Kawasan Titik Nol, Tempat Nongkrong Asyik di Yogyakarta

Feb 9, 2014

Kawasan Titik Nol, Tempat Nongkrong Asyik di Yogyakarta – Matahari hampir terbenam dan langit mulai oranye. Tak ingin segera menghabiskan hari dengan sia, saya dan teman-teman seperjalanan pun menuju Kawasan Titik Nol, Yogyakarta.

Ya, Kawasan Titik Nol Yogyakarta adalalah salah satu destinasi lokal yang sangat ramai dikunjungi, terutama ketika sore dan malam hari. Untuk menuju tempat ini, kamu bisa menggunakan TransJogja, kendaraan pribadi, atau ojeg online.

Nah, sebenarnya saya dan teman-teman ingin keliling beberapa tempat di sekitarnya dulu, nih, seperti Alun-alun Yogyakarta. Makanya, kami naik becak, dan pulangnya baru deh nongkrong di Kawasan Titik Nol ini.

Hmm … apa, ya, yang menarik dari kawasan ini? Kenapa pula disebut Kawasan Titik Nol? Berikut ini pengalaman selengkapnya.

Kawasan Titik Nol, Tempat Nongkrong Asyik di Yogyakarta

Malioboro, salah satu destinasi wisata yang sangat ramai

Malioboro merupakan destinasi wisata wajib selama kamu berada di Yogyakarta.

Setiap kali ke Yogyakarta, saya pasti selalu ke kawasan ini, entah beneran pengin ke kawasan ini atau cuma sekadar melintas saja.

Di sini, para wisatawan dapat berbelanja di Malioboro, memanjakan mata dengan menonton berbagai peertunjukan musik yang selalu dikerubungi wisatawan, atau menengok rangkain sejarah di beberapa gedung yang ada di sana. Apalagi, di sisi kiri dan kanan, ada bangunan kuno peninggalan Belanda yang disebut loji.

Oh ya, mungkin kamu penasaran kenapa area ini disebut Kawasan Titik Nol. Yup, sebab tempat ini merupakan daerah perbatasan antara Daerah Istimewa  Yogyakarta dan daerah lainnya. Letaknya yang strategis menjadi sumber perekonomian warga Yogyakarta, lho.

Kaki Akar Raksasa, salah satu landmark Yogyakarta yang sekarang sudah enggak bisa kamu lihat lagi di Kawasan Titik Nol.

Kaki Akar Raksasa, salah satu landmark Yogyakarta yang sekarang sudah enggak bisa kamu lihat lagi di Kawasan Titik Nol.

Waktu pertama kali ke sini, di Kawasan Titik Nol terdapat Kaki Akar Raksasa yang begitu nyentrik! Patung berwarna oranye kecokelat-cokelatan ini membuat saya terkagum-kagum. Selain disebut sebagai kota pelajar, Yogyakarta juga mampu memikat para pelancong dengan seninya.

Patung Kaki Akar Raksasa ini lahir pada event Biennale Jogja pada 2011 silam. Karya sembilan seniman ini memiliki tinggi sekitar enam meter dan terbuat dari serat kaca. Sebenarnya, patung ini bernama Tropic Effect. Ini merupakan simbol mencintai dan menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Akar meranggas yang dicerminkan pada patung ini seakan menjadi bukti keserakahan manusia. Inilah yang menarik, selalu ada cerita di balik objek yang dapat ditelusuri.

Baca juga: Lebih Nikmat Menyantap Bakmi Jowo Mbah Gito di Kala Malam

Enggak lama, saya pun menyusuri sepanjang jalan dan memutuskan untuk bertandang ke Benteng Vredeburg. Sayangnya, benteng yang pernah jadi Objek Wisata Terbaik 2013 ini sudah tutup. Akhirnya, melanjutkan perjalanan ke tempat wisata lainnya.

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949

Lalu, saya pun duduk-duduk di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 yang tak jauh dari sana. Monumen ini dibangun guna memperingati serangan tentara Indonesia terhadap Belanda. Saat itu, negara kita dianggap tak berdaya oleh Belanda.

Nah, untuk membuktikan semangat yang masih berkobar, diadakanlah serangan besar-besaran. Serangan ini dipimpin oleh Soeharto.

Menghabiskan Malam di Kawasan Titik Nol Yogyakarta

Wajah para pejuang di kala malam.

Singkat cerita, monumen ini menjadi salah satu landmark yang sangat bersejarah. Kita bisa tahu bagaimana perjuangan bangsa Indonesia dalam menumpas penjajah.

Baca juga: 10 Foto Pemandangan Pagi Hari yang Bikin Kangen Traveling

Selesai  berfoto-foto dan menikmati langit yang berubah kian gelap, kedua mata dimanjakan dengan lampu-lampu kuninig di jalanan. Jelas terasa bedanya dengan Jakarta.

Di sini tetap tenang meskipun ramai. Banyak remaja yang hanya sekadar duduk-duduk sambil mengobrol guna menghabiskan sore mereka. Bahkan, banyak komunitas yang bermain skateboard, atau ngobrol santai di bawah temaram sinar bulan.

Menghabiskan Malam di Kawasan Titik Nol Yogyakarta

Masih dari Kawasan Titik Nol, Yogyakarta.

Selesai dari sana, saya berjalan kaki ke Malioboro, lalu dilanjutkan dengan menaiki TransJogja hingga halte dekat penginapan. Sebelum beristirahat, perut ini rasanya minta asupan nutrisi.

Well, angkringan adalah tempat terbaik untuk mengobati rasa lapar. Hanya merogoh kocek sekian ribu, perut ini kenyang rasanya. Dengan bermodalkan gerobak dan tenda di pinggir jalan, ditemani satu-dua buah lampu kuning. Ya, suasana Yogyakarta pun begitu terasa di kala malam.

Baca juga: Pengalaman Naik Joglosemar Semarang-Yogyakarta

Namun, sebelum memilih angkringan, pastikan tempat tersebut bersih dan makanan yang ada juga baru disajikan. Jangan terlena dengan harga murah dan perut yang akan kenyang nantinya.

Oh ya, kalau ke Yogyakarta, jangan lupa cicipi susu murni tanpa gula. Rasanya super enaaakkk!


Tinggalkan jejakmu di Kawasan Titik Nol ini.

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *