubuh Karya Ucita Pohan dan Jozz Felix
66. Pengalaman Belanja Buku di Gramedia World BSD, Tangerang
67. Singgah Sejenak di Perpustakaan Erasmus Huis Jakarta Selatan
68. The Reading Room, Kemang: Sensasi Makan di Perpustakaan
69. Toko Buku Independen POST, Surga Kecil Para Pencinta Buku
70. Membawa Buku di Penjuru Dunia ke Transit Bookstore Pasar Santa
71. Indie Bookshop Tour: Tur Toko Buku Independen Perdana di Jakarta
72. 7 Inspirasi Tempat Baca Favorit Para Bookstagrammer
73. Toko Buku Foto Gueari Galeri: Jual Foto, Emosi, dan Cerita
74. [BOOK REVIEW] Kamu Terlalu Banyak Bercanda Karya Marchella FP
75. [BOOK REVIEW] The Loneliest Star in the Sky Karya Waliyadi
76. Ketagihan Baca E-book Gara-gara Gramedia Digital
77. [BOOK REVIEW] Jingga Jenaka Karya Annisa Rizkiana Rahmasari
78. [BOOK REVIEW] Nanti Kita Sambat tentang Hari Ini Karya Mas Aik
79. [BOOK REVIEW] Avontur, Dear 19 Karya Thinkermoon
80. [BOOK REVIEW] Flowers over the Bench Karya Gyanindra Ali
81. Menyusuri Tumpukan Buku-buku Lawas di Galeri Buku Bengkel Deklamasi
82. 5 Cara Menabung untuk Membeli Buku
83. 5 Cara Menemukan Inspirasi untuk Bookstagram
84. [BOOK REVIEW] Addio Karya Alya Damianti
85. 5 Rekomendasi Film Favorit Berlatar Toko Buku, Sudah Nonton?
86. Berburu Buku Murah di Vintage Vibes, Alam Sutera
87. 6 Tips Biar Enggak Kalap Belanja Buku di Big Bad Wolf
88. [BOOK REVIEW] Mind Platter (Bejana Pikiran) Karya Najwa Zebian
89. Perpustakaan Goethe-Institut Jakarta: Tempat Asyik Belajar Budaya Jerman
90. Nyamannya Membaca Buku di Perpustakaan Freedom Institute
91. 7 Strategi Jitu Menambah Penghasilan dari Buku

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *