Rela Ngantre Berjam-jam Demi Mie Sapi Banteng Jogja

Jan 2, 2020

Rela Ngantre Berjam-jam Demi Mie Sapi Banteng Jogja – Salah satu alasan saya nggak pernah bosen buat kembali ke Jogja ialah keramahtamahan orang-orang di sana. Sama seperti ketika berkunjung ke Mie Sapi Banteng Jogja, tempat makan baru yang ruamenya minta ampun.

Kalau itu saya ke sini bersama dengan dua teman kantor. Teman saya mendapatkan rekomendasi tempat ini dari temannya yang ternyata juga penasaran, kok bisa ya, rumah makan yang sederhana ini, bisa digandrungi banyak masyarakat Jogja?

Baca juga: 4 Tempat Makan Romantis di Bali yang Bisa Dikunjungi Bareng Pasangan

Jadi, Mie Sapi Banteng Jogja ini berada di sebuah rumah yang bagian depannya seolah disulap menjadi dapur mini. Dua ruangan di rumah itu pun disesakki dengan meja dan kursi yang sering banget jadi incaran para pengunjung yang datang. Iya, saking ramainya.

Padahal, sepengamatan saya, rumah makan ini terletak di kompleks perumahan yang relatif sepi, yang notabene enggak ada rumah makan lainnya di sana. Ajaib banget nggak, sih?

Lantas, apa sih yang bikin Mie Sapi Banteng Jogja ini begitu ramai, bahkan sampai harus ngantre berjam-jam demi mencicipi makanan di sini? Simak pengalaman saya berikut ini.

Rela Ngantre Berjam-jam Demi Mie Sapi Banteng Jogja

Mie Sapi Banteng Jogja

Sekitar pukul 7 malam kami sampai di Jalan Banteng Utama No. 25. Di sana, terlihat banyak motor terparkir di depan rumah.

Pengunjung pun sudah duduk di kursi mereka masing-masing, sementara beberapa yang lainnya masih berdiri menunggu antrean.

Di Mie Sapi Banteng, ternyata cuma ada 2 orang yang melayani. Keduanya tampak seperti suami dan istri. Si pria bertugas untuk memasak dan meracik bumbu, sementara si wanita akan mengantarkan pesanan, serta mengurus pembayaran.

harga menu di Mie Sapi Banteng Jogja

Nah, untuk memesan makanan dan minuman di Mie Sapi Banteng Jogja, ternyata pengunjung diminta untuk mencatat langsung pesanan mereka di secarik kertas yang sudah disediakan.

Untuk makanan, pengunjung bisa mencicipi Mie atau Kweatiau dengan topping Sapi Merah atau Ayam Merah. Untuk rasanya, bisa pilih manis, asin, atau pedas. Lalu, dijual juga Pangsit Goreng dan Pangsit Rebus yang bisa jadi teman makan mie atau kwetiau.

Baca juga: Mie Baso Akung Bandung: Harga Agak Mahal, tapi Rasanya Juara!

Saya sendiri memesan Mie Ayam Merah Manis, sementara dua teman yang lainnya memesan (semoga nggak salah) Mie Ayam Asin dan Pedas. Nggak lupa kami juga cobain Pangsit Rebus dan Pangsit Gorengnya.

Setelah menuliskan pesanan, kami langsung memberikan kertas tersebut ke juru masak, sementara kami tetap harus menunggu hingga ada kursi atau meja kosong.

Oh ya, untuk minuman, pengunjung bisa langsung memesan di dapur bagian belakang. Jadi, orderan untuk makanan dan minuman terpisah, meski nanti bayarnya tetap di satu struk kok.

Mie Sapi Banteng Jogja

Akhirnya, kami mendapat tempat duduk berjajar, persis di depan juru masak. Seru! Bisa mengamati si juru masak meracik makanannya. Kalau diperhatikan, ia lumayan kewalahan memasak banyak sekali porsi untuk banyak sekali tamu yang datang.

Saya asyik sendiri melihat tangan-tangan lihai si juru masak yang berusaha memenuhi permintaan pelanggan secepat yang ia bisa.

Anyway, pantes aja lama banget masaknya, mereka cuma pakai dua panci, yang satu untuk merebus mie atau kwetiau, sedangkan yang satunya lagi untuk merebus pangsit.

Baca juga: Belum ke Yogyakarta Kalau Belum Mampir ke The House of Raminten

Saya mulai harap-harap cemas. Semoga rasa masakan di Mie Sapi Banteng Jogja ini sebanding dengan pengorbanan menimang-nimang perut yang kian berontak.

“Dari mana, Mbak?” tanya si juru masak kepada kami tiba-tiba. Usut punya usut, namanya Mas Satria.

“Dari Jakarta.” Setelahnya, kami malah asyik mengobrol dengannya. Dari pembicaraan kami, ternyata Mas Satria ini dulunya adalah koki di hotel. Ia juga pernah kuliah soal kuliner di Singapura.

Kemudian, ia memutuskan untuk membuka rumah makan sendiri, yang nggak lain dan nggak bukan ialah Mie Sapi Banteng Jogja dengan dua menu utama yang paling populer, yaitu Mie Sapi dan Pangsit Basah. Rasanya pun disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia.

Pas kami ke sana, rumah makannya itu baru buka beberapa bulan, lho. Nggak nyangka, katanya, bisa seramai ini. Bahkan, udah diliput berbagai media nasional.

Mie Sapi Banteng Jogja

Mas Satria ramah sekali. Beberapa kali mengajak kami bercanda, sembari menenangkan bahwa pesanan kami sebentar lagi jadi.

“Dua (antrean) lagi, ya…,” ujarnya tersenyum sambil mengocok bumbu di mangkok dengan sumpit di tangannya.

Asli, kami nunggu lama banget sampai makanan yang kami pesan jadi. Kayaknya sih hampir satu setengah jam, deh. Dannn… akhirnya makanan yang kami pesan terhidang lengkap! Nggak sabar buat cobain!

Mie Ayam Merah Manis (Rp12.000)

Mie Sapi Banteng Jogja - mie ayam merah manis

Processed with VSCO with a6 preset

Ini Mie Ayam Merah Manis yang saya pesan. Meski mangkoknya terlihat besar, isinya nggak terlalu banyak. Bisa dibilang pas. Selain Ayam Merah, ada sayuran dan daun bawang yang ditabur di atas mie.

Sebelum memasukkan makanan ini ke dalam mulut, cobalah untuk mengaduknya sampai rata karena sebenarnya kekuatan makanan ini terletak pada Chili Oil dan Canola Oil yang berada di dasar mangkuk. Aduk… aduk… aduk… hingga bumbunya menyatu. Katanya, Chili Oil tersebut merupakan cabai India, lho.

Baca juga: Motorino Pizza Malaysia, Sajian Lengkap ala Italia di Genting Highlands

Suapan pertama, gimana rasanya? Well, not bad. Rasanya enak, meski bumbunya menurut saya kurang strong. Saya pikir, rasa manisnya akan seperti rasa kecap pada Mie Yamin, tapi ternyata saya salah. Rasa manis di Mie Sapi Banteng Jogja ini cenderung plain atau rasa yang biasa aja.

Berbeda halnya dengan kedua teman saya yang memesan rasa pedas-asin. I got no idea, mereka bilang Mie Sapi Banteng Jogja seenak itu. Pedas asinnya terasa dan cocok di lidah. Hmm… jangan-jangan, saya salah pesan menu, nih? Tau gitu pesan yang rasa pedas-asin aja, ya!

Saya pun akhirnya meminta lebih banyak bumbu, termasuk Chili Oil agar rasanya lebih keluar. Tapi sepertinya bumbu tetap masih kurang banyak. Huhuhu. Agak kecewa sih, udah nunggu lama tapi rasanya enggak seenak yang dibayangin. 🙁


Pangsit Basah (Rp13.000)

Mie Sapi Banteng Jogja - pangsit basah

Lalu, gimana dengan rasa Pangsit Basah? Untuk diketahui, Pangsit di Mie Sapi Banteng Jogja ini cukup menarik. Biasanya, Pangsit Basah disajikan dengan kuah yang gurih. Namun di sini, kuah tersebut diganti dengan Chili Oil.

Pas pertama kali coba, daging pangsitnya cukup padat, kenyal, teksturnya lembut. Ketika dicampur dengan Chili Oil, rasanya jadi lebih unik. Saya berharap daging pangsitnya lebih asin supaya lebih menggugah selera.

Baca juga: Wilshire Senopati, Bukan Sekedar Tempat Mengenyangkan Perut

Kendati demikian, makanan di Mie Sapi Banteng Jogja ini cukup mengenyangkan dan bikin perut happy. Keroncongan di perut bener-bener sirna sehabis mencicipi kuliner Jogja dengan cita rasa yang unik.

“Gimana rasanya? Kalau nggak enak, yang penting murah, ya…,” celetuk Mas Satria ketika kami tengah asyik mengunyah makanan ini. Saya melihat sosoknya yang selalu tersenyum ramah.

Setelah selesai makan, kami buru-buru membayar karena semakin malam, pengunjung rupanya semakin ramai berdatangan. Saatnya gantian.

Baca juga: Sampai Surabaya Langsung Disambut Lontong Balap Pak Gendut

Kalau ditotal, saya cuma menghabiskan sekitar Rp30.000-an untuk satu porsi mie, pangsit basah, pangsit goreng, serta teh hangat di Mie Sapi Banteng Jogja ini. Waw banyak juga saya makannya. Hahaha. 😀

“Mampir-mampir ke sini lagi, ya. Ajak keluarganya, temennya, pacarnya…,” sahut Mas Satria kala kami berpamitan. Kami pun berlalu, sembari mengulum senyum lebar.

Puji Tuhan… selain mengenyangkan perut, hati saya juga ikutan penuh menyaksikan sendiri keramahtamahan yang begitu dirindukan ini. Emang deh, Jogja memang selalu menghadirkan kisah-kisah hangat ya, salah satunya dari rumah makan nan sederhana yang satu ini.

Kapan-kapan boleh nih mampi ke Mie Sapi Banteng Jogja lagi, tapi saya pengin cobain menu lainnya. Ada yang mau icip juga nggak? 😀


Lain kali pengin cobain Mie Sapi-nya, deh. Bareng, yuk!

Alamata: Jl. Banteng Utama No.25, Banteng, Sinduharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta – 55581

Jam Buka: Senin-Sabtu, 16.00-22.00 WIB (Last order pukul 20.00)


Ini dia kuliner lainnya yang paling saya favoritkan. Udah pernah coba yang mana?

Belum ke Yogyakarta Kalau Belum Mampir ke The House of Raminten

1. Menyeruput Kopi Hangat di Yellow Truck Coffee & Tea Bandung
2. Mencicipi Otak-otak AFUNG Belinyu Enggak Cukup Satu Porsi Saja
3. 3 Bakmi Bangka Paling Enak dan Murah Meriah di Bangka
4. Perpaduan Pahit dan Manis Dark Chocolate Cigar, Cokelat Rasa Cerutu Kuba
5. 5 Menu Lezat Karya Chef Benjamin Halat yang Paling Bikin Nagih
6. 6 Pilihan Amuse-Bouches, Hidangan Pembuka Paling Favorit di Restoran CURATE, Singapura
7. 5 Alasan Tak Perlu Ragu Bersantap di Restoran Fine Dining CURATE, Singapura
8. Ada yang Kurang Saat Mencicipi Roti Panggang Telur dan Kopi Tarik Tung Tau
9. Lebih Nikmat Menyantap Bakmi Jowo Mbah Gito di Kala Malam
10. Belum ke Yogyakarta Kalau Belum Mampir ke The House of Raminten
11. Waroeng Kaligarong, Kuliner Semarang Spesialis Bebek Goreng Sambal Mangga Muda
12. Mie Lokut Bangka, Tempat Makan Jeroan Babi Paling Mengenyangkan
13. 7 Kuliner Semarang yang Bikin Kangen dan Lapar
14. Rela Mengantre demi Mencicipi Lumpia Gang Lombok Semarang
15. Perut Senang Usai Menyantap Red Chilli Crab, Kuliner Khas Singapura
16. Satu Hari Wisata Kuliner di Bogor, Kenyang Banget!
17. Menikmati Mendungnya Sore di Pondok Kopi Umbul Sidomukti Semarang
18. Pertama Kali Coba Lenggang Panggang Pempek Dempo Bandung
19. Porsi Jumbo HDL 293 Cilaki Bandung untuk Para Pencinta Seafood
20. Ikan Bakar Rica, Menu Terfavorit di Pirates Cafe Manado
21. Mencicipi Lezatnya Seafood ala Tuna House Megamas Manado
22. Sate Gendong, Kuliner Enak di Dusun Bambu
23. Pork Chop Paling Enak Cuma Ada di Hog Wild with Chef Bruno, Bali
24. Kuliner yang Bikin Nagih di Bali: Sate Babi Bawah Pohon
25. Nikmatnya Nasi Liwet Spesial Kedai Cika Selagi Hangat
26. Rawon Setan Bu Sup, Kuliner Surabaya Penggugah Selera
27. Sampai Surabaya Langsung Disambut Lontong Balap Pak Gendut
28. Kekenyangan Gara-gara Cobain Kuliner Lezat Dusun Bambu Bandung Ini
29. Sebelum Trekking Berjam-jam, Isi Tenaga Dulu di Ikan Bakar Pesona Banyuwangi
30. The Reading Room, Kemang: Sensasi Makan di Perpustakaan
31. 4 Tempat Makan Romantis di Bali yang Bisa Dikunjungi Bareng Pasangan
32. Jangan Makan di RM Alas Daun Bandung Kalau Enggak Suka Nunggu Lama
33. Se’i Sapi Lamalera Bandung: Jatuh Cinta Pada Aroma dan Gigitan Pertama
34. Mie Baso Akung Bandung: Harga Agak Mahal, tapi Rasanya Juara!
35. Pallubasa Serigala, Kuliner Makassar yang Terlalu Sayang untuk Dilewati
36. Haka Dimsum BSD: Makan Enak dan Halal 24 Jam Nonstop
37. Icip Makanan Vegetarian di Kehidupan Tidak Pernah Berakhir Bandung

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *