Terpukau Magisnya Destinasi Kuburan di Toraja dan Tempat Lainnya

Dec 7, 2022

Terpukau Magisnya Destinasi Kuburan di Toraja dan Tempat Lainnya – Pas tahu Backpacker Jakarta ngadain trip ke Makassar dan Toraja, nggak pakai pikir lama, langsung hubungi contact person-nya, bayar DP, masuk grup.

Here I am! Akhirnya destinasi yang diimpikan sejak lama bisa terealisasi juga. Duh, bahagianya bukan main!

Selain ke Toraja, saya juga sempat berkeliling di kota Makassar, Maros, bahkan hingga Bulukumba. Benar-benar puas jelajahi Sulawesi Selatan, meski ada tempat-tempat lain yang ternyata masih ingin saya explore.

Namun, biarkan Toraja yan kali ini dapat sorotan. Semoga cerita perjalanan ini bisa menginspirasi siapa saja yang juga ingin berpelesiran jauh, terutama ke destinasi-destinasi impian yang masih teronggok di daftar.

Siap explore Toraja bersama-sama?

7 Tempat Wisata Toraja, Bukan Cuma Destinasi Kuburan

1. Gunung Nona di Enrekang

Sebenarnya, Gunung Nona terletak di Enrekang, sebuah kabupaten yang saya lewati dalam perjalanan menuju Toraja. Berangkat dari Bandara Sultan Hassanudin, Makassar, pada tengah malam, kurang lebih butuh 6-7 jam untuk tiba di sini.

Saya dan rombongan trip tiba di Rumah Makan Sulis untuk sarapan nasi goreng dan teh manis hangat, sembari menikmati keindahan Gunung Nona lebih dekat.

Menurut cerita rakyat, di kaki Gunung Nona dulunya terdapat sebuah kerajaan bernama Kerajaan Tindalun yang alamnya begitu subur. Singkat cerita, kesuburan alam tersebut membuat masyarakatnya lupa diri. Perilaku seks kerap menyimpang mewarnai kehidupan mereka.

Raja, serta tokoh adat dan agama, sudah berusaha keras mengatasinya. Tapi, sayangnya nggak berhasil. Sampai akhirnya Tuhan jadi murka dan mengutuk salah satu masyarakat Tindalun jadi bukit yang menyerupai alat kelamin wanita, alias Gunung Nona ini.

Katanya, di sebelah Gunung Nona ada gunung serupa alat kelamin pria yang dipisahkan sebuah anak sungai. Saya nggak terlalu ngeh. Terlihat di video kah? 🤔


2. Kuburan Batu Lemo


Akhirnya sampai juga di Toraja! Kuburan Batu Lemo adalah tempat wisata kuburan pertama yang saya kunjungi.

Menariknya, Toraja punya tradisi unik dalam memberi penghormatan terakhir bagi orang-orang tercinta. Mereka yang sudah meninggal dikubur dalam peti dan diletakkan di tebing batu kapur.

Cara penguburannya: batu dilubangi dengan cara pahat manual. Satu lubang biasanya untuk satu keluarga, lalu ditutup kayu. Semakin tinggi makamnya, dipercaya semakin dekat dengan Tuhan.

Saya sempet diceritain kalau pernah ada yang melubangi tebing batu kapur yang letaknya tinggiii sekali. Ternyata, semakin tinggi makam, semakin tinggi pula kasta/derajat sosialnya. Masalahnya, saya nggak kebayang gimana cara mereka mengubur jenazah begitu tinggi. 😳

Di tebing makam, ada patung-patung pahat yang menyerupai manusia, namanya tau-tau. Ini adalah simbol orang-orang yang telah meninggal yang dikubur di lubang tersebut. Pembuatan tau-tau nggak sembarangan. Bahan yang digunakan juga mencerminkan status sosial dan dulu, untuk pembuatannya pun dimulai dengan ritual tertentu.

Oh ya, di Kuburan Batu Lemo ini ada beberapa toko suvenir yang menjual patung tau-tau versi mini. Dijualnya sepasang-sepasang gitu. Gemes bangeeet! Bahkan, ada pengrajinnya langsung di sana. Saya sempet beli tau-tau yang paling kecil buat kenang-kenangan, tapi belinya pas di Londa (destinasi pemakaman selanjutnya). Harganya Rp25.000.

Tapiii … saya saranin beli langsung di Lemo aja! Variasinya lebih banyak, patungnya lebih cakep, pakaiannya lebih warna/i, ada tau-tau yang dijadiin pajangan meja, ada yang bisa digantung, ukuran kecil-gede lengkap, dan harganya lebih murah!


3. Goa Londa


Sehabis dari Kuburan Batu Lemo, perjalanan dilanjutkan ke Goa Londa. Ini merupakan tempat penyimpanan jenazah para leluhur Toraja dan keturunannya.

Saya sempat khawatir karena guide share cost trip saya yang pernah ke sini, bilang kalau perempuan yang sedang haid dilarang masuk. Duh, hampir aja nelan pil kecewa kalau sampai nggak dibolehin ke dalam. Udah jauh-jauh ke sini, kan.

Ia pun bertanya kepada pemandu lokal di sana. Kekecewaan saya pun sirna ketika dijawab, “Oh nggak apa-apa. Asal jangan pegang apa-apa di dalam.”

Nah, sebelum masuk ke dalam, saya harus menuruni beberapa anak tangga sebelum mencapai tebing Londa. Jika berminat mengunjungi tempat ini, sangat disarankan untuk menggunakan jasa pemandu yang akan nemenin kita selama menyusuri goa. Selain bawa lampu petromaks, mereka juga bisa ceritain sejarah Goa Londa ini.

Baca juga: Snorkeling di Taman Laut Bunaken Manado, Rasanya Kayak Mimpi!

Omong-omong, di bagian tebing goa terdapat patung tau-tau dan peti mati yang biasa disebut erong. Makin tinggi erong, makin tinggi strata sosialnya. Yang letaknya paling tinggi di sini katanya milik keluarga bangsawan, lho!

Saya bertanya-tanya, kok ada beberapa erong yang digantung, ya? Ternyata, karena dulu tuh buat menghindari pencurian dan binatang buas lantaran di dalam erong turut disertakan barang-barang kepunyaan yang meninggal tersebut.

Oh ya, di dalam Goa Londa ada apa saja? Nah, pintu masuk ke dalam goa ada di bagian kiri dan kanan. Di dalamnnya, ditemukan pula erong, tengkorak, serta tulang-belulang. Di dalam goa ternyata adem dan nggak ada bau menyengat sama sekali.

Menariknya, ada kisah Romeo & Juliet yang turut mewarnai objek wisata ini, lho. Katanya, dulu ada sepasang saudara yang jatuh cinta, tapi karena hubungannya nggak direstui, keduanya bunuh diri. Sediiiiih. 😢


4. Patung Yesus Memberkati Toraja

Jalan menuju Patung Yesus Memberkati Toraja lumayan meliuk-liuk naik ke atas. Tapi nggak akan nyesel karena pas sampai di tujuan, waahh … bersyukur banget dikasih langit biru yang super cerah!

Rasanya happy banget bisa menyaksikan langsung Patung Yesus tertinggi di dunia ini. Apa tolok ukurnya? CMIIW ya, dilihat dari tinggi di atas permukaan lautnya.

Patung Yesus Memberkati Toraja ini tingginya 1.700 meter di atas permukaan laut, dengan tinggi badan patung hanya 45 meter aja.

Di sini, ada beberapa Ibu-ibu yang menawarkan jasa foto. Tapi karena sudah dapat bocoran trik fotonya, minta difotokan teman aja, deh.

  • Trik pertama: pakai mode panorama. Mode ini akan membuat patung terlihat lebih dekat dan besar.
  • Trik kedua: gunakan kamera depan dan letakan ponsel di bawah kaki. Ulurkan kedua tangan kita sampai seolah-olah menyentuh tangan Yesus. Tadaaa, jadinya kayak bergandengan gituuu! ❤

5. Lolai, Negeri di Atas Awan

Lolai terkenal sebagai destinasi wisata yang cocok banget didatengin pagi-pagi guna menikmati sunrise. Kalau cuaca sedang mendukung, pengunjung bisa ngelihat lautan awan dan berfoto sebagai latarnya. Kalau nggak pun (kayak yang saya alamin, hiks), tetap asyik, kok.

Saya sendiri menginap 1 malam di Lempe. Satu kamar bisa berdua, kamar mandi luar alias shared bathroom, airnya dingiiin. 🥶 Dari Lempe, tinggal jalan kaki dikit aja menuju spot awan di Lolai.

Oh ya, di Lolai ada beberapa toko kelontong, warung makan, dan juga restoran. Jangan lupa siapin uang tunai kalau mau beli sesuatu di sini.

Malem-malem tuh ya, paling enak makan Indomie dan minum susu Milo hangat. Besok paginya, ngemil pisang goreng (kalau mau Indomie lagi gpp, sih. HAHA 😆) sambil minum Milo lagi. Asliii … enak banget badan jadi lebih hangat.

Anyway, seberapa dingin sih, Lolai ini? Kalau malam, lumayan dingin tapi masih bearable. Saya sendiri nggak bawa jaket, cuma pakai selendang dan kaus kaki tebal. Aman banget. Pas pagi-pagi sebelum matahari terbit, kurang lebih udaranya sama. Pas matahari udah muncul, makin lama makin panas. Jadi saya rasa, kalau kamu tahan dingin tapi kelupaan bawa pakaian hangat, aman banget.

Baca juga: Pengalaman Melukat di Taman Beji Griya Waterfall, Bali


6. Kete Kesu


Kyaaaa ini dia tempat yang bikin saya jatuh cinta dengan Toraja! Kete Kesu terletak di Kabupaten Toraja Utara, tepatnya di Kecamatan Sanggalangi. Katanya desa tradisional ini merupakan yang tertua di kecamatan ini. Bahkan, usianya diperkirakan sudah 400 tahun.

Kita bisa melihat rumah adat Tongkonan yang pembangunan nya dilakukan oleh seluruh anggota keluarga. Di sini kerap diadakan upacara adat, seperti Rambu Solo (upacara kematian), Rambu Tuka, dan lainnya. Namun sayang waktu itu lagi nggak ada upacara adat.

Masyarakat Toraja menganggap Tongkonan sebagai Ibu. Fungsinya, sebagai rumah tinggal tempat upacara adat, kegiatan sosial, serta mempererat kekerabatan.

Ciri-ciri rumah adat Tongkonan: atap berbentuk perahu, punya 4 warna dasar (merah, kuning, hitam, putih), dihiasi ukiran indah, terdapat ornamen tanduk kerbau pada bagian depan rumah. Menariknya, semakin banyak tanduk kerbau, semkain tinggi status sosial/ekonomi pemilik rumahnya.

Nah, di Kete Kesu ada banyak banget toko suvenir! Cakep-cakep banget barangnya. Ada kain beragam motif, tas, pakaian, pajangan, miniatur Tongkonan, tau-tau, dan banyak lainnya. Mampir ya, beli oleh-oleh (seenggaknya buat diri sendiri).

Baca juga: Panduan Lengkap Menuju Destinasi Super Prioritas Likupang


7. Kalimbuang Bori


Tempat wisata kuburan Toraja tuh nggak habis-habis, deh. Selanjutnya, ada Kalimbuang Bori yang mengingatkan saya akan Stonehenge di Jogja atau Inggris. Destinasi yang satu ini diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia, lho. Keren, ya? 😍

Pada bagian depan, kita bisa melihat banyak batu menhir dengan beragam ukuran. Katanya, batu-batu di Kalimbuang Bori ini nggak terbentuk secara alami, tetapi dibentuk dulu dan ditanam di dalam tanah. Batu-batu di sini nggak boleh diinjak, ya. Menariknya, pembentukan dan penanaman batu ini nggak boleh dilakukan sama sembarang orang.

Masuk ke dalam Kalimbuang Bori, pengunjung bisa melihat pemakaman di bagian kiri dan kanan. Masuk lebih dalam, adapula Baby Grave di bagian belakang. Hiii … sereeem!

Itulah dia berbagai destinasi wisata Toraja yang bisa masuk ke dalam daftar tujuan. Karena lokasi Toraja yang cukup jauh, disarankan menyewa kendaraan pribadi, entah itu motor kalau sedang solo traveling atau mobil jika ramai-ramai.

***

Nah, karena destinasi impian utama saya sudah terpenuhi, mendadak saya bingung ketika diberi pertanyaan, “Habis ini mau ke mana lagi?” Tampaknya saya harus membuka catatan lama, impian-impian saya jelajahi berbagai tempat di Indonesia. Pontianak, Larantuka, Papua, Sabang, dan banyak lainnya.

Ah, nggak sabar rasanya menanti perasaan takjub dan bahagia ketika mengunjungi destinasi impian ini datang lagi. ❤

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *