[BOOK REVIEW] You Do You Karya Fellexandro Ruby

Dec 20, 2020

[BOOK REVIEW] You Do You Karya Fellexandro Ruby – Belum begitu lama saya mengikuti Fellexandro Ruby di Instagram. Rasanya semakin familiar ketika nama ini sering disebut rekan-rekan kantor, direkomendasikan sebagai pembicara, atau ketika dirinya memang betulan mengisi berbagai talkshow atau seminar di luar sana.

Semakin sering mendengar nama ini, semakin kepengin saya ngulik sana-sini. Sampai-sampai saya ada di tahap kagum dengan influence dan kekuatan personal branding yang ia bangun di media sosial. Rapi banget.

Menjadi pengikutnya di media sosial, saya mendapatkan banyak manfaat lewat konten “abu-abu” di akun Instagram miliknya, tertarik dengan caranya berinteraksi dengan followers lewat tulisan dan kata-kata, suka dengan caranya berbicara yang tampak santai dan enggak terburu-buru, dan tentu saja, saya dapat memperoleh banyak added value ketika mengakses informasi, pengalaman, dan ilmu “daging” yang ia bagikan, apa pun bentuknya.

Enggak heran, ketika Fellexandro Ruby mengumumkan bahwa dirinya akan membuat sebuah buku, saya antuasias banget. Saya sampai membuat jadwal khusus di kalender supaya enggak ketinggalan pre-order di Tokopedia. Here it is, buku You Do You akhirnya ada di genggaman.

[Book Review] You Do You Karya Fellexandro Ruby

Guess what, sampul buku ini warnanya abu-abu juga! Branding yang sudah dibentuknya dalam jangka waktu panjang turut disampaikan lewat salah satu legacy-nya ini. Memang enggak main-main.

Lumayan ngebut juga menyelesaikan buku ini. Yang saya ingat, saya bisa menyelesaikan 2/3 buku ini dalam waktu 4 jam intensively! Thanks to Starbucks’ Vanilla Latte dan lo-fi music yang udah nemenin saya membabat habis buku ini.

Ini adalah sebuah pencapaian kecil nan berarti untuk saya yang udah lama banget enggak bisa menyelesaikan 1 buku dalam waktu singkat (yes, saya anggap 4 jam itu lumayan singkat) dan sekali duduk.

Well, without further ado, ini dia book review You Do You karya Fellexandro Ruby. Apabila kalian sudah membacanya dan butuh teman diskusi, saya sangat terbuka untuk ngobrol-ngobrol langsung (klik di sini).


[Book Review] You Do You Karya Fellexandro Ruby

Judul: You Do You: Discovering Live Through Experiments and Self-Awareness
Penulis: Fellexandro Ruby
Penerbit: Pear Press, Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Desember 2020
ISBN: 9786020649351
Harga: Rp128.000

“Mas, gimana kalau passion gue belum menghasilkan?”
“Mas, apakah lebih baik jadi generalis atau spesialis?”
“Mas, gue pengin bisa ganti haluan karier di bidang yang lain, bisakah?
“Mas, gue lagi di tengah-tengah quarter-life crisis. Help me.”
“Mas, gue bingung ikigai gue apa.”
“Mas, emang di usia 30 nanti, secara finansial gue udah mesti punya apa aja?”
“Mas, berbagi dong proses lo menuju ke Rp1M pertama.”

I feel you. Gue juga pernah mengalami keresahan yang sama. Faktanya, satu dekade pertama dalam perjalanan karier gue dihabiskan untuk bereksperimen dengan sembilan macam role yang berbeda, sampai akhimya gue menemukan ikigai.

Sales, petugas lelang, operator alat berat, travel blogger, food photographer, penyanyi, social media manager, product manager di sebuah tech startup, sampai pengusaha pernah gue jalani.

Menariknya, semua kegalauan dan pencarian itu mulai terjawab dengan sendirinya ketika gue bisa menjawab pertanyaan: “Who are you?”

Ketika gue mengenal diri sendiri, maka pada titik itulah gue menemukan jawaban bahwa “your life (career, business, relationship, and finance) should be an extension of who you are”.

Buku ini nggak ngasih jawaban langsung, tapi ngebantu merefleksi diri, melihat ke dalam, mengurai situasi, supaya lo bisa menemukan sendiri jawaban, kapan pun lo bertemu dengan persimpangan.

Let’s begin THE JOURNEY of finding YOURSELF.


Perjalanan “Menghidupi” Diri Sendiri

[Book Review] You Do You Karya Fellexandro Ruby

Entah kenapa saya begitu rela diracuni tulisan-tulisan apik Fellexandro Ruby. Ya, dunia tulis-menulis memang bukan hal yang baru bagi lelaki ini. Sebelum menjadi pengusaha seperti sekarang, Ruby pernah menulis ribuan artikel yang saya rasa, cukup jadi bekal menulis buku perdanananya ini.

Jujur, setelah membaca You Do You, it felt like I have soooo much more to write here. Again, lagi-lagi saya harus bersyukur dipertemukan dengan sebuah karya menarik karena semua yang ditulis sangat-sangat penting (I can guarantee that) untuk siapa pun yang saat ini masih bertanya-tanya soal passion, karier, bingung soal ikigai, keuangan, dan segala kegalauan lain yang sering dialami anak muda.

Baca juga: [BOOK REVIEW] Kamu Terlalu Banyak Bercanda Karya Marchella FP

Ya, topik-topik tersebut sampai kapan pun rasanya masih cukup seksi untuk diperbincangkan. Bagaimana bisa? Ya, rupanya banyak anak muda yang merasakan hal yang sama.

Banyak yang bingung apakah harus resign dari kantor yang sekarang dan shifting jadi pengusaha, apakah passion bisa memberi kita makan, apa yang harus dilakukan untuk bounce back jika pilihan kita gagal atau enggak sesuai ekspektasi, dan sebagainya. Sounds familiar? Tenang, Ruby pun mengupasnya secara tuntas dalam buku ini.

Ada 5 bab utama dalam You Do You yang dimulai oleh Bertemu dengan Diri Sendiri, dilanjutkan dengan Bertemu dengan Ikigai, Designing Your Life, Building Your New Net Worth, kemudian ditutup dengan Principles. Lima bab ini dicacah ke dalam bagian-bagian kecil dengan porsi yang pas agar pembaca tetap bisa menjaga alur dan tempo bacanya sehingga poin demi poin yang diutarakan enggak lewat begitu aja.

Apa bab favorit saya? Jawabannya adalah Bab 1 dan Bab 2. Pada Bab 1, Fellexandro Ruby mengajak para pembacanya untuk mengenal diri sendiri sebelum melangkah lebih jauh pada bab-bab selanjutnya. Di sinilah perjalanan self-awareness dimulai.

Salah satu pembahasan yang paling mengena adalah soal How You Learn, di mana saya diperkenalkan dengan metode VARK (Visual, Auditory, Read/Write, Kinestetic) yang bermanfaat untuk mengetahui tipe belajar saya tuh yang seperti apa, sih.

Setelah ikut tes VARK, saya jadi tahu bahwa tipe saya adalah kinestetik alias lebih gampang menyerap ilmu lewat praktik alias trial and error. Yes, cukup akurat.

Kemudian, pada Bab 2, Ruby banyak bicara soal Ikigai. Meski cukup familiar karena pernah (atau mungkin sering) dibawakan Ruby di TED Talks atau platform lainnya, menurut saya pembahasan ini cukup penting. Andai bab ini enggak disertakan, saya rasa buku ini enggak akan jadi “Ruby” banget.

Bab 2.7, tentang Multipotentialite, salah satu yang cukup gokil. Kenapa saya bilang begitu? Bab ini benar-benar mengajak para pembaca untuk enggak mengurangi value yang kita punya.

Ruby cerita, ketika berkenalan dengan orang lain dan orang lain itu bertanya padanya, “What do you do for a living?“, biasanya Ruby menjawab pengusaha. Akan tetapi, satu jawaban itu seolah-olah seperti mengurangi value dirinya sebagai manusia multipotensi.

Well, I know for sure that he wasn’t being arrogant or overconfident karena kenyataannya, lelaki satu ini emang serba bisa. The point is, penulis mengajak para pembaca untuk yuk, melek, yuk, jangan sampai kita undervalue diri sendiri. Kita bisa lho, mengerjakan apa pun yang kita suka atau jago di bidangnya.

“Kenapa kita harus mengotakkan diri kita dalam satu bidang saja?” tulisnya dalam buku ini.

Hal ini sempat saya alami ketika saya ditanya soal apa title/profesi yang ingin ditulis pada poster acara yang akan saya isi. Penulis, blogger, content creator, Bookstagrammer, atau yang lainnya? Well, kalau penasaran dengan bagaimana Ruby memandang hal ini, langsung ke halaman 80, ya!

Hal lain yang menjadi nilai tambah buku ini adalah penulis enggak akan membiarkan pembaca untuk berhenti di You Do You semata. Ada banyak bacaan selanjutnya (buku, artikel, juga hasil riset) yang bisa kasih food for thoughts, yang bisa jadi amunisi untuk explore hal-hal menarik lainnya selain yang sudah diutarakan dalam buku. So generous, isn’t he?

Baca juga: [BOOK REVIEW] Dear Tomorrow: Notes to My Future Self Karya Maudy Ayunda

Hal ini semakin memvalidasi mantra yang dipakai dalam kesehariannya #BelajarBerkaryaBerbagi, dengan cara mengombinasikan ilmu yang sudah dipelajarinya, pengalaman hasil dekonstruksi atau trial dan error, serta output yang bisa jadi learnings untuk empower dan improve orang lain, baik itu berhasil maupun gagal.

You Do You juga semakin menegaskan personal branding Fellexandro Ruby yang doyan baca buku karena semakin membalik halaman demi halaman, betapa saya menyadari bahwa apa yang dipelajarinya benar-benar dipraktikkan, dituangkan, dan juga dibagikan. “Membaca, merenungkan, dan mempraktikannya,” ujarnya.

Alasan lain yang akan bikin saya cukup senang dengan You Do You adalah karena bukunya yang playful banget! Ada beragam grafik, visual yang dihadirkan dalam ragam warna, serta QR Code yang mengarahkan pembicara ke video rahasia (kalau udah pernah nonton videonya,  you won’t be surprised), pokoknya khas terbitan Pear Press banget, deh.

Moreover, buku ini juga menyuguhkan kehadiran interaksi yang bisa memperpendek jarak antara penulis dan pembaca. Asli, saya begitu menikmati proses menggarisbawahi kalimat-kalimat penting dengan highlighter, memberi notes tambahan dengan pensil, juga menandai halaman-halaman paling bermanfaat dengan bookmark warna-warni. Buku ini minta dicorat-coret banget! 😆

Belum lagi, entah mengapa, lantaran pernah dengar podcast Thirty Days of Lunch, nontonin Ruby pas ngisi TED Talks, atau mungkin mantengin dirinya saat sedang Instagram Live dengan orang lain, membikin saya cukup terbayang gimana style Ruby ketika berkomunikasi.

Baca juga: Ketagihan Baca E-book Gara-gara Gramedia Digital

Caranya berbicara yang penuh kehati-hatian dan dengan artikulasi yang sangat jelas, serta dirinya yang gemar berkata “Exactly! (sangat terngiang pas denger podcast-nya and you’ll find that word in this book lol! 😂) benar-benar mewakili siapa sosok Fellexandro Ruby. In my head, he’s kind of an intellectual guy everyone wants to befriend with.

Dengan ciri khas ini, saya yakin ke depannya kalau Ruby nulis buku lanjutan atau nulis apa pun itu di platform lain, mungkin audiensnya bakal langsung ngeh kalau itu tulisan miliknya, meski namanya enggak disebut/dicantumkan. Tinggal dipertajam saja.

Terlepas dari itu, menurut saya ada beberapa hal penting yang bisa di-improve dari You Do You. Pertama, pada halaman 57, Ruby menyertakan diagram Ikigai yang salah pada salah satu irisannya terdapat typo. Please correct me if I’m wrong, harusnya tertulis Vocation, tapi di buku ini tertulis Vacation yang artinya berbeda jauh.

Lalu, pada halaman 177 ketika Ruby ngomongin soal interest income, saya berharap ia memberikan contoh practical tentang compound interest, bukan hanya sekadar menekankan bahwa apabila kita berinvestasi sejak dini, hasil tabungan akan jauh lebih banyak di masa depan. Saya pikir, real case soal compound interest juga menarik untuk disertakan.

Yang terakhir, saya merasa akhir buku ini masih kurang greget. Apabila ada satu paragraf tambahan yang kembali me-recall makna dari you do you dari ratusan halaman yang sudah dilalui pembaca, that would be much better. Bakal lebih tegas, bakal lebih kerasa call-nya.

To sum up, You Do You jadi salah satu bacaan terbaik saya tahun 2020 ini. Tulisan di dalamnya cukup practical dan bukan sekadar teori belaka (cocok untuk orang dengan tipe belajar kinestetik seperti saya), isinya lumayan mudah dicerna dan sama sekali enggak menggurui, dan penulis pun seolah membebaskan para pembaca untuk eksplorasi lebih jauh lewat riset kualitatif yang dilakukannya.

Oh ya, Ruby pernah bercerita kalau ia menyelesaikan buku ini dalam waktu 1,5 bulan saja, but for me, Ruby sebenernya mengerjakan buku ini dalam waktu belasan tahun selama perjalanan kariernya. Such a very long journey and process, right?

Baca juga: Beli Buku Impor Online di Book Depository

Buku ini juga menginspirasi saya untuk tetap berani explore, bereksperimen, dan menggali potensi diri. Bahkan, Ruby yang kini sudah memasuki usai 30-an pun belum puas coba-coba dengan 9 role yang pernah dijalaninya. Please welcome, role kesepuluh Ruby, yakni menjadi seorang penulis. I was wondering,What’s next, Rub?”

Last but  not least, buku ini juga bikin saya percaya bahwa saya punya value di dalam diri yang mampu menyalurkan dampak positif kepada sebanyak mungkin orang. Lewat passion, kerja keras, dan tentunya karya-karya tiada henti.

Hmm … saya jadi kepikiran, apa legacy selanjutnya yang ingin saya tinggalkan di muka bumi ini, ya?

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *