Di Candi Borobudur, Menjelang Malam – Candi Borobudur sore itu tampak tak terlalu sepi, tak tampak terlalu ramai juga. Saya berjalan masuk ke kawasan candi ini dengan kamera yang siaga di tangan. Ini pertama kalinya bagi saya mengunjungi candi yang diperuntukkan bagi penganut agama Buddha ini. Hati ini rasanya sungguh tertarik menyaksikan kemegahannya secara langsung dari sana.
Baca juga: Menguntit Jejak Katolik di Museum Misi Muntilan
Candi Borobudur ini berada di Magelang, Jawa Tengah. Candi berbentuk stupa ini memiliki 2.672 relief dan ada sekitar 504 arca Buddha. Relief pada candi ini berisi sebuah cerita yang sudah melegenda, yakni tentang Ramayana. Ada juga kisah yang menggambarkan kondisi masyarakat pada zaman itu. Misalnya bagaimana masyarakat di sana yang bermatapencaharian sebagai petani.
Pada intinya, keseluruhan relief yang ada pada candi ini menunjukkan bagaimana ajaran sang Buddha. Enggak heran, saya bisa mempelajari banyak hal karena memang Candi Borobudur dijadikan sebagai wadah edukasi bagi mereka yang ingin mempelajari ajaran tersebut. Bahkan, seorang penganut agama Buddha dari India bernama Atisha, pernah menyambangi Candi Borobudur ini, lho. Luar biasa!
Baca juga: Lebih Nikmat Menyantap Bakmi Jowo Mbah Gito di Kala Malam
Di sini, biasanya digunakan sebagai tempat suci untuk memuliakan sang Buddha. Kita juga bisa berziarah untuk menuntun diri jauh dari nafsu duniawi. Nah, candi ini merupakan candi Buddha terbesar pada abad ke-9. Untuk bisa sampai di puncak, kaki-kaki ini harus terlatih meniki banyak anak tangga.Β Meskipun lelah, semua itu terbayarkan ketika kedua mata dimanjakan oleh pemandangan cantik di ujung sana.
https://www.instagram.com/p/BC6YeFyvmtH/?taken-by=sintiaastarina
Bila bicara soal Candi Borobudur, rasanya tiba-tiba teringat pada pelajaran Sejarah saat masih duduk di bangku SMP. Ya, candi ini dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja dari Kerajaan Mataram Kuno. Bangunan ini termasuk dalam salah satu dari Warisan Budaya Dunia yang sungguh memikat hati.
Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat dengan tinggi 42 meter sebelum direnovasi. Setiap tingkatan diartikan sebagai tingkatan kehidupan manusia di dunia. Ya, siapapun ingin mencapai puncak tertinggi. siapapun ingin mencapai tingkat sebagai Buddha.
Baca juga:Β Pohon Beringin Kembar dan Perumpamaannya
Itulah mengapa rasanya semakin sulit ketika kita meninggalkan jejak kaki di tingkat teratas. Tentu, usaha yang dibutuhkan akan lebih banyak. Sama seperti kehidupan manusia. Ketika kita menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih, butuh usaha yang jauh lebih besar dari sebelumnya untuk mencapai hal tersebut.
Sebuah filosofi yang menarik, bukan?
Sore menjelang malam itu tampaknya seolah tidak ingin memberi banyak waktu. Candi Borobudur sudah mau ditutup karena sore akan beranjak pergi. Lalu, saya pun mengambil beberapa foto lagi sebelum akhirnya hendak keluar dari kawasan Candi Borobudur tersebut.
Lagi dan lagi, saya patut bersyukur karena bisa menikmati tempat ini secara langsung. Juga dengan filosofi tingkatan Candi Borobudur yang sangat mengena dengan kehidupan nyata. Bila dilihat ke belakang dan menemukan kegagalan dalam hidup, rasanya saya harus berusaha lebih keras lagi untuk mencapai puncak.
0 Comments