Pengalaman Menginap di Terrario Tangkahan – Bagi saya yang seorang workaholic, saya pikir akan sulit untuk detach dari laptop karena pekerjaan sehari-hari saya melibatkan tool ini. Namun, ketika saya kenalan dengan Terrario Tangkahan dan alamnya, saya tahu saya salah.
3 Jam Perjalanan Medan-Tangkahan
Selesai makan siang di Lontong Kak Lin dan berburu bekal perjalanan di Coffenatics yang berlokasi di sebelahnya, saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan menuju Terrario Tangkahan sekitar pukul 11 siang. Karena akan melewati Tol Stabat-Binjai, kami hanya akan menempuh waktu kurang lebih 3 jam. Dulu saat belum ada tol ini, katanya bisa mencapai 3,5 jam.
Omong-omong, tolnya bagus banget! Di bagian kiri dan kanan, rasanya asyik sekali memandangi perkebunan sawit, jagung, dan juga tebu. Tol ini juga bisa mengantar kita ke Aceh, lho. Wah, kapan-kapan kalau main ke Tangkahan lagi, mau banget coba ke Aceh lewat jalur darat.
Perjalanan nggak macet sama sekali. Beberapa kali saya jatuh tertidur di dalam mobil. Saking excited, sampai nggak kerasa kalau saya dan teman-teman sudah mau sampai. Yay!
Ekowisata Tangkahan sendiri terletak di desa Namo Sialang, Kabupaten Langkat. Kawasan ini merupakan daerah perbatasan dengan Aceh. Dengar-dengar, Tangkahan tuh dijuluki sebagai The Hidden Paradise of Sumatera Utara. Nggak salah, sih.
Begitu masuk ke kawasan Tangkahan, pemandangan di kiri-kanan kami sudah perkebunan sawit semua. Beberapa kali kami juga bertemu dengan kawanan sapi di jalan. Kurus-kurus banget, deh.
Oh ya, untuk masuk ke daerah Ekowisata Tangkahan, pengunjung harus membayar tiket masuk seharga Rp15.000 per orang, plus Rp10.000 untuk mobil. Sempat agak tersendat karena saat itu kami datang di tanggal merah. Banyak wisatawan dan warga lokal yang ke Tangkahan ternyata. Kalau dilihat, parkiran mobil pun lumayan penuh.
Tiba di Terrario Tangkahan, Jatuh Cinta pada Injakan Kaki Pertama
Lokasi Terrario Tangkahan sendiri berada di paling ujung dibandingkan penginapan-penginapan yang lainnya. Begitu sampai di sana … wow, that peace and serenity in my heart. I can’t. Se-peaceful itu!
Disambut pemandangan hutan hujan tropis di ketinggian, sunyi, dan suara gemericik air pula. Setiap sudutnya pun nggak ada yang nggak cantik. Saya tahu saya bakal jatuh cinta dengan tempat ini.
Apalagi, di Terrario Tangkahan ini nggak ada WiFi dan sungguh minim sinyal. Sinyal Telkomsel saja hanya 1 bar, itu pun hanya di tempat-tempat tertentu saja yang koneksinya bagus. “Hilang” sejenak dari keriuhan adalah langkah terbaik untuk healing.
Sebagai informasi, Terrario Tangkahan sendiri hanya memiliki 3 kamar: X, Y, Z. Setiap kamar maksimal diisi 3 tamu. Jadi bisa dibilang, masimal hanya 9 orang yang bisa menginap di hari yang sama.
Di kamar X ada balkon dengan taman di mana tamu bisa melihat jembatan dan sungai dari kejauhan, di kamar Y yang terletak di tengah ada balkon dengan kolam ikan, dan di kamar Z yang terletak di paling dengan posisinya paling tinggi, punya balkon yang bisa melihat seluruh pemandangan Terrario dengan lebih lebih leluasa.
Baca juga: Pengalaman Menginap di Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman Jogja
Di bagian tengah Terrario Tangkahan ada dapur, ruang makan, sekaligus ruang untuk kumpul-kumpul. Kalau mau kopi, teh, atau minuman lainnya tinggal pesan. Kalau mau air mineral, tinggal refill aja.
Dan namanya juga ekowisata, apa yang dihadirkan di sini sebisa mungkin tetap dapat menjaga kelestarian alam. Misalnya, di sini nggak disediakan botol plastik sekali pakai, tetapi gelas yang air minumnya bisa di-refill sesuka hati.
Untuk sabun dan sampo juga menggunakan bahan-bahan natural. Bahkan, bahan makanan juga ditanam sendiri oleh warga sekitar untuk kemudian diolah dan disantap tamu yang menginap.
Semua yang ada di Terrario Tangkahan ini memang mengutamakan aspek berwawasan lingkungan, serta pemberdayaan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat lokal. Saya percaya kalau Tangkahan ini bakal jauh lebih berkembang di masa depan nanti.
Hmm … bisa-bisanya Nicholas Saputra (pemilik Terrario Tangkahan) kepikiran bikin penginapan yang se-impactful ini.
Kamar
Sesampainya di Terrario Tangkahan, kami langsung menyimpan barang-barang kami di dalam kamar. Nuansa kayu memang amat terasa begitu menginjakkan kaki di sini, pun di kamarnya.
Di kamar Y yang saya tempati, terdapat 2 single bed dengan 1 extra bed pada bagian tengah. Yang bikin happy, eh ada bantal guling, dong! Terrario Tangkahan emang tahu banget gimana cara manjain tamu-tamu yang menginap biar bisa tidur lebih nyaman.
Di dalam kamar sudah tersedia air minum dalam botol beserta dua gelas kecil, tisu, juga kipas angin. Yup, di sini nggak ada AC, ya. Namun sepengalaman saya, saat malam hari memang agak gerah sedikit hingga berkeringat, makanya selimut yang disediakan pun tipis. Tapi selebihnya adem, kok. Kecuali di kamar Z, ya. Kata teman saya malah dingin banget di atas.
Di depan tempat tidur ada lemari kayu tinggi untuk menyimpan pakaian dan barang-barang lainnya. Disediakan safety box juga di sini.
Gimana rasanya menginap 3 hari 2 malam di sini? Hari pertama saya nggak bisa tidur pulas. Pukul 01.19 malam saya kebangun karena denger suara aneh yang jelas banget datangnya dari sebelah kiri atau luar kamar (bukan dari bagian kanan, balkon, atau hutan).
Hmm … ma, ma, ma …. Suara apa, tuh? Otak saya langsung memproses suara tersebut dan mengasosiasikannya ke banyak hal. Ini suara tokek? Bukan. Ini suara orang nangis? Nggak juga. Roommate saya lagi ngigo? Nggak, dia malah anteng-anteng aja tidurnya. Saya lagi halu? Nggak, suaranya terlalu nyata.
Hmm … ma, ma, ma … terdengar lagi untuk kesekian kali. Saya coba tenangkan pikiran dan nggak pikir macam-macam. Yang ada malah makin parno. Mana di hutan begini, kan.
Setelah berdoa kembali, saya masih takut-takut menutup mata, takut-takkut suara asing itu ditangkap telinga lagi. Namun puji Tuhan, meski masih tidur-tidur ayam, masih dikasih waktu untuk istirahat.
Hari kedua saya minta sama Tuhan untuk dikasih tidur pulas karena sejak beberapa hari kemarin, tidur saya bener-bener nggak ada enaknya. Pindah hotel/penginapan beberapa kali, badannya masih perlu adaptasi. Puji Tuhan, hari kedua di Terrario Tangkahan, tidurnya jauh lebih pulas meski sempat kebangun.
Kamar mandi
Untuk kamar mandi, amenities yang disediakan hanyalah sabun dan sampo berbahan natural/organik saja. Wangi sekaliiii~ Ada yang seperti bau mint. Entah pastinya wangi apa, tapi suka banget!
Terrario Tangkahan nggak menyediakan sikat dan pasta gigi, ya. Kalau lupa bawa, ada warung terdekat dan bisa beli di sana.
Nah, ruang shower sendiri memiliki dinding kaca yang bisa ditutup tirainya. Shower-nya sendiri bertipe rain shower, jadi rasanya beneran kayak mandi hujan, deh. Suka!
Namun sayang, air panasnya kadang nggak berfungsi. Tapi mandi air dingin tuh beneran ademin banget, sih. Apalagi kalau badan udah lengket dan kegerahan banget.
Eh iya, informasi tambahan, Terrario Tangkahan nggak menyediakan setrika, ya. Jadi kalau ada yang mau menyetrika baju, sayang banget nih, belum bisa. Tapi semoga aja pakaian yang dikenakan nggak lecek supaya kelihatan bagus pas difoto, ya. ✌😉
Baca juga: Staycation di Hotel Mercure Jakarta Gatot Subroto
Makan Enak, Kenyang, dan Bahagia
Menginap di Terrario Tangkahan ini udah sekaligus dapat makan pagi, makan siang, dan juga makan malam. Tinggal pilih aja menu-menu yang tersedia atau yang direkomendasikan. Jujur, nggak ada makanan yang nggak enak di sini. Mungkin karena tipe comfort food juga kali, ya.
Semuanya bener-bener kasih sensasi mouthgasm. Nggak heran habis makan tuh kenyangnya beneran kenyang pol dan dikasih bonus perasaan bahagia. Dan entah kenapa ya, kalau di sini tuh bawaannya laper terus. Hahaha. Beneran seenak itu! 🤤
Sini, sini, saya bikin ngiler sama masakan Bu Maria, si juru masaknya, ya.
1. Hari pertama
- Makan siang: nasi + ayam goreng sereh + udang sambal + sayur sawi bening + kerupuk
- Makan malam: nasi + sayur daun bangkok tumbuk + teri kacang + ayam lomok lomok + kerupuk
2. Hari kedua
- Makan pagi: nasi goreng teri kecombrang (katanya yang masak beda orang, jadi nggak seenak biasanya)
- Makan siang: nasi + kangkung + teri sambal (by request) + teri kacang + ayam kari + kerupuk + nanas
- Makan sore: Indomie rasa Soto Medan (bawa dan masak sendiri soalnya habis outdoor activity)
- Makan malam: nasi + ikan arsik + sayur umbut pisang + tahu & tempe sambal + kerupuk
3. Hari ketiga
- Makan pagi: pancake dan omelet (yang bikin bukan Bu Maria juga, hiks)
- Makan siang: nasi + nila sambal balado + semur telur + sayur labu jipang + kerupuk + semangka + nanas
Kebayang ya, gimana, bahagianya lidah dan perut ini? Pulang-pulang berasa lebih gendutan asliiii. 😂🙌
I Left My Heart in Terrario Tangkahan
Menginap 3 hari 2 malam di Terrario Tangkahan adalah salah satu pengalaman terbaik seumur hidup saya. Bagi saya, ini adalah suaka terbaik untuk berkontemplasi, untuk kembali terkoneksi dengan diri sendiri.
Bayangin aja, bisa bangun lebih pagi dan menghirup oksigen sedalam-dalamnya, duduk santai di samping kolam sambil memandangi pancuran air dan mendengarkan suara gemericiknya, memerhatikan kerlap-kerling kunang-kunang saat malam hari, meneduhkan hati di balik rintik hujan dan semilir angin dingin saat petang, menikmati hari-hari yang lebih lambat dan takut diburu waktu dan cemas.
Saya bilang ke diri sendiri kalau saya mau balik lagi ke Tangkahan.
Rindu sekali dengan keteduhannya.
Tunggu, ya.
Saya janji mau balik lagi ke sini.
Baca juga: Pengalaman Menginap di PORTA Hotel Jogja
Harga dan Info Lainnya
- Harga: 1,75 juta per kamar, min. 2 malam. Supaya lebih cepat booking-nya, lebih baik langsung telepon ketimbang kirim email.
- Aktivitas lain di Terrario Tangkahan: Selain bisa belajar masak sama Bu Maria, tamu juga bisa menikmati pijat di pinggir kolam atau di kamar, lho! Untuk harganya, bisa langsung tanya pengelolanya, ya!
- Aktivitas di Tangkahan: river tubing, river trekking, memandikan dan memberi makan gajah. Tunggu cerita selengkapnya, ya! 🤩
0 Comments