Perlukah Baca Beragam Buku? Ini 5 Tips Mendiversifikasi Bacaan

Sep 26, 2021

5 Tips Mendiversifikasi Bacaan  – Disadari atau nggak, dengan sendirinya evolusi bacaan yang saya alami ternyata mencakup buku-buku yang very diverse. Mungkin fase yang dialami kurang lebih mirip.

Dimulai dari majalah anak dan buku cerita, komik, novel teenlit, cerpen, buku fiksi, buku nonfiksi, dan seterusnya. Awalnya menjajal cerita persahabatan, lalu bergulir ke kisah percintaan, feminisme, kebudayaan, alam, dan seterusnya. Tadinya asik-asik aja baca buku berbahasa Indonesia, lalu cobain baca buku berbahasa Inggris yang lebih menantang, tapi ternyata enak juga. Yang tadinya kelewat nyaman baca buku fisik, lalu icip baca buku digital yang ternyata sama nyamannya.

Bicara soal diversifikasi bacaan bukan melulu perihal genre. Hal ini bisa mencakup tema, penulis, bahasa, bentuk, penerbit, atau apa pun itu. Hal ini pun juga bisa terjadi secara alamiah karena mengikuti minat dan tren, tapi bisa juga diatur sesuai target/tujuan yang ingin dicapai.

Dan kalau ditanya apakah sebenarnya perlu untuk mendiversifikasi bacaan, saya pribadi akan jawab perlu. Namun mungkin, kamu punya perbedaan jawaban. Coba saya paparkan berdasarkan pengalaman.

Kenapa Mendiversifikasi Bacaan Itu Penting?

Pertama, selera dan minat tiap pembaca berbeda-beda dan bisa berubah seiring berjalannya waktu. Perubahan ini pun melahirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang kalau nggak dipenuhi, terbentuklah celah yang perlu diisi.

Dalam konteks membaca, makanya saya senang sekali dengan kehadiran berbagai toko buku independen yang menyediakan ragam bacaan alternatif bagi siapa pun. Biasanya, buku-buku yang dijual pun nggak ditemukan di toko buku besar.

Dengan disediakannya bacaan yang nggak itu-itu mulu, celah itu akhirnya bisa terisi pelan-pelan, sampai akhirnya ketemu celah baru, diisi lagi, begitu seterusnya.

Kedua, betapa saya menyadari bahwa punya beragam perspektif adalah hal yang sungguh bermanfaat. Inilah pemantik yang bisa bikin suatu percakapan atau diskusi jadi lebih “ngenyangin”. Bayangin, bila di dalam satu ruangan ada beberapa orang dengan sudut pandang yang sama, ya sudah muter di sana-sana aja. Nggak ada hal baru yang didapat.

Ketiga, supaya ada lebih banyak hal yang diketahui sehingga pemahaman jadi lebih utuh. Apalagi, namanya manusia, rasa pengin tahunya nggak habis-habis. Dari tahu satu hal, pengin tahu hal lainnya. Sudah tahu, penasaran juga sama hal-hal lain.

Misalnya, suatu waktu saya membaca buku puisi Teaching My Mom How to Give Birth karya Warsan Shire yang banyak membahas soal feminisme. Lalu saya jadi tertarik untuk menjajal buku bertema serupa. Akhirnya saya melahap novel fiksi Lebih Senyap dari Bisikan karya Andina Dwifatma, juga buku nonfiksi Apakah Takdir Perempuan Sebagai Manusia Kelas Dua? karya Evelyn Reed. Buku-buku ini jadi membantu saya soal posisi dan perjuangan perempuan di dunia.

Kalau saya hanya berhenti di buku puisi yang pertama saya baca, ya sudah, mentok di sana saja.


5 Tips Mendiversifikasi Bacaan

Bila kamu juga merasa perlu untuk meragamkan banyak buku, berikut ini tips mendiversifikasi bacaan yang suka saya terapkan.

1. Cari tahu bacaan apa yang dibutuhkan

Dalam kegiatan membaca, mengenali diri sendiri adalah salah satu hal yang paling penting bagi saya. Dengan tahu apa yang disuka, apa yang bikin penasaran, apa yang ingin dicapai, membuat saya bisa lebih fokus dalam menentukan bacaan yang memang perlu dan dibutuhkan.

Dengan kata lain, untuk buku-buku yang sekiranya belum dalam radar prioritas, bisa saya kesampingkan terlebih dulu.

Sebagai contoh, sudah lama sekali saya dapat rekomendasi untuk membaca The Things You Can See When You Slow Down. Cukup penasaran dengan bukunya memang, tapi saya nggak langsung baca karena ngerasa saat itu merasa belum butuh. Plus, ada buku-buku lain yang lebih memantik rasa penasaran saya.

Sampai ketemu momen yang pas, akhirnya saya baca karya Haemin Sunim ini. Wah … ternyata isinya lebih masuk ke otak dan apa yang diterangkan dalam buku pun bisa saya terapkan, pas dengan waktunya.

2. Tentukan hal apa yang mau didiversifikasi

Mendiversifikasikan bacaan ada banyak macamnya. Mulai dari diversifikasi genre, penulis, penerbit, bahasa, topik bacaan, dan lain sebagainya. Katakanlah kamu sangat tertarik dengan buku puisi bertema cinta dan ingin mengeksplorasi ragam topik lainnya. Kalau begitu, ini beberapa judul yang bisa dicoba:

3. Rajin eksplorasi dan pilah sesuai kebutuhan

Berkecimpung di komunitas buku terkadang memberikan rasa senang sekaligus bingung dalam satu waktu yang sama. Senang karena dapat banyak rekomendasi bagus-bagus, tapi bingung mana yang ingin dibaca lebih dulu. 😂

Tahu nggak lagi punya banyak waktu untuk membaca setiap hari karena kesibukan kerja, menentukan prioritas adalah teknik paling pas. Biasanya semua rekomendasi yang saya dapatkan (terutama dari Instagram), akan saya tandai “want to read” di Goodreads.

Selanjutnya, saya akan revisit daftar buku tersebut dan menerapkan menerapkan filter pada poin 1, yakni bertanya ke diri sendiri, “Lagi pengin baca atau butuh bacaan apa?”. Lalu, terbitlah daftar pendek 1-3 buku prioritas yang paling match dengan kebutuhan.

Bila nantinya minat pada buku-buku prioritas tersebut berubah, ya, nggak apa-apa. Selera dan minat juga bisa berubah seiring berjalannya waktu, ka? Dan bila nanti ternyata nggak cocok dengan buku-buku tersebut, ya, nggak apa-apa juga. Kalau nggak dicoba, gimana bisa kita lebih mengenali diri sendiri?

4. Baca selang-seling

Saya yakin setiap pembaca punya tipe bacaan favoritnya masing-masing. Untuk memulai sesuatu yang baru, misalnya yang tadinya baca fiksi lalu kepengiin baca nonfiksi, mungkin nggak bisa langsung kerasa nyamannya.

Bisa jadi yang tadinya lebih sering berimajinasi karena baca fiksi, mendadak harus berpikir keras dan realistis pas ketemu buku nonfiksi.

Dalam masa adaptasi itu, tips mendiversifikasi bacaan yang bisa saya berikan ialah coba terapkan sistem baca selang-seling. Baca buku yang disuka – baca sesuatu yang baru – baca yang bikin nyaman – baca bacaan baru yang mau di-explore.

Contoh: minggu ini saya baca buku puisi tentang perempuan, minggu depan jajal buku nonfiksi tentang kesehatan mental, minggu depannya lagi baca buku puisi tentang alam dan kebudayaan, minggu depannya lagi saya baca memoar tentang perempuan.

Bagi saya, mendiversifikasikan bacaan bukan berarti meninggalkan zona nyaman. Toh, namanya juga lagi eksplorasi. 🙂

5. Nggak perlu dipaksa kalau nggak nyaman

Pernah ketika sedang menjajal satu buku nonfiksi yang jelas bukan comfort genre saya, terpaksa harus DNF alias did not finish. Saya coba kasih jeda ke diri sendiri dan beralih ke buku yang biasa saya baca, supaya nanti ketika kepala sudah segar lagi, saya bisa lebih nyaman “menantang” diri untuk baca bacaan lain.

Dan ya, baik DNF maupun perasaan nggak nyaman itu adalah sesuatu yang sangat wajar, Nggak perlu dipaksa. Semakin kita maksa untuk kelarin bukunya, saya ngerasa semakin berpotensi nggak dapat apa-apa. Malah jatohnya jadi buang tenaga dan energi, kan?

Soalnya fokus kita lebih ke menyelesaikan buku, bukan mendapatkan isi buku dan memasukkannya ke dalam kepala.

Semoga membantu!

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *