100+ Hal yang Saya Pelajari dari Kegiatan Membaca

Dec 31, 2021

100+ Hal yang Saya Pelajari dari Kegiatan Membaca – Hari ke-365 di tahun 2021 ini mendadak sibuk. Sibuk menyelesaikan kerjaan yang nggak pengin disentuh selama libur akhir tahun, sibuk mengingat kembali apa yang telah terjadi sembari membuat refleksi, sibuk melihat kembali ke dalam diri dan memantapkan hati untuk membuat resolusi, sibuk menenangkan diri karena nggak tahu apa yang akan terjadi esok hari, dan seterusnya.

Banyak hal terjadi tahun ini dan saya cuma bisa bersyukur karena Tuhan maha baik. Salah satunya karena diizinkan untuk semakin mengenal diri lewat kegiatan membaca. Awal tahun ini, saya mencanangkan ada 50 judul buku yang akan dibaca dan ternyata setelah direkap di akhir tahun, ada hampir 70 buku yang berhasil diselesaikan (4 sisanya belum masuk Goodreads).

Tentu hal ini membangkitkan rasa senang. Namun bukan itu poin utamanya. Dari kegiatan membaca ini, seenggaknya ada 100+ hal yang saya pelajari. Dan saya yakin saya nggak sendiri.

  1. Nggak bosan-bosannya saya bilang bahwa membaca adalah pengalaman yang sunguh personal. Maka, jika pelajaran dari kegiatan membaca ini nggak cukup bikin kamu bilang “I can relate“, kamu tahu kenapa.
  2. Semakin saya membaca, semakin saya mengenali diri.
  3. Apa yang orang lain suka belum tentu saya suka juga. Begitu pun sebaliknya. Setiap orang punya seleranya masing-masing.
  4. Ketika saya meminta berbagai judul pilihan buku, apa yang orang lain rekomendasikan belum tentu klik di saya. Pun sebaliknya.
  5. Dari satu buku saja bisa dibedah ke dalam berbagai perspektif atau bidang. Inilah nikmatnya kegiatan membaca dan membicarakannya. Yang tadinya luput akan sudut pandang tertentu, kini jadi tahu.
  6. Ulasan di Goodreads masih jadi platform ulasan buku terkuat (bila dibandingkan Instagram) yang membantu saya untuk memutuskan baca buku incaran atau nggak. Saya merasa sangat-sangat terbantu dengan ulasan buku yang ditulis pembaca lain.
  7. Kalau melihat Goodreads, kadang penasaran kenapa pembaca lain bisa kasih rating tinggi, sementara saya nggak. Pun sebaliknya.
  8. Goodreads sangat bisa digunakan untuk menganalisis selera pasar secara (seenggaknya lebih) berimbang. Pembaca di Goodreads biasanya lebih jujur ketika mengutarakan pendapat mereka. Dari bintang 1-5 dengan berbagai justifikasinya, ada semua.
  9. Impulsive buying is fine. It’s your money.
  10. Membaca buku (ternyata) bisa menghasilkan uang dan jadi sumber penghasilan tambahan.
  11. Sebelum mengiyakan untuk bekerja sama dengan penerbit, penulis, atau klien lainnya untuk membuat review buku, penting bagi saya untuk tahu bukunya tentang apa, bagaimana potensinya
  12. Tahun ini ternyata masih ada aja yang cuma nanya rate card dan setelah dikasih, nggak ada kabar sama sekali. Sedih. 🙃 (btw, ada yang penasaran gimana caranya bikin rate card?)
  13. Skill komunikasi dan negosiasi ternyata penting dan dibutuhkan dalam hal apa pun, termasuk di industri buku ini.
  14. Waktu membaca buku paling konsen ternyata bisa berubah. Kadang pagi, kadang malam, kadang sesempatnya aja.
  15. Tempat membaca buku paling nyaman tetap saja di perjalanan menuju suatu tempat. Tambah syahdu kalau di luar turun gerimis dan di dalam kendaraan nggak berisik.
  16. Mendengarkan lagu instrumental kadang bisa bikin kegiatan membaca jadi lebih fokus. Tapi ada juga, kok, yang memilih suasana yang hening sama sekali.
  17. Kalau lagi pengin fokus tapi isi buku sulit banget dicerna, biasanya saya coba read aloud buat diri sendiri. Meski terbukti tempo membaca jadi lebih lambat, apa yang dibaca lumayan masuk ke otak.
  18. Annotating sangatlah menyenangkan! Bisa corat-coret buku (dulu padahal penginnya buku bersih. Sekarang malah seneng kalau ada banyak isi kepala tertuang di sana), tempel index & mark, dst. Makanya sekarang kayak ada yang kurang kalau ke mana-mana nggak bawa pensil, index & mark, dan sticky note.
  19. Gimana caranya bisa lebih ter-expose dengan buku? Letakkan rak buku di depan tempat tidur, taro buku di samping bantal, bawa buku di dalam tas dan bawa ke mana pun akan pergi. Pokoknya setiap saat harus ngelihat buku. 😂
  20. Buku bisa mempertemukan saya dengan banyak orang baik.
  21. Baca buku nunggu mood dulu? It’s okay. Saya sering kok begitu.
  22. Memaksakan diri untuk membaca di saat nggak mood tuh nggak asyik sama sekali. Bakalan susah mentransfer isi buku ke dalam otak. Mending stop dulu, alihin ke aktivitas lain, kembali membaca kapan pun siap. Nggak lagi dikejar-kejar, toh?
  23. Nggak lagi-lagi membuang waktu untuk kegiatan membaca buku yang nggak saya suka. Tapi ya … kenyataannya kadang suka penasaran. Meski nggak suka, ada aja yang kepengin dibaca sampai halaman terakhir. 😂
  24. Kalau jumlah bacaanmu terlampau banyak (bahkan sampai ratusan) dan ternyata ada komik/buku ilustrasi/buku tipis/buku apa pun itu yang bisa kamu baca dengan super cepat dan menyumbang angka banyak, please nggak perlu minder. Buku yang dibaca tetaplah buku. Dan yang kamu lakukan adalah tetap membaca, kok.
  25. Di awal tahun saya sempat membikin list TBR untuk dibaca tahun ini, yang tentu saja di antaranya ada buku puisi. Nyatanya yang benar-benar saya baca dari daftar tersebut bisa dihitung jari. Ternyata saya nggak cocok buat list begini. Pas dijalanin, beda semua yang kepengin dibaca. Hahaha.
  26. Bersyukur banget bisa berkolaborasi dengan sesama pencinta buku, klub buku, komunitas, dan yang lainnya. Jaringan pertemanan semakin luas, ratjun-ratjun semakin ganas!
  27. Sempet ngerasa ngos-ngosan ikut diskusi buku terus-terusan secara online. Zoom fatigue was totally real, tho. Akhirnya sekitar kuartal 4 mulai mengosongkan jadwal dan nggak ngoyo kepengin ikut semua diskusi buku. Waktunya istirahat.
  28. Ngurus komunitas tuh sama sekali nggak gampang, apalagi kalau cuma sendirian. Ada banyak hal yang perlu di-maintain. Belum lagi kalau sedang sibuk sama kerjaan utama, hati-hati salah satu malah terbengkalai. Makanya saya memilih untuk rehat sejenak dari Baca Bareng Tangerang karena ada prioritas lain yang lebih perlu diutamakan. Again, nggak pengin ngoyo. Nanti malah jadi nggak enjoy jalaninnya.
  29. Saya belajar banyak bagaimana caranya mengelola komunitas perbukuan agar tetap awet dan rutin punya acara diskusi. Salah satunya adalah kita bisa mengelolanya bareng sama temen-teman pembaca lain. Ketika kita sibuk, ada backup-an yang bisa bantu. Role model saya, KEBAB Reading Club, salah satunya. Pengurusnya solid sekali. Sayang. ❤
  30. Saya beruntung bisa ketemu teman-teman perbukuan yang benar-benar care. Tahu nggak, saya kaget banget waktu Uda Aldo (waktu itu kami baru pertama kali ketemu offline di acara Patjarmerah) nanya ke saya, “Gimana, masih reading slump, nggak?” Konteksnya waktu itu saya emang lagi reading slump parah. Pertanyaan dari Uda Aldo tuh mirip kayak pas kita lagi nggak baik-baik aja, lalu ada temen deket yang nanya, “Are you okay?” 😳
  31. Ketertarikan untuk ikut suatu diskusi buku ternyata bisa mendorong saya untuk sesegera mungkin buat baca buku yang bakal dibahas. Hahaha. Kalau nggak mah bisa nanti-nanti bacanya.
  32. Hal paling menyebalkan ketika membaca buku ialah pas lagi asyik-asyiknya, tau-tau dipanggil Mama yang minta tolong ngapain gitu, atau tau-tau sudah sampai destinasi kalau sedang berada di perjalanan.
  33. Saya paling nggak bisa multitasking baca buku sambil ngemil. Hahaha. Lebih kepengin ngemil dibanding bacanya, sis.
  34. Annotating dan membuat ulasan buku membantu saya meningkatkan daya berpikir kritis dan kemampuan penganalisisan.
  35. Berani untuk bilang “nggak” ke penerbit/penulis yang mengajak bekerja sama dengan alasan kurang minat/cocok dengan buku yang ditawarkan.
  36. Membaca itu bukan persaingan atau perlombaan.
  37. Nggak ada yang salah dengan kegiatan membaca demi kesenangan semata.
  38. Hormati pendapat pembaca lain.
  39. Preferensi setiap pembaca berbeda-beda. Hargailah.
  40. Nggak perlu membandingkan proses membaca kita dengan orang lain kalau pada akhirnya justru malah mendemotivasi.
  41. Kegiatan membaca di tempat publik ternyata nggak sepenuhnya bikin nyaman pembaca. Ada yang takut dilihatin, takut di-judge, dsb. Padahal, justru kita malah jadi bisa ngajakkin orang lain supaya nggak perlu takut membaca di mana pun itu.
  42. Nggak perlu mengkotak-kotakkan pembaca, apalagi mengerdilkan bacaan orang lain.
  43. Ngelihat orang lain “lebih” dari kita rasanya bikin insecure. Iya, soanya tanpa sadar kita membandingkan diri sendiri (dalam hal apa pun) dengan orang lain, yang belum tentu valid kebenarannya.
  44. Normalisasi DNF!
  45. Alasan saya DNF buku bukan melulu berarti bukunya jelek. Bisa jadi memang karena waktu membacanya belum pas, mood-nya belum klik, isinya nggak sesuai paham yang dianut, dll.
  46. Nggak perlu ngerasa bersalah kalau nggak kelar baca suatu buku.
  47. Nggak perlu merasa FOMO/ketinggalan karena teman lain membaca buku yang lagi hype.
  48. Rasanya sedih, sih, pas tahu engagement bookish account menurun. Namun percaya deh, kadang cuma Tuhan dan founder media sosialnya yang tahu kenapa.
  49. Apa yang kita lakukan di industri perbukuan ini, sekecil apa pun itu, dapat membantu meningkatkan literasi di Indonesia.
  50. Ulasan yang kita buat dan sebarkan di media sosial berdampak pada kemajukan ekosistem literasi di Indonesia, termasuk mendongkrak penjualan buku-buku, lho.
  51. Ketika tahu ada banyak toko online di e-commerce yang menjual buku bajakan, capek juga kalau harus report satu-satu soalnya fenomena ini nggak ada ujungnya. Mati satu tumbuh seribu. Yang bisa dilakukan para pembaca adalah terus mengedukasi sesama pembaca, dan memilih untuk nggak beli di toko online yang bukunya nggak ori.
  52. Nggak semua buku mesti dibeli/dimilikki. Pinjam dari teman, perpustakaan, atau aplikasi penyedia buku gratis juga boleh, lho.
  53. Nggak apa-apa ke toko buku tapi nggak beli dan cuma kepengin pegang-pegang dan foto-foto doang. Hihihi.
  54. Iri dengan pencapaian pembaca lain nggak akan bikin kita happy. Believe me.
  55. Baca apa pun yang disuka dan nikmatilah!
  56. Bacaan saya berevolusi dari waktu ke waktu dan saya menikmatinya sekali.
  57. Nggak defensif duluan ketika direkomendasiin buku di luar comfort zone. Kalau nggak suka, good to know karena jadi lebih paham apa yang cocok dan apa yang nggak. Kalau suka, pun jadi tahu ternyata ada buku lain yang belum pernah dicoba dan ternyata eh cocok!
  58. Tantang diri untuk explore genre buku lain yang belum pernah dicoba sebelumnya.
  59. Diversifikasi bacaan itu menarik untuk dicoba.
  60. Nggak apa-apa sehari nggak baca buku.
  61. Supaya bisa lebih rutin  membaca buku setiap hari, biasanya saya set schedule pagi-pagi sekitar pukul 8-9. Dan kalau boleh jujur, masih banyak bolongnya. 😆👍
  62. Ternyata, sistem baca cicil 1 hari 1 bab manjur di saya supaya bisa benar-benar menyelesaikan buku yang dibaca. Tahu sendiri kalau saya tuh bisa baca beberapa buku sekaligus. Sering banget kejadian ada yang nggak selesai lalu ditinggalin gitu aja sampai lupa. Wkwkwk.
  63. Pengalaman atau kegiatan membaca nggak perlu divalidasi orang lain.
  64. Nikmati waktu reading slump.
  65. Nggak masalah kalau kita lebih hobi belanja buku daripada baca buku. *cari temen*
  66. Ada yang bisa membaca buku dengan teknik skimming dan nangkep isinya, tapi ada juga yang perlu baca sampai habis supaya dapat keseluruhan konteks. Saya pernah nerapin 2 cara ini, tergantung buku apa yang lagi dibaca beserta tujuannya.
  67. Ada yang nggak bisa baca buku ngebut-ngebut soalnya nggak mudah masuk di otak. Sayang isinya “lewat” gitu aja.
  68. Sekarang lebih mindful sebelum membeli buku. Kasih pertanyaan filter dulu, beneran mau beli? Yakin bakal dibaca (seenggaknya dalam waktu dekat)? Apakah bisa menjawab rasa penasaran akan suatu hal?
  69. On another note, nggak apa-apa juga kalap borong buku pas diskon alias beli sekarang, baca nanti-nanti.
  70. Berkenalanlah dengan para penjual/pemilik toko buku. Ada banyak cerita menarik dari mereka, terutama kisah mereka membangun toko buku masing-masing.
  71. Imho, wajar, kok, mengajukan paid partnership untuk pembuatan review buku secara profesional. Value yang diberikan pun nggak mesti melulu dalam bentuk uang. Bisa dalam bentuk buku gratis, voucher diskon, barter exposure, tergantung kesepakatan.
  72. Berterima kasihlah kepada penulis, penerbit, penyunting pemeriksa aksara, pembuat sampul, penerjemah, penata isi, pencetak buku, siapa pun itu yang membuat buku menjadi ada.
  73. Menginput buku baru secara manual di Goodreads akan membantu pembaca lain menemukan buku yang mereka cari agar mereka bisa menulis ulasan secara langsung.
  74. Membuat ulasan di Goodreads atau media sosial akan membantu pembaca lain menemukan buku-buku yang tepat.
  75. Teruslah mendengungkan buku sampai udah nggak kepengin lagi.
  76. Daripada memenuhi rak, saya memilih untuk menjual, mendonasikan, atau membuat giveaway buku-buku yang sekiranya lebih dibutuhkan pembaca lain.
  77. Buku-bukumu akan menguning pada waktunya.
  78. Punya teman diskusi yang sefrekuensi itu asyik. Kalau nggak sepaham pun nggak apa-apa. Toh, jadi punya perspektif berbeda, kan?
  79. “Baca buku digital bisa mendorong kita untuk lebih banyak membaca.” Ya, bagi sebagian orang.
  80. Nggak perlu impulsif beli e-reader kalau masih ragu bakalan dipakai atau nggak.
  81. Membaca buku fisik atau buku digital sama-sama nyaman di mata.
  82. Bawa Kindle pas traveling is the best, sih. Tapi kadang memang kangen pegang-pegang buku dalam bentuk fisik.
  83. Asli, diskon buku di Amazon (Kindle Deals) lebih ratjun dibandingkan diskon apa pun! Kalau mau beli, tinggal one click away aja. Kudu ekstra hati-hati. 😂
  84. Saya lebih rela boros buku dibanding boros baju. Whyyyy?
  85. Sebelum bertanya soal rekomendasi buku, perkenalkan dirimu, kebutuhanmu, dan genre/topik apa yang disuka supaya si pemberi rekomendasi bisa memberikan pilihan judul yang paling sesuai.
  86. Kuantitas vs kualitas membaca, mana yang lebih penting? Menurut saya keduanya sama-sama penting, tergantung objektif apa yang ingin dicapai.
  87. Jika ingin menambah kuantitas buku yang dibaca, memasang target baca bulanan/tahunan mungkin bisa membantu. Buatlah target yang realistis, terukur (kamu bisa track lewat reading tracker), dan pastikan targetnya bisa kamu capai.
  88. Gimana kalau target membaca dari segi kuantitas tersebut nggak tercapai? Evaluasi apa yang terjadi, cari solusi apa yang bisa diperbaiki. But after all, it’s just a number, dear.
  89. Jika ingin meningkatkan kualitas buku yang dibaca, jangan lupa rajin explore berbagai judul, penulis, latar belakang, dan sebagainya. Coba annotate dan ambil poin-poin penting dari buku untuk didiskusikan bersama pembaca lain agar dapat pemahaman lebih utuh.
  90. Kadang, target membaca bisa jadi pressure juga. Harus baca segini, harus kelar segitu, dst.
  91. Kegiatan membaca buku tanpa deadline itu ngangenin abis.
  92. Ketika target membaca terpenuhi, boleh kasih reward buat diri sendiri. Jajan lebih banyak buku, mungkin? Hihihi. 😂
  93. Seringnya, buku tuh cocok-cocokkan.
  94. Nggak perlu memaksakan diri untuk membaca buku berbahasa Inggris agar dibilang keren.
  95. Nggak perlu minder kalau bacaan kita berbeda dengan pembaca lain.
  96. Hehehe … udah nggak zaman lagi book shaming.
  97. Nggak bisa membaca dengan cepat bukan berarti kita nggak mampu. Siapa tahu emang sengaja pengin baca pelan-pelan biar lebih meresapi atau nggak pengin ceritanya berakhir saking serunya?
  98. Salah satu alasan kenapa seseorang bisa membaca buku dengan cepat ialah karena mereka fokus dan nggak keganggu distraksi. Misal, kalau ponsel adalah distraksi terbesar, jauhi sesaat.
  99. Banyak penerjemah lokal yang hasil terjemahannya bagus-bagus! Jadi bikin semangat membaca, deh!
  100. Setiap buku punya fungsinya masing-masing, termasuk jadi pajangan di rumah atau coffee shop. Nggak perlu dipermasalahin.
  101. Membaca apa pun itu menyenangkan. Asal kamunya juga ikut senang.
  102. Kalau kegiatan membaca membuatmu tertekan karena kamu tanpa sadar merasa dapat pressure lantaran orang lain rajin update progres baca mereka di Instagram Story, konten milik orang lain lebih bagus engagement-nya, orang lain lebih cepat bacanya, dsb., just take a break and get rest.

Ada yang mau menambahkan daftar panjang ini?

Omong-omong, selamat merayakan tahun baru 2022! Semoga ada banyak hal baik mengiringi perjalanan kita.

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *