Panduan Lengkap dan Pengalaman Ikut Semana Santa Larantuka

Apr 27, 2023

Panduan Lengkap dan Pengalaman Ikut Semana Santa Larantuka – Selamat datang di Larantuka, Vatikannya Indonesia. Selasa pagi itu, saya menumpang Wings Air dari Kupang menuju Bandara Gewayantana. Ini kali kedua saya berada di Larantuka, setelah 2 minggu sebelumnya saya ke sini bersama teman-teman @backpackerjakarta.

Sesampainya di Larantuka, saya dijemput Om Ridwan. Beliau memang sudah biasa membawa tamu. Saya diantar ke Hotel Syaloom yang akan jadi tempat menginap sampai hari Minggu. Setelahnya, ia juga membantu saya mencarikan tempat laundry di Larantuka karena pakaian yang dibawa dari Jakarta, hampir sudah habis terpakai semua. Maklum, ini minggu ke-4 saya explore NTT.

Setelah urusan laundry selesai, saya berangkat ke Gereja Katedral Reinha Rosari untuk menukar Kartu Peziarah Semana Santa 2023 dengan membayar Rp25.000. Karena sudah daftar online, antrean jadi lebih cepat.

Nah, suasana hari Selasa itu sebenarnya nggak terlalu ramai di jalan-jalan. Mungkin karena memang rangkaian kegiatan utama belum berlangsung (plus Larantuka luar biasa panas), warga memilih untuk berada di dalam rumah saja.

Nah, sembari nunggu kegiatan utama berlangsung, saya pun mengisi waktu dengan mengunjungi beberapa Taman Doa dan Kapela yang bisa didatangi dengan berjalan kaki. Mulai dari Taman Doa Mater Dolorosa, Taman Doa Bukit Fatima, Kapela Tuan Ma, juga Kapela Tuan Ana.

Taman Doa Mater Dolorosa, Taman Doa Bukit Fatima, Kapela Tuan Ma, Kapela Tuan Ana.

Sorenya, saya bertemu dengan Romo Tobias, salah satu pastor yang saya kontak sebelum ketibaan saya di Larantuka. Mulanya, maksud saya mengontak Beliau adalah karena ingin mencari informasi soal rangkaian kegiatan Semana Santa Larantuka (yang ternyata baru keluar H-2 minggu Paskah). Senang rasanya akhirnya bisa ketemu Beliau.

Diajaknya saya berkeliling Larantuka karena Beliau tahu saya bosen banget lantaran belum ada kegiatan apa-apa. Waktu itu, ia memperkenalkan saya dengan Kampung Baru yang mayoritas penduduknya Muslim. Karena saat itu bertepatan dengan bulan puasa, banyak masyarakat menjajakan takjil di sepanjang jalan jelang berbuka.

Oh ya, saya juga diajak mampir ke Keuskupan Larantuka (tempat Bapak Uskup Larantuka Mgr. Fransiskus Kopong tinggal), Kapela Tuan Meninu untuk cium patung kanak-kanak Yesus, Quburan Cafe (basecamp anak-anak KOMSOS Larantuka yang Beliau ketuai), dan untuk menutup hari, kami pun makan malam bersama di seberang Hotel Fortuna (entah apa nama rumah makannya).


Pengalaman Ikut Semana Santa Larantuka

Rabu Trewa

Rangkaian kegiatan Semana Santa Larantuka sebenarnya sudah dimulai sejak Minggu Palma. Namun Romo Tobias bilang, biasanya para peziarah mulai tiba sejak hari Rabu untuk merayakan Rabu Trewa. Ini merupakan tradisi mengenang penangkapan Yesus sebelum Ia disalib.

Siang itu, jalanan untuk prosesi Semana Santa pun sudah ditutup dan bendera-bendera hitam mulai terpasang. Bambu-bambu sebagai tempat lilin pun juga sudah tertancap di sepanjang jalan.

Malamnya, Ibadat Lamentasi —biasa disebut Ratapan Nabi Yeremia— diadakan di Gereja Katedral sebagai tanda Tri Hari Suci Paskah dimulai. Lamentasi ini dinyanyikan dalam Bahasa Portugis.

Seusai Ibadat Lamentasi, banyak remaja berkumpul di depan Kapela Tuan Ma dan Kapela Tuan Ana sambil menyeret dan memukul-mukul seng. Kegaduhan ini dimaknai sebagai tanda masuknya kita dalam masa perkabungan atas kisah sengsara Yesus Kristus.

Yang menarik, seusai Lamentasi, banyak remaja berkumpul di depan Kapela Tuan Ma dan Kapela Tuan Ana sambil menyeret dan memukul-mukul seng. Asli, gaduuuh banget! Rasanya kayak lagi ada tawuran! Tapi ternyata ini merupakan bagian dari prosesi Semana Santa. Kegaduhan ini dimaknai sebagai tanda masuknya kita dalam masa perkabungan atas kisah sengsara Yesus Kristus.

Warga atau peziarah biasanya berdiri di trotoar demi menjaga jarak supaya tetap aman. Saat kegaduan berlangsung, polisi dan puskesmas keliling juga standby.

Baca juga: Pengalaman Melukat di Taman Beji Griya Waterfall, Bali


Kamis Putih

Prosesi cium Patung Tuan Ma (Bunda Maria).

Pada hari ini, umat Katolik mengenang perjamuan terakhir Yesus Kristus bersama pada murid-Nya. Makanya, saat misa diadakan, pastor yang memimpin ibadah akan membasuh kaki “murid-murid” sebagai simbol kerendahan hati.

Kamis Putih juga jadi salah satu hari yang ditunggu-tunggu karena ini adalah hari di mana warga dan peziarah diperbolekan untuk mencium Patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Patung Tuan Ana (Tuhan Yesus) sebagai bentuk penghormatan.

Sekitar pukul 12 siang, saya tiba di Kapela Tuan Ma dan ikut mengantre bersama peziarah lain yang sudah memenuhi halaman kapela. Saran saya kalau kamu ingin ikut Semana Santa Larantuka tahun depan, jangan lupa pakai topi dan bawa payung karena antreannya cukup panjang dan panas-panasan.

Satu setengah jam kemudian, barulah saya mendapat giliran untuk masuk ke dalam kapela, berjalan berlutut, lalu akhirnya mencium Patung Tuan Ma.

Pertama kali melihat patung ini secara langsung, gemeter + terharu rasanyaaa 😭. Selama ini cuma bisa lihat wujudnya dari layar ponsel, sekarang bisa lihat dan berdoa langsung. I couldn’t thank God enough for this.

Omong-omong, cerita penemuan Tuan Ma ini cukup menarik dan ada banyak versi. Ada yang bilang ditemukan di pinggir pantai, ada yang bilang diberikan langsung oleh Portugis, dsb. Namun yang pasti, umat Katolik percaya bahwa kehadirannya membawa berkat dan harapan akan terkabulnya segala doa.

Prosesi cium Patung Tuan Ana.

Sehabis itu, saya berjalan kaki menuju Kapela Tuan Ana yang jaraknya kurang lebih 750 meter. Di sini, saya dan peziarah lainnya juga antre giliran untuk cium Patung Tuhan Yesus. Oh ya, antrean di sini lebih cepat, lho.

Penting diingat juga, sebelum masuk ke 2 kapela ini, jangan lupa titip tas di pos yang disediakan karena nggak diperkenankan untuk membawa apa pun masuk ke dalam. Kalau mau ambil foto/video, bisa ambil dari luar jendela setelah cium patung agar tidak menganggu kenyamanan yang lain.

Sebagai informasi tambahan, cium patung ini bisa dilakukan saat siang hari hingga subuh keesokannya. Namun saat Misa Kamis Putih berlangsung, 2 kapela ini akan ditutup sementara agar umat bisa fokus beribadah. Biasanya saat malam hari sampai keesokannya, masih banyak yang antre untuk cium patungnya.

Kalau siang-siang, panas kali, ya?

Baca juga: Panduan Lengkap Menuju Destinasi Super Prioritas Likupang


Jumat Agung – Prosesi Laut & Keliling Kota Reinha

Prosesi Laut Tuan Meninu

Dalam Prosesi Laut Tuan Meninu, umat dan peziarah akan ikut menghantar Patung Yesus Tersalib dari Kapela Tuan Meninu menuju Pante Kuce.

Saat Jumat Agung, umat Katolik memperingati penyaliban dan wafat Yesus di kayu salib. Prosesi Laut Tuan Meninu pun jadi salah satu rangkaian prosesi Semana Santa yang nggak boleh dilewatkan.

Di sini, umat dan peziarah akan ikut menghantar Patung Yesus Tersalib dari Kapela Tuan Meninu menuju Pante Kuce.

Karena saya ingin ikut berlayar dengan kapal, sekitar pukul 10 pagi saya bertolak ke Pelabuhan Larantuka. Bagi siapa pun yang akan naik kapal, wajib daftar dulu di pelabuhan karena jumlah penumpang per kapal akan dibatasi demi keamanan bersama.

Berapa biayanya? Saya harus membayar Rp20.000 untuk penggunaan kapal, ditambah Rp2.000 untuk asuransi, yang dibayarkan langsung kepada pemilik/staf kapal setelah prosesi selesai.

Nah, Prosesi Laut dimulai sekitar pukul 11 siang. Perahu yang membawa patung akan berlayar paling depan, sementara perahu-perahu dayung kecil akan mengikuti di belakangnya. Nggak mudah mendayungnya lho, soalnya arusnya lumayan kenceng.

Nah, sementara itu, kapal-kapal besar lainnya (termasuk kapal yang saya tumpangi) harus berjalan selambat mugkin karena nggak boleh melewati perahu Patung Yesus Tersalib di paling depan.

Prosesi Laut ini kurang lebih memakan waktu 2 jam. Tapi, tau nggak sih … 1 jam pertama tuh dikasih ceraaah berawan! Nggak ada panas-panasnya sama sekali! Mau duduk di bagian depan kapal juga nyaman-nyaman aja. God is so good. Baru deh 1 jam setelahnya dikasih panas terik.

Asli deh, Prosesi Laut Tuan Meninu ini bikin mewek juga. Nggak nyangka ternyata yang menghantar Patung Tuhan Yesus Tersalib ada banyak sekaliii. Kapalnya nggak habis-habis. Peziarahnya tumpah ruah, baik yang di atas kapal maupun yang di pinggiran pantai.

Dulu, cuma ada Basarnas yang mengawal Prosesi Laut Semana Santa Larantuka ini. Tahun ini sampai ada Kapal Perang KRI Untung Suropati 372, TNI AL, KPLP, polisi, Basarnas, juga ABRI yang jaga darat.

Terus, katanya tahun-tahun lalu tuh cuma ada Basarnas yang mengawal Prosesi Laut Semana Santa Larantuka ini. Tahun ini sampai ada Kapal Perang KRI Untung Suropati 372, TNI AL, KPLP, polisi, Basarnas, juga ABRI yang jaga darat. Mereka yang jagain kami semua agar tetap aman. Terima kasih. ❤️

Seusai Prosesi Laut, kami mengantar Patung Tuan Ma menuju Gereja Katedral, kemudian langsung mengikuti Ibadah Jumat Agung pukul 3 sore.

Saat Passio (bacaan Injil tentang Wafat Yesus Kristus yang dinyanyikan), ada teks “Aku hausss …”. Jujur, rasanya bener-bener haus sampai nelen ludah sendiri, soalnya Larantuka tuh panasnya banget-bangetan. Rasanya kayak beneran ikut ke dalam kisah sengsara Yesus, meski yang kita rasain nggak ada apa-apanya. 😭

Keliling Kota Reinha

Selesai Ibadah Jumat Agung, kami kembali berkumpul di Gereja Katedral pukul 8 malam untuk berkeliling Kota Reinha. Tiap-tiap dari kami membawa lilin di tangan. Nantinya, seluruh umat akan melewati 8 armida (perhentian jalan salib) di mana mereka bisa berhenti untuk berdoa sejenak.

Saya sampai di Katedral sekitar pukul 8 kurang. Ruameeee banget! Saya baru dapat giliran keliling kota pukul 10 malam. Kebayang nggak gimana lelahnya berdiri nungguin antrean? Eits, belum seberapa. Pas berkeliling kota, rasanya lahir dan batik kita beneran diuji untuk turut merasakan penderitaan Tuhan Yesus.

Berkeliling kotanya nggak jauh sebenarnya, cuman memang banyak berhenti dan menunggunya. Setiap ada kesempatan duduk (baik di trotoar maupun tengah jalan), kami bakalan duduk untuk menyimpan energi.

Di sepanjang jalan pun saya bisa melihat lelehan lilin di mana-mana. Licin. Tapi ada yang bikin agak mesem-mesem, lelehan lilin itu banyak membentuk nama-nama seseorang.

“Iya, itu hasil prakarya kami,” kata salah seorang peziarah yang saya temui. Ia berdiri di barisan depan, jauh di depan saya.

Asli, kebayang gimana bosen dan capek nunggu giliran jalan, sampai bisa-bisanya bentuk “prakarya” dari lelehan lilin begini. 😂

Prosesi Keliling Kota Reinha berakhir pukul setengah 2 pagi. Pinggang dan kaki rasanya mau copot dari engselnya.

Kasur, mana kasuuur?

Baca juga: Terpukau Magisnya Destinasi Kuburan di Toraja dan Tempat Lainnya


Sabtu Santo

Hujan di Sabtu pagi nyatanya mampu meluruhkan sebagian lelehan lilin di jalan-jalan. Kata teman saya yang asli Larantuka, “Biasanya sehabis Jumat Agung, pasti besokannya kalau nggak hujaaan, bakalan panas yang panaaas banget. Pasti.”

Begitu ya, Tuhan dan semesta bekerja? What a blessing. Lelehan lilin ini soalnya licin dan membahayakan. Orang-orang atau kendaraan bisa terpeleset kalau nggak hati-hati.

Oh ya, hari ini kami merayakan malam Paskah dengan ikut Misa Sabtu Santo atau Sabtu Suci. Lampu gereja dimatikan, umat menyalakan lilin sebagai lambang kehadiran Kristus dan terang dunia.

Di misa ini juga, umat Katolik memperbarui janji baptis mereka dan diperciki air suci. Guess what, sepanjang misa, di luar turun hujan. Rasa-rasanya Larantuka kembali ikut “dibaptis”. ❤️


Minggu Paskah

Sejujurnya Minggu ini saya luar biasa galau. Hari Selasa minggu depan akan ada Festival Bale Nagi, tapi saya udah keburu pesan tiket pulang ke Jakarta.

Sebelum ketemu dengan teman-teman SimpaSio Institute, ya ampun bingung banget mau ngapain lagi di Larantuka. Nggak taunya mereka punya program kerja yang keren-keren, yang pastinya bisa saya ikuti.

Bahkan, mereka juga punya perpustakaan dan kedai makan dengan ragam koleksi buku. Sediiih … kenapa baru tahu pas udah pesan tiket pulang? Tadinya ada rencana mau reschedule, tapi nggak sanggup lihat harga tiket dan segenap pengeluaran lainnya. HUHU. 😭

Mau nggak mau, ini jadi hari terakhir saya di Larantuka. Pukul 6 pagi saya ikut Misa Minggu Paskah untuk merayakan kebangkitan Tuhan. Di hari ini, umat juga bisa ikut prosesi menghantar kembali Patung Maria Alleluya ke Kapela Tuan Ma, tapi saya nggak ikutan.

Selesai misa, kembali ke hotel, sarapan, lalu berangkat ke bandara. Kok, mendadak nggak kepengin pulang, sihhh? 😭


Penutup

Tuhan Yesus teramat luar biasa. Meski prosesi Semana Santa Larantuka cukup panjang dan melelahkan, rasanya luar biasa bersyukur karena bisa mendapatkan pengalaman spiritual nggak terlupakan.

Dalam suatu misa, saya teringat pesan Romo. “Dengan kita mengikuti Semana Santa atau perayaan Paskah ini, bukan berarti doa dan harapan kita akan langsung dikabulkan.”

Betul. Seenggaknya, kita akan selalu diingatkan bahwa Tuhan Yesus senantiasa menyertai kita, kapan pun, di mana pun. Dosa kita ditanggung-nya lewat pengorbanan-Nya. Hidup kita teramat dikasihi-Nya. Iman kita disempurnakan dan diteguhkan-Nya pula.

Saya pun merasa lebih damai.

Ada hati yang lebih berpengharapan, sepulang dari sini.

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *