Cara Membuat Review Buku: Panduan Lengkap + Contoh

Aug 1, 2021

Cara Membuat Review Buku: Panduang Lengkap + Contoh – Proses membaca buku ketika hanya berhenti pada kegiatan membacanya saja, kok rasanya kayak ada yang belum tuntas, ya? Seperti stop di diri sendiri aja. Rasanya egois juga, kalau ada buku bagus tapi nggak dibagi-bagi infonya.

Seperti … sayang sekali kalau nggak ada lanjutan soal “pengembaraan” si buku di tangan-tangan pembaca lainnya. Padahal, saya berharap buku-buku di dunia ini bisa sampai ke tangan pembaca yang tepat, termasuk ke diri saya sendiri.

Hal inilah yang mendorong saya untuk menulis review buku secara rutin setiap kali selesai membaca. Prosesnya nggak mudah, tapi berkat learning by doing saya jadi ikut menempa diri.

Percayalah, ketika membaca suatu buku, kita berusaha menyerap energinya sebanyak-banyaknya. Ketika menulis ulasannya, energi yang telah terkumpul sebagian besar kita curahkan mati-matian ke dalam bentu teks, audio, dan visual. Wah, itu adalah pengalaman yang menyenangkan banget, sih.


Apa Itu Review Buku?

[BOOK REVIEW] Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini Karya Marchella FP - NKCTHI

Oke, mari langsung masuk ke pokok pembahasan. Review atau ulasan adalah suatu tafsiran, penerangan lebih lanjut, pendapat, juga komentar terhadap suatu hal. Dalam konteks ini, artinya kita membuat suatu penilaian terhadap kualitas buku, dengan memberikan tanggapan atau komentar di dalamnya.

Dalam versi saya, review buku bukan sekadar bilang bukunya bagus atau nggak bagus (soalnya bagus atau nggak kan relatif, ya). Yang terpenting, sebuah review buku bisa dilengkapi dengan argumentasi jelas, terstruktur, sesuai dengan konteks, dan kalau mau ditambah bumbu personal juga nggak masalah.

Misalnya, saya merasa bahwa buku You Do You karya Fellexandro Ruby adalah karya nonfiksi yang bagus sekali. Nah, jelaskan apa yang dimaksud dengan bagus? Bagus dari segi isinya kah? Bagus dari segi penyampaiannya kah?

Di lain hal, saya nggak terlalu suka dengan buku Whiskey, Words, and a Shovel I karya R.H. Sin. Saya lebih banyak gemes dan kecewanya saat membaca. Kok, bisa? Memang ada apa dengan buku ini? Itulah yang saya curahkan dalam review buku.


Mengapa Menulis Review Buku?

[BOOK REVIEW] The Stories of Choo Choo You're Not as Alone as You Think Karya Citra Marina

1. Memperpanjang memori dan mengarsipkan pemikiran. Menulis review buku akan sangat bermanfaat bagi saya yang menggemari kegiatan membaca, tanpa harus takut lupa akan isinya (apalagi untuk yang sering gampang lupaan).

2. Meningkatkan kemampuan menulis. Membuat tulisan yang rapi dan terstruktur tuh perlu latihan terus-menerus. Menulis review buku bisa jadi sarananya. Apalagi ketika menulis, ada proses self-editing di dalamnya.

3. Mempertajam kemampuan berpikir dan menganalisis. Pernah beberapa kali saya membandingkan hasil review saya dengan pembaca lain dan berujung pada keenggakpuasan. Nggak puas karena ternyata saya belum secermat itu melihat sudut pandang lain atau karena apa yang saya bahas belum daging banget, nih. Dengan learning by doing itu tadi, cara membuat review buku saya pun harapannya bisa lebih baik.

4. Mendukung penulis/penerbit/toko buku, serta menggairahkan literasi di Indonesia. Jangan bosan kalau saya suka ngeratjunin buku-buku yang dibaca ke kalian, ya. Hihi.

5. Mengantarkan buku kepada pembaca yang tepat. Dengan adanya review buku, harapannya para pembaca lain bisa semakin mudah untuk mendapat rekomendasi atau seenggaknya menyadari kehadiran buku tersebut.

6. Sebagai portfolio supaya dilirik klien untuk kerja sama. Siapa tahu konten-konten yang dibuat bisa untuk tambah penghasilan, ya, kaaan? 😎


Bagaimana Cara Membuat Review Buku?

membuat review buku - ulasan buku - review buku

Pas di bangku sekolah dulu, cara membuat review buku yang paling umum ialah memerhatikan unsur intrinsik (alur, tokoh, karakter, plot, gaya bahasa, dll) dan unsur ekstrinsik (latar belakang penulis, latar belakang sosial-ekonomi-budaya-politik, dll) suatu cerita.

Namun sepengalaman saya membaca, saya merasa bahwa dua hal itu hanya mencakup kulit luarnya saja, dan terkadang nggak bisa diterapkan di semua genre buku.

Misalnya ketika saya membaca buku puisi, saya lebih banyak menganalisis topik, struktur, majas, juga unsur ekstrinsiknya. Ketika membaca buku nonfiksi, ada beberapa yang saya nggak bisa analisis unsur intrinsiknya karena modelnya memang bukan berbentuk cerita dengan plot.

Untuk itu, saya coba sampaikan cara membuat review buku segeneral mungkin supaya bisa diterapkan di (hampir) semua jenis buku, ya.

1. Catat poin-poin penting dari buku

Selagi atau setelah membaca buku, biasanya saya mencatat poin-poin penting dari buku yang akan membantu saya memperkuat kerangka pemikiran ketika menulis review nanti. Apa saja yang perlu dicatat?

  • Bagian menarik atau kurang menarik dari isi buku (bisa sertakan halamannya juga)
  • Bagian penting yang mungkin nggak ada di buku lain
  • Ciri khas buku atau penulis
  • Perasaan yang muncul ketika membaca
  • Kutipan menarik
  • dsb.

2. Tanya sebanyak-banyaknya, gunakan format 5W+1H

Sudah selesai membaca bukunya? Oke, masih ada tahapan lain sebelum benar-benar membuat review buku. Saya sendiri mencoba untuk membuat beberapa pertanyaan berkaitan dengan isi buku, dan mencari jawabannya.

  • Apa relevansi isi buku ini dengan diri saya, orang lain, kehidupan sosial, kehidupan sekitar, atau mungkin dalam konteks Indonesia?
  • Mengapa topik atau isu ini penting untuk diangkat? Apa urgensinya? Apakah ada karya lain yang pernah membahasnya?
  • Kapan buku ini ditulis? Mengapa dirilis di tahun tersebut?
  • Siapa penulis? Apa latar belakangnya? Apa latar belakang penciptaan karyanya?
  • Di mana letak daerah tempat si penulis membuat karya ini? Apakah ada hubungannya dengan identitas dirinya?
  • Bagaimana saya bisa menerapkan isi kepala penulis di dalam keseharian saya? Bagaimana dampaknya?

Baik pertanyaan maupun jumlahnya bisa disesuaikan dengan genre atau topik buku yang dibaca, ya.

3. Riset

Untuk melengkapi poin-poin di atas, tentu saya butuh jawabannya, dong? Cara saya mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan di atas antara lain:

  • Riset di internet, baca artikel terkait buku/penulis, cari jurnal yang membahas isu tersebut.
  • Baca buku lain dari penulis yang sama atau yang temanya serupa.
  • Baca ulasan dari pembaca lain. Kalau perlu ajak ngobrol mereka.
  • Ngobrol langsung sama editor/penulisnya.
  • Ikut diskusi buku.

Untuk poin 1-3, biasanya saya mencatat di notes HP terlebih dulu, baru buat versi lengkapnya di Notion. Sila pilih platform yang dirasa paling nyaman.

4. Tentukan platform dan format review buku

Kenapa ini penting? Yes, supaya bisa prepare dulu, nih, kira-kira butuhnya apa aja dan perlu bikin review buku yang seperti apa. Contoh:

  • Media sosial: foto, video, teks
  • Blog: foto, video, teks yang lebih panjang
  • Podcast: teks (script), audio, video (opsional)
  • Video: teks (script), video
  • Goodreads: teks, gif (opsional)

5. Mulai membuat review buku

Gimana? Sudah tahu mau bikin review buku di platform apa? Sudah dapat gambaran yang lebih lengkap mengenai isi buku? Atau masih ada kegelisahan yang belum terjawab? 😀

Dari “corat-coret” di poin 1-3, saya coba ubah jadi bekal awal untuk dijadikan kerangka pemikiran. Bekal tersebut pun biasanya disertakan ke dalam outline yang kurang lebih formulanya begini:

  • Tuliskan identitas buku + blurb
  • Ceritakan apa yang menarik dari buku
  • Ceritakan apa yang kurang menarik dari isi buku
  • Berikan saran perbaikan
  • Kesimpulan atau ajakan untuk membaca
  • Beri penilaian (biasanya berupa bintang/rating, bisa ditentukan di awal atau akhir)

Jika sudah, coba baca, dengar, atau tonton hasil review buku tersebut sampai ngerasa benar-benar yakin dan PD. Jangan lupa ambil dokumentasi pendukung, misalnya foto.


Contoh Review Buku

[Book Review] Lebih Senyap dari Bisikan Karya Andina Dwifatma

Cara membuat review buku nggak asyik kalau cuma berisi teori dan tips aja. Berikut daftar contoh review buku yang pernah dibuat, ya.

  1. Buku fiksi: Lebih Senyap dari Bisikan, Kim Ji-yeong Lahir Tahun 1982, More of You
  2. Buku nonfiksi: You Do You, Aku Bukannya Menyerah Hanya Sedang Lelah, Imperfect
  3. Buku nonfiksi rohani: Simple Truth
  4. Buku nonfiksi perjalanan: The Naked Traveler 8, The Journeys
  5. Buku cerpen: Sumur, Sengkarut
  6. Buku puisi: Teaching My Mother How to Give Birth, Sipit, Mama Menganyam Noken.
  7. Buku anak: Na Willa, The Little Prince, Walk This World at Christmastime
  8. Buku ilustrasi: NKCTHI, The Stories of Choo Choo: You’re Not as Alone as You Think, Jingga Jenaka
  9. Buku komik: Yesus & Aku, Hai, Miiko! Vol. 32, Hai, Miiko! Vol. 33

Apabila kamu suka dengan ulasan buku yang saya buat, dukung saya jadi Pengulas Buku Terfavorit di Buku Akik Awards 2021 dengan vote @sintiawithbooks bit.ly/bukuakikawards2021! ❤


Di Mana Saya Biasanya Memublikasikan Review Buku?

Cara Membuat Review Buku Panduan Lengkap + Contoh

1. Twitter

Awal tahun 2021 sempat bikin threadMy Reading Journey” yang isinya daftar buku yang sudah saya baca. Saya sertakan 1-4 foto buku, beserta minimal 2 kalimat super singkat terkait bukunya, juga link ke Goodreads/blog jika tertarik membaca versi lengkap review buku.

2. Instagram

Biasanya saya post sampul buku beserta cuplikan isi bukunya (1-3 halaman saja). Lalu, hanya dengan takarir sejumlah 2.200 karakter, review buku ditulis dengan padat, lugas, dan secukupnya. It’s quite challenging, though. Apalagi kalau buku yang diulas tuh bagus banget, rasanya pengin muntahin semua-muanya. Hahaha.

3. Goodreads

Jujur, nyesel banget kenapa dulu pas zaman masih sekolah dan udah suka baca buku, saya nggak rajin update Goodreads. Hahaha. Saya jadi nggak bisa bener-bener nge-track buku apa aja yang sudah saya baca selama hidup hampir 30 tahun di dunia ini.

But anyway, platform katalog dan review buku ini selalu jadi kiblat saya untuk nentuin apakah saya akan beli buku incaran/yang direkomendasikan teman lain atau nggak. Ulasan di Goodreads lumayan beragam dan saya jadi bisa tahu lebih banyak perspektif dari sana.

Goodreads juga akan memperkenalkan pembaca dengan sistem rating. Ada masa-masanya saya nggak kepengin  nulis ulasan panjang dan saya rasa adanya rating ini sangat membantu (soalnya tinggal klik aja mau kasih berapa bintang untuk buku yang dibaca).

4. Blog pribadi

Hampir semua yang review bukunya masuk di blog ini bisa dikategorikan sebagai buku-buku yang saya suka banget. Yes, pake “banget”. Makanya, saya rela mencurahkan hati-waktu-pikiran-tenaga untuk menulis ulasan yang lebih komprehensif supaya calon pembaca tahu lebih banyak soal bukunya.

5. Media lainnya

Misalnya, YouTube (untuk review buku dalam bentuk video) dan Facebook, Anchor.fm dan Spotify (terutama yang bentuknya podcast atau audio), serta media cetak (seperti koran dan majalah) dan media daring.


Di Mana Saya Belajar Menulis Ulasan Buku?

baca buku - 7 Cara Mudah Membangun Kebiasaan Membaca Buku

1. Media sosial, terutama Instagram. Baca ulasan yang ditulis di post atau caption, analisis strukturnya, cari tahu bagaimana ia bisa membuat ulasan yang padat dan berisi, pahami apa yang disampaikan pembuat ulasan.

2. Goodreads. Platform ini lebih segmented soal buku, jadi kalau lagi mau cari review buku, tinggal search aja. Goodreads has helped me to broaden my new perspectives as well.

3. Blog buku. Berikut ini beberapa blogger buku favorit yang suka saya tungguin review bukunya.

4. Booktube. Saya punya beberapa rekomendasi booktuber yang siapa tahu bisa jadi sarana belajar juga.

5. Podcast yang saya dengar di Spotify. Salah satu yang sering saya dengarkan adalah Podcast Main Mata, asuhannya Patricia Wulandari (Patty). Ia juga suka ngajak teman-teman lainnya untuk bikin ulasan dan saya bisa belajar cara membuat review buku yang lebih baik dan menarik.

6. Ikut kelas atau workshop soal penulisan review buku. Kelas-kelas seperti ini biasanya diadakan oleh penerbit, komunitas, lembaga, atau bisa juga inisiatif pribadinya. Sila dikulik, ya.


Gimana Kalau Saya Belum Pede Buat Review Buku?

[BOOK REVIEW] Mind Platter (Bejana Pikiran) karya Najwa Zebian

Worry not! Awalnya saya juga nggak yakin apakah ada yang mau baca review buku yang ditulis atau nggak. Plus, nggak yakin juga apakah yang saya tulis ini bermutu dan bermanfaat.

Well, kalau saya fokus pada keenggakyakinan itu, mungkin saya nggak akan mulai-mulai. Mungkin saat ini saya nggak akan punya konten review buku di media sosial. Mungkin saya hanya akan berakhir pada aktivitas membacanya aja. But thank God, it’s not happening.

Nggak apa-apaaaaa kalau belum pede, pelan-pelan aja. Jangan dijadiin beban dan hindari memiliki kesan bahwa review buku yang dibuat harus bernada intelektual atau gimana. Nggak, kok. Santai. 😀

Ingat, pengalaman seseorang ketika membaca buku nggak sama dengan yang lainnya. Reading is a very personal experience. So is your book review.

Bayangin aja kita sedang ingin me-review makanan, musik, film, gadget, atau apa pun yang ada di sekitar kita. Apa yang menurut orang lain bagus, belum tentu bagus juga menurut kita, kan? Begitu pun sebaliknya.

Here’s the quick tips:

  1. Tulis review yang pendek-pendek aja dulu.
  2. Kasih tunjuk ke temen yang kamu percaya dan minta feedback mereka.
  3. Berlatih terus dan perbaiki kualitas review buku.
  4. Perlahan mulai bagikan review buku ke media sosial atau platform yang diinginkan.
  5. Terus konsisten menulis review buku.

Kesimpulan

Apa Itu Book-Shaming dan Kenapa Harus Dihentikan - Pengorbanan Bookstagrammer Demi Dapat Foto Bagus, Pernah Ngerasain?

Membuat ulasan buku sebenarnya bukan sebuah keharusan dan saya lagi nggak nuntut siapa-siapa untuk bikin review. Ini adalah cara saya untuk bisa mengapresiasi dan merawat kehadiran buku itu sendiri agar pengembaraannya semakin jauh. Saya dapat banyak manfaat dari buku dan semoga orang lain bisa turut merasakannya.

So yeah, semoga cara membuat review buku ini bisa membantu siapa saja untuk menghantarkan buku-buku terbaik di dunia sampai ke orang yang tepat.

Sintia Astarina

Sintia Astarina

A flâneur with passion for books, writing, and traveling. I always have a natural curiosity for words and nature. Good weather, tasty food, and cuddling are some of my favorite things. How about yours?

More about Sintia > 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *