Pengalaman Rapid Antigen Sebelum Terbang Saat Pandemi

Mar 11, 2021

Pengalaman Rapid Antigen Sebelum Terbang Saat Pandemi – Karena ada urusan mendesak yang mengharuskan saya dan Mama pulang ke kampung halaman (Kepulauan Bangka) dengan menggunakan pesawat, tentu mau enggak mau kami harus rapid antigen terlebih dahulu.

Ya, rapid antigen adalah salah satu syarat penerbangan yang ditetapkan Kementerian Perhubungan, apabila hendak bepergian dengan menggunakan pesawat.

Saya terbang pada Kamis, 11 Maret 2021 dan memutuskan untuk melakukan rapid antigen pada H-1 di RS Mentari, Tangerang. Sebelumnya, saya riset dulu, baca-baca pengalaman orang lain yang pernah rapid antigen karena sejujurnya deg-degan juga. Hahaha. This will be my first time, though. So, yeah, biar enggak kaget-kaget banget, lebih baik persiapan dulu.

Nah, begini pengalaman rapid antigen yang saya lalui.

Pengalaman Rapid Antigen Sebelum Terbang Saat Pandemi

1. Pendaftaran

H-2 penerbangan, saya sebenarnya ingin mendaftar tes rapid antigen secara online melalui sebuah aplikasi kesehatan. Terdaftar RS Mentari di sana, tapi saya enggak menemukan Rapid Antigen.

Akhirnya, H-1 pagi-pagi, saya dan Mama langsung mendatangi rumah sakit dan mendaftar di tempat. Lokasi tes berada di area parkir alias di ruangan terbuka. Di sana, disediakan beberapa kursi untuk menunggu, Saat itu enggak ada pasien lain selain kami.

Kami pun langsung mendaftarkan diri lewat form registrasi yang diberikan. Kami mengisi nama lengkap, tanggal lahir, NIK, No. HP, alamat, jenis pemeriksaan, lalu ditutup dengan tanda tangan. Kemudian, lanjut ke pambayaran.


2. Pembayaran dengan tunai/nontunai

Pihak rumah sakit menyediakan dua jenis pembayaran, baik tunai maupun nontunai. Nah, demi menekan penyabaran virus lewat uang, saya pun memilih untuk membayar menggunakan kartu debit BCA saja.

Harga rapid antigen di sini adalah Rp250.000. Namun, kami mendapat diskon 9% sehingga total yang harus dibayar ialah Rp455.000 untuk berdua.

Selanjutnya, kami diberi bukti pembayaran yang bisa digunakan untuk mengambil hasil tes dalam bentuk cetak.


3. Rapid Antigen

Pengalaman Rapid Antigen Sebelum Terbang Saat Pandemi

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya nama Mama dipanggil. Saya bersyukur bukan saya duluan. Deg-degannya masih kerasa sampai bikin mules. Langganan banget, deh, kalau lagi deg-degan gitu pasti kebawa sampai perut.

Seorang petugas dengan APD mendekati Mama dan mengonfirmasi beberapa hal, mulai dari nama, tanggal lahir, apakah sudah pernah tes sebelumnya, diberi tahu kalau sesudah tes bisa keluar air mata, lalu ditanya juga kira-kira alatnya nyaman dimasukkan di hidung kiri atau kanan.

Meski yang ditanya Mama, saya sudah mantap memilih kalau saya pengin di hidung kiri, entah kenapa. Padahal pas dites beneran, saya malah banting setir ke hidung kanan. Labil, memang.

Selang beberapa detik kemudian, Mama sudah seleaai dites. Hmm … cepet juga. Kini giliran saya. Jujur makin mulleesss. 🙃

Petugas tersebut menanyakan beberapa hal yang sama ke saya. Ketika alatnya hendak dimasukkan ke hidung, saya tanya lagi, “Eh, enggak boleh napas dari hidung, ya? Dari mulut aja?”, yang dijawab sebuah anggukkan pelan.

Yak, here we go! Saya memejamkan kedua mata dan menahan napas. Saya benar-benar mengobservasi rasa ketika alat tersebut dimasukkan ke dalam hidung. Saya bisa merasakan benda kecil di ujung alat berputar di dalam hidung. Bukan rasa sakit, melainkan ada sensasi geli menggelitik bagian dalam hidung dan … Puji Tuhan akhirnya selesai!

Gimana rasanya habis rapid antigen? Hidung kanan masih geli. Rasanya kayak pengin buang ingus, tapi enggak ada ingusnya. Rasanya pengin gerak-gerakkin hidung terus supaya gelinya hilang. Hehehe. Oh ya, dan sepertinya ada sebutir air mata yang keluar dari mata kanan, yang mana buru-buru langsung saya seka.

Namun secara keseluruhan, pemeriksaan cukup cepat dan aman. Sama sekali enggak ada rasa enggak nyaman yang tertinggal. Dan sebenarnya, (ini beneran, deh) enggak perlu deg-degan kalau mau rapid antigen, kok. Hihi. Dibawa santai ajaaa (halah, padahal sampai mules-mules 😂).


4. Menunggu hasil rapid antigen

Pengalaman Rapid Antigen Sebelum Terbang Saat Pandemi

Karena hasil tes keluar dalam waktu 1-2 jam, saya dan Mama memutuskan untuk pulang saja. Oh ya, kami minta hasilnya dikirim terlebih dahulu lewat WhatsApp dan untuk versi cetaknya akan kami ambil kemudian.

Kami tes sekitar pukul 7 dan harusnya pada pukul 8, hasilnya sudah kami terima. Lumayan harap-harap cemas juga, nih, nungguinnya. Takut kenapa-kenapa juga, kan. Plus, saya sudah beli tiket pesawat duluan (baca drama refund tiket Citilink di sini). Kalau amit-amit hasilnya enggak sesuai harapan, mau enggak mau enggak jadi terbang dan perlu batalin tiket.

Namun Puji Tuhan, sekitar pukul 8, saya menerima hasil laboratorium yang menyatakan bahwa saya negatif. Asliiii lega banget! Eittsss … tapi penting juga diingat bahwa hasil negatif sebenarnya bukan jaminan aman kita enggak bisa tertular atau menularkan ke orang lain. Bukan berarti juga kita kebal.

Dalam hasil laboratorium yang saya terima, tertulis catatan bahwa hasil negatif tidak menyingkirkan kemungkinan SARS-CoV-2 sehingga masih berisiko menularkan ke orang lain. Kemudian, hasil negatif juga terjadi pada kondisi kuantitas antigen pada spesimen di bawah level deteksi alat.

Maka dari itu, protokol kesehatan yang ketat juga sangat-sangat perlu diperhatikan dan doakan perjalanan saya dan Mama pulang kampung berjalan lancar dan semuanya sehat-sehat, yaa!

Nah, itulah dia pengalaman saya menjalani rapid antigen sebelum terbang saat pandemi. Semoga bisa memberikan gambaran lebih lengkap untuk teman-teman yang belum pernah atau baru pertama kali ingin menjalani tes ini. Stay safe, everyone!

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *